ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn.S
DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : PPOK
DI
RUANG FATIMAH
RSU
DAERAH Dr.SOETOMO
EDITED
BY:
SAHRIL
NOVIANTO
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan gangguan sistem
pernafasan : PPOK sebagai salah satu
tugas semester pada mata kuliah Blok
Pernafasan.
Pada
kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1.
H. Giyatmo S Kep
Ners, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Gombong
2.
Herniyatun,M.Kep.Sp.Mat,
selaku ketua prodi S1 Keperawatan
3.
Safrudin AMS,
M.Kep selaku koordinator Blok Pernafasan
4. Ibu dan ayah tersayang yang selalu
memberikan dukungan moril maupun materil sertadoa yang tulus sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (
PPOK ) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi aliran udara
yang disebabkan oleh bronkitis kronis atau empisema. Obstruksi aliran udara
pada umumnya progresif kadang diikuti oleh hiperaktivitas jalan nafas dan
kadangkala parsial reversibel, sekalipun empisema dan bronkitis kronis harus
didiagnosa dan dirawat sebagai penyakit khusus, sebagian besar pasien PPOK
mempunyai tanda dan gejala kedua penyakit tersebut. Sekitar 14 juta orang Amerika terserang PPOK dan Asma sekarang menjadi
penyebab kematian keempat di Amerika Serikat. Lebih dari 90.000 kematian
dilaporkan setiap tahunnya. Rata-rata kematian akibat PPOK meningkat cepat,
terutama pada penderita laki-laki lanjut usia. Angka penderita PPOK di Indonesia sangat
tinggi.
Banyak penderita PPOK datang ke
dokter saat penyakit itu sudah lanjut. Padahal, sampai saat ini belum ditemukan
cara yang efisien dan efektif untuk mendeteksi PPOK. Menurut Dr Suradi,
penyakit PPOK di Indonesia menempati urutan ke-5 sebagai penyakit yang
menyebabkan kematian. Sementara data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan, pada tahun 2010 diperkirakan penyakit ini akan menempati urutan
ke-4 sebagai penyebab kematian. "Pada dekade mendatang akan meningkat ke
peringkat ketiga. Dan kondisi ini tanpa disadari, angka kematian akibat PPOK
ini makin meningkat.
Oleh karena itu penyakit PPOK
haruslah mendapatkan pengobatan yang baik dan terutama perawatan yang
komprehensif, semenjak serangan sampai dengan perawatan di rumah sakit. Dan
yang lebih penting dalah perawatan untuk memberikan pengetahuan dan pendidikan
kepada pasien dan keluarga tentang perawatan dan pencegahan serangan berulang
pada pasien PPOK di rumah. Hal ini diperlukan perawatan yang komprehensif dan
paripurna saat di Rumah Sakit.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian PPOK
2.
Mengetahui
etiologi dan manifestasi klinis PPOK
3.
Memahami
klasifikasi PPOK
4.
Mengetahui
komplikasi dan penatalaksanaan PPOK
C. Manfaat
1.
Bagi Penulis
Sebagai syarat memenuhi tugas semester III
Sebagai sumber reverensi mengenai asuhan
keperawatan PPOK
2.
Bagi Mahasiswa
Sebagai sumber pedoman dalam memahami penyakit
PPOK
3.
Bagi Dosen
Dapat menjadi referensi bagi dosen terkait
dengan penyakit PPOK
BAB
II
ANALISA
KASUS
A. Kasus
Tn.S 56 Th masuk 3 Maret 2013 $ Diagnosa PPOK,
jenis kelamin Laki-laki Agama
Islam pekerjaan Tani, Pendidikan
SD. Alamat Sendang Kulon. Alasan di rawat Sesak napas Keluhan utama : Sesak dan batuk Riwayat keluhan utama: riawayat penyakit
dahulu: Sesak napas sejak 5tahun yang lalu. Riwayat penyakit sekarang : Sejak 2
hari sebelum masuk Rumah Sakit pasien sesak terus-menerus akhirnya keluarga
membawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soetomo Surabaya. Riwayat kesehatan
keluarga tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini. Riwayat
kesehatan lain : Pasien pernah merokok, dan berhenti sejak sakit kurang lebih 5
tahun yang lalu.
Observasi dan Pemeriksaan Fisik CM, GCS : 456,
Keadaan umum : lemah Tanda-tanda vital : S= 37 oC, T= 130/80mmHg, Nadi= 104x/m,
RR= 28x/m. Pernafasan melalui : hidung +
terpasang 02 kanule ( 2 liter/menit ). Trachea tidak ada pembengkokan Cyanosis
(-), dyspnea (+), batuk lendir putih, darah( )Whezeeng (+) / (+), Ronchi (+) /
(+) dada simetris. Eliminasi urin :
400-500cc/hari, warna kuning, jernih, khas amoniak. Ekstremitas atas tangan kiri terpasang infus RL 7 Tetes/menit.
Spiritual Klien mengharapkan dengan perawatan yang diberikan
bisa sembuh dan yakin dengan pertolongan Tuhan bisa sembuh, persepsi
penyakitnya sebagai cobaan dalam hidup. Tetapi pasien tidak dapat melakukan
sholat di RS. Pemeriksaan Lab AGD : - PH : 7,359 ( 7,35-7,45 ), PCO2 : 46,0 ( 35-45 ), PO2 : 115,0 ( 80-104 ), HCO3 : 25, Sputum : BTA
(-)
Therapi.
Infus RL : Dex.5% 1:1/ 24 jam (
7 tts/menit ), Aminophylin 1 amp / 24
jam, - Tarbutalin 4x0,025 mg,
Ciprofloxasin 2x500 mg, Nebulezer
4x ( Atroven : Agua ) = 1:1,
Oksigen 2 liter / menit Diet
TKTP
B.Identifikasi kata sulit
1. PPOK
adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkhitis kronis bronkiektasis, enfisema dan asma
(Brunner & Suddart)
2. Dispneau
adalah susah bernafas
3. Syanosis
adalah kebiruan
4. Wheezing
adalah bunyi ngik terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi karena penyempitan bronkus eksudat yang
lengket pada pasien asma bronkitis
5. Ronchi
adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang penuh cairan atau mukus terdengar saat
inspirasi atau ekspirasi
C.Identifikasi masalah
1.
Apa pengertian dari PPOK?
2.
Bagaimana penyebab dari PPOK ?
3.
Apa saja manifestasi klinis dari PPOK ?
4.
Sebutkan klasifikasi dari PPOK ?
5.
Apa komplikasi yang terjadi pada penyakit PPOK
?
6.
Bagaimana patofisiologi dari PPOK ?
7.
Penatalaksanaan apa yang bisa dilakukan pada
penyakit PPOK?
D.Brainstorming
1.
PPOK adalah suatu penyumbatan menetap pada
saluran pernafasan yang disebabkan oleh enfisema / bronkitis kronis
PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi Kronis) adalah klasifikasi luas dari
gangguan, yang mencangkup bronkitis kronis, bronkiestasis, emfisema, dan asma.
PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat
aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara
paru-paru.(Brunner&Suddarth,2001)
Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang
mempengaruhi pergerakan udara dari dan ke luar paru. (Arif Muttaqin,2008).
2.
Penyebab PPOK adalah :
a. Merokok
b. Polusi
udara
c. Pemajanan
di tempat kerja (thd batu bara, kapas, padi padian )
d. Infeksi
paru berulang
3.
Manifestasi klinis PPOK adalah
a. Batuk
b. Sesak
napas
c. Mengi
atau wheeze
d. Ekspirasi
yang memanjang
e. Penggunaan
otot bantu pernapasan
f. Suara
napas melemah
4.
Klasifikasi PPOK
a. Bronkitis
kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis
batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya
3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun
berturut-turut.
b. Emfisema
paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi
anatomik, yaitu suatu perubahan anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya
secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis, yang disertai
kerusakan dinding alveolus
1) Emfisema Centriolobular Merupakan tipe yang
sering muncul, menghasilkan kerusakanbronchiolus, biasanya pada region paru
atas. Inflamasi berkembang pada
bronchiolus tetapi biasanya kantung alveolar tetap bersisa
2) Emfisema
Panlobular (Panacinar) Merusak ruang udara pada seluruh asinus dan biasanya
termasuk pada paru bagian bawah. Bentuk ini bersama disebut centriacinar
emfisema, timbul sangat sering pada seorang perokok.
3) Emfisema
Paraseptal Merusak alveoli pada lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi
dari blebs sepanjang perifer paru. Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab
dari pneumothorax spontan. Panacinar timbul pada orang tua dan klien dengan
defisiensi enzim alpha-antitripsin. Pada keadaan lanjut, terjadi peningkatan
dyspnea dan infeksi pulmoner, seringkali timbul Cor Pulmonal (CHF bagian kanan)
timbul.
c. Astma
Asma merupakan
suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang cabang
trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan. Keadaan ini bermanifestasi
sebagai penyempitan saluran-saluran napas secara periodic dan reversible akibat
bronkospasme.
5.
Komplikasi PPOK
a. Acute
respiratory failure (ARF)
terjadi ketika ventilasi dan
oksigenasi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh saat tidur .
b. Cor
Pulmonare /dekompensasi ventrikel kanan
Merupakan pembesaran ventrikel
kanan yang disebabkan oleh over loading akibat dari penyakit pulmo.terjadi
sebagai mekanisme kompensasi sekunder bagi paru-paru yang rusak bagi penderita
PPOK
c. Pneumothoraks
Merupakan akumulasi udara dalam
rngga pleural
d. Giant
Bullae
kelaina yang timbul karena udara
terperangkap di parenkim paru-paru.Sehingga alveoli menjadi tempat menangkapnya
udara untuk pertukaran gas menjadi benar-benar efektif.
6.
Patofisiologi PPOK
Faktor-faktor
resiko seperti merokok, polusi, umur, akan mendatangkan proses inflamasi
bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkus terminal. Akibat
dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis),
yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah
masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam
alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang
menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya
obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan
menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi,
distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan
(Brannon, et al, 1993).
7. Penatalaksanaan
PPOK adalah
a.
Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan
polusi udara
b.
Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
1)
Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai
infeksi
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh Haemophilus Influenza dan Streptococcus Pneumonia, maka digunakan ampisilin atau eritromisin. Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah Haemophilus Influenza. Pemberian antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat.
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh Haemophilus Influenza dan Streptococcus Pneumonia, maka digunakan ampisilin atau eritromisin. Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah Haemophilus Influenza. Pemberian antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat.
2)
Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan
pernapasan karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2
3)
Fisioterapi
dada membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.
4)
Bronkodilator,
untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya golongan adrenergik
b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau
ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin
.
c.
Terapi jangka
panjang di lakukan :
1)
Antibiotik
untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin dapat menurunkan kejadian
eksaserbasi akut.
2)
Bronkodilator,
tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien maka
sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal
paru.
3)
Fisioterapi
dada.
4)
Latihan fisik
untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
5)
Mukolitik dan
ekspektoran
6)
Terapi oksigen
jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan PaO2 (7,3
Pa (55 MMHg)
7)
Rehabilitasi,
pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi,
untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.
PHATWAY
PPOK
Asap
tembakau / polusi udara
|
Gangguan
kebersihan paru
|
Peradangan
bronkus
|
Hipoventilasi
alveolar
|
Dinding
bronkiolus melemah dan alveoli pecah
|
Bronkitiskronik
|
Saluran
nafas kecil kolap saat ekspirasi
|
Emfisema
|
Penyempitan
saluran nafas
|
Berkurangnya
elastis paru
|
Saluran
nafas kecil
|
Saluran
nafas menjadi kecil lebih kecil berkelok-kelok dan beroblitrasi
|
Metaplasia
sel goblet
|
Saluran
nafas besar
|
Hipertrofi
dan hiperplasia kelenjar mukus
|
Obstruksi
jalan nafas
|
PPOK
|
Kontraksi
otot
|
PCO2
& PO2 Meningkat
|
Kontraksi
otot
|
Resistensi
pernafasan
|
Frekuensi
nafas meningkat
|
dyspneau
|
Ketidakefektifan
jalan nafas
|
PCO2
& PO2 Meningkat
|
Gangguan
pertukaran gas
|
Bersihan
jalan nafas tidak efektif
|
Sekresi
mukus meningkat
|
Sekresi
mukus meningkat
|
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PPOK
A.PENGKAJIAN
Identitas
Nama : Tn. S
Umur
: 56 tahun
Jenis
kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Alamat : Sendang Kulon
Keluhan
Utama : sesak dan batuk
Riwayat
Penyakit
1) Riwayat
Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS dengan keluhan sesak nafas
, sejak 2 hari sebelum masuk RS pasien
sesak terus menerus, dan sering batuk.
Keadaan umum Compos mentis, GCS :
E4,V5,M6, suhu : 37C, T : 130/80mmHg, N
: 104 x/menit, RR: 28x/menit
Pernafasan melalui : hidung + terpasang 02 kanule ( 2
liter/menit ). Trachea tidak ada pembengkokan Cyanosis (-), dyspnea (+), batuk
lendir putih, darah( )Whezeeng (+) / (+), Ronchi (+) / (+) dada simetris.
Eliminasi urin : 400-500cc/hari, warna
kuning, jernih, khas amoniak. Ekstremitas atas
tangan kiri terpasang infus RL 7 Tetes/menit. Spiritual Klien
mengharapkan dengan perawatan yang diberikan bisa sembuh dan yakin
dengan pertolongan Tuhan bisa sembuh, persepsi penyakitnya sebagai cobaan dalam
hidup. Tetapi pasien tidak dapat melakukan sholat di RS. Pemeriksaan Lab AGD :
- PH : 7,359 ( 7,35-7,45 ), PCO2 :
46,0 ( 35-45 ), PO2 : 115,0 ( 80-104 ), HCO3 : 25, Sputum : BTA
(-)
Therapi. Infus RL : Dex.5% 1:1/ 24 jam ( 7 tts/menit ), Aminophylin 1 amp / 24 jam, - Tarbutalin
4x0,025 mg, Ciprofloxasin 2x500 mg, Nebulezer 4x ( Atroven : Agua ) = 1:1, Oksigen
2 liter / menit Diet TKTP
2) Riwayat
Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami sesak nafas sejak 5 tahun yang
lalu
3) Riwayat
Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami sakit
seperti ini
B.
Pengkajian Pola Virginia Handerson
1.
Pola Pernafasan
Sebelum
sakit : Pasien dapat bernafas dengan
normal dan tidak menggunakan alat bantu
pernafasan .
Saat dikaji :
pasien mengeluh sesak nafas dan tampak terpasang O2 kanul (2 liter/ menit)
2.
Pola Nutrisi
Sebelum
sakit : Pasien makan 3x sehari dengan
menu nasi, sayur dan lauk
Saat
dikaji : Saat dirawat di rumah sakit, makan
¼ porsi pada menu yang disajikan di
rumah sakit pada tyap kali jadwal makan
3.
Kebutuhan Eliminasi
Sebelum
sakit : BAB 1x sehari, fesesnya
lunak, warna kuning dan BAK lancar , warna jernih kekuningan
Saat
dikaji :BAB 1x sehari, fesesnya
lunak, warna kuning dan BAK lancar , warna jernih kekuningan
4.
Gerak dan keseimbangan
Sebelum
sakit : Pasien dapat melakukan aktivitas
tanpa gangguan
Saat
dikaji : Pasien tampak
keseimbangannya terganggu karenatidak bisa bernafas
5.
Kebutuhan Istirahat dan tidur
Sebelum
sakit : Pasien biasa tidur 8 jam sehari
dan bangun pada pukul 05.00
Saat
dikaji : Malam hari kadang terbangun
karena sesak nafas dan batuk
6.
Personal Hygiene
Sebelum
Sakit : Mandi 2x sehari dan gosok gigi
mandiri.
Saat
dikaji : Pasien mandi dengan di seka
oleh istrinya pagi dan sore, serta gosok
gigi.
7.
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum
sakit : Pasien merasa aman dan nyaman
jika bersama keluarga dan istrinya
Saat
dikaji : Pasien mengeluh tidak
nyaman karena sering sesak nafas dan batuk
8.
Kebutuhan berpakaian
Sebelum
sakit : Pasien ganti baju 2x sehari dan
dapat berpakaian sendiri.
Saat
dikaji : Memakai pakaian dibantu
oleh anaknya.
9.
Kebutuhan Spiritual
Sebelum
sakit : Pasien dapat melakukan ibadah
solat 5 waktu
Saat
dikaji : Pasien tidak bisa sholat
di RS dan berkeyakinan bahwa penyakitnya
dapat sembuh karena pertolongan Tuhan.
10.
Kebutuhan berkomunikasi dan berhubungan
Sebelum
sakit : Hubungan pasien dengan keluarga
baik biasa berkomunikasi dengan
bahasa jawa.
Saat
dikaji :Pasien mau berkomunikasi
dengan perawat dengan ditemani anaknya
11.
Temparatur tubuh
Sebelum
sakit : Pasien biasa memakai pakaina
tipis jika panas begitu juga sebaliknya
Saat
dikaji : Pasien suhunya normal S : 37 C
12.
Kebutuhan bekerja
Sebelum
sakit : Pasien adalah seorang petani
Saat
dikaji : Pasien hanya berbaring ditempat tidur.
13.
Kebutuhan bermain dan rekreasi
Sebelum
sakit : Pasien tidak biasa bermaian ataupun rekreasi
Saat
dikaji : Pasien tidak bisa pergi kemana
- mana, hanya tetangganya sering menjenguk di RS untuk menghibur.
14.
Kebutuhan Belajar
Sebelum
Sakit : Pasien tidak tahu tentang penyakit
PPOK yang dideritanya
Saat
dikaji : Pasien sudah tahu tentang
penyakit yang dideritanya karena penjelasan perawat.
C.Pemeriksaan
Fisik
1.
Keadaan Umum : compos mentis,TD 130/80mmHg, RR 28x/menit, suhu 37 C, N
:104x/menit
2. Kepala
a.
Kepala : mesosephal
b.
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut,
c.
Mata :
Bulu mata tidak mudah dicabut, sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, palpebra dekstra udem dan spasme, oedem pada kornea
dekstra.
d.
Hidung : tampak terpasang kanul
O2 (2L/menit)
e.
Telinga : Besih, tidak ada serumen, reflek
suara baik.
f.
Mulut : Gigi kekuningan, lengkap, tidak ada stomatitis.
g.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
dan tidak ada pembengkakan pada trakhea
h.
Ektremitas : tidak ada oedem pada kedua ekstremitas atas dan bawah.
Ekstremitas atas tangan kiri
terpasang infus RL 7 ttes/menit
3. Dada
a.
Paru
1)
Inspeksi
Bentuk dada simetris
Tampak RR 28x/menit
2)
Palpasi
Tidak ada pembengkakan pada paru
Tidak ada nyeri tekan
3)
Perkusi
Hipersonor
Hipersonor
4)
Auskultasi
Suara nafas wheezing dan kadang terdengar ronchi
D.Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan Laboratorium
AGD
a)
PH = 7,359 (7,35-7,45)
b)
PCO2 = 46,0 (35-45)
c)
PO2 = 115,0 (80-104)
d)
HCO3 = 25
Sputum
BTA ( - )
2.
Terapi
a) Terapi
infus : RL Dextro 5 % 1:1/24 jam (7
tetes/menit)
b) Terapi
injeksi :
Aminiphylin 1 amp/24 jam
Tarbulatin 4x0,025mg
Ciproflaxosin 2x 500 mg
c) Terapi
Oksigen
Nebulizer 4x (atroven : agua) = 1:1
,O2 2L/menit
d) Diet
TKTP
E.Analisa Data
NO
|
DATA
FOKUS
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
1.
2.
3.
|
DS : Pasien mengatakan sesak nafas sejak 5 tahun
yang lalu.
DO: ps. Tampak sesak nafas/dispneu ,tampak
menggunakan alat bantu pernafasan kanul O2 , RR: 28 x/m, wheezing(+),
Ronchi(+)
DS: ps. Mengatakan sering batuk
DO: p
stampak batuk , batuk tampak ada lendir putih
DS : pasien mengatakan kesulitan nafas
DO: PCO: 46 ,PO2 : 115
|
Hiperventilasi
Adanya mukus
Ventilasi
perfusi
|
Ketidak
efektifan pola nafas
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Gangguan pertukaran gas
|
F.Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan pola nafas bd
hiperventilasi
2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif bd
adanya mukus
3.
Gangguan pertukaran gas bd ventilasi
perfusi
G.Intervensi
NO
DX
|
DIAGNOSA
|
NOC
|
NIC
|
1.
|
Ketidakefektifan
pola nafas bd hiperventilasi (00032)
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam masalah ketidakefektifan pola nafas
teratasi
Kriteria
:
1.
RR
normal 16-24
2. Adanya kesimetrisan ekspansi dada
3. Tidak menggunakan otot nafas tambahan
4. Tidak ada
pernafasan cuping hidung saat
beraktifitas
5. Tidak ada nafas pendek
|
Airway Management
1.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2.
Lakukanfisioterapi dada jikaperlu
3.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
4.
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
5.
Atur intake untuk cairan mengoptimalkankeseimbangan.
6.
Monitor respirasi dan status O2
7.
Berikanbronkodilator bila perlu (amonophilin 1 amp/24 jam)
|
2
|
Bersihan
jalan nafas tidak efektif bd adanya mukus
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif dapat teratasi
Kriteria
:
1. RR
normal
2.
Tidak ada kecemasan
3.Mampu
membersihkan secret
4.
Tidak ada hambatan dalam jalan nafas
5.
Tidak ada batuk
|
Airway Management
Intervensi
:
1.
Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2.
Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
3.
Berikan
minum hangat kepada pasien
4.
Ajarkan
batuk efektif
5.
Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan
|
3
|
Gangguan
pertukaran gas bd ventilasi perfusi
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawtan 2x24 jam masalah gangguan pertukaran gas
teratasi
Kriteria
:
Status pernafasan: pertukaran
gas
1. Kemudahan bernafas
2. tidak ada sesak nafas dalam istirahat
3. tidak ada sesak nafas saat beraktivitas
4.Tidak ada kelelahan
5.Tidak ada sianosis
6.PaCO2 DBN (35-45)
7.PaO2 DBN (80-104)
|
Monitoring pernafasan :
1.
Monitor rata-rata, ritme, kedalaman, dan usaha
pernafasan
2.
Monitor pola nafas :bradipnea, takipnea,
3.
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
4.
Perkusi dada anteriordan posterior dari apeks
sampai bawah
5.
Auskultasi suara pernafasan, catat area yang
mengalami penurunan ventilasi dan adanya suara tambahan
6.
Monitor adanya dispnea dan kejadian yang
meningkatkan dan memperburuk keadaan pasien
7.tidur menyamping untuk mencegah aspirasi
|
BAB
IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi
Kronis) adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencangkup bronkitis
kronis, bronkiestasis, emfisema, dan asma. PPOK merupakan kondisi
ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan
aliran masuk dan keluar udara paru-paru.(Brunner&Suddarth,2001)
Penyakit paru obstruktif
kronis merupakan sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan
ke luar paru. (Arif Muttaqin,2008).
Diagnosa yang muncul pada kasus di atas adalah :
1.
Ketidakefektifan pola nafas bd
hiperventilasi
2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif bd
adanya mukus
3.
Gangguan pertukaran gas bd ventilasi
perfusi
DAFTAR PUSTAKA
Tamsuri, Anas .2008.Seri Asuhan Keperawtan Klien Gangguan Pernafasan.Jakarta : EGC
Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC).US : ELSEVIER
Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC).US : ELSEVIER
Smeltzer, Suzanne C& Bare, Brenda G .2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta
: EGC
Herdman,T.Heather.2010.Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2009-2011.Jakarta :
EGC
Tim PDPI.2003.PPOK
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.http// :jurnal – PPOK- Perhimpunan-
Dokter -Paru –Indonesia.com diakses pada hari rabu,6/3/2013
Tim PDPI.2008.Diagnosis
dan Tatalaksana Kegawatdaruratan Paru.Jakarta : Sagung Seto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar