MAKALAH
ILMU
DASAR KEPERAWATAN 3
“
KONSEP
SUHU DAN ASUHAN KEPERAWATAN ”
EDITED BY :
SAHRIL NOVIANTO
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat rahmat dan hidayahNyalah,
kami dapat menyusun makalah yang
bertemakan tindakan keperawatandimana kami mengambil salah satu pokok bahasan
dalam kesehatan yaitu analisis data, diagnosa keperawatan dan intervensi.
Dalam makalah yang kami
susun ini terdapat beberapa materi tentang mengenal analisis data, diagnosakeperawatandanintervensiyang
dimana tema tersebut merupakan materi awal seorang perawat.
Makalah ini telah
diusahakan untuk dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin, namun kami sebagai
penyusun menyadari bahwa tidak ada karya yang sempurna, untuk itu semua kritik
dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan, sebagai bahan untuk
penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca serta mendapat Ridhadisisi Allah, dan dapat
menjadi salah satu referensi dalam ilmu kesehatan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................
i
KATA PENGANTAR
..............................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................................
1
1.1
Latar Belakang...............................................................................
1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................
2
1.3
Tujuan ............................................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................
2
2.1
Pengertian Suhu tubuh...................................................................
2
2.2
Asal Panas Pada Tubuh Manusia .................................................
3
2.3
Macam-Macam Suhu Tubuh
......................................................... 3
2.4
Sistem Pengaturan Suhu Tubuh ....................................................
4
2.5
Mekanisme Ketika Suhu Tubuh Berubah .....................................
4
2.6
Reseptor suhu ................................................................................
5
2.7
Penyaluran Sinyal Suhu Tubuh Pada Sistem Saraf ......................
6
2.8
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh ...................................
7
2.9
Ganguan pengaturan Suhu Tubuh ................................................
8
2.10
Fisiologi Terkait Dengan Mekanisme Pengaturan Suhu................ 11
BAB III LAPORAN ASUHAN
KEPERAWATAN............................................. .. 13
BAB IV ASUHAN
KEPERAWATAN...................................................................
17
BAB V
PENUTUP....................................................................................................
27
3.1
Kesimpulan
................................................................................
27
3.2
Saran .........................................................................................
27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suhu
tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain :
normal, hipertermi, hipotermi, dan febris.Suhu tubuh kita sering kali
berubah-ubah tanpa kita tau sebab-sebabnya dan mekanismenya,dikarenakan hal
tersebut dalam makalah ini kami akan membahas tentang mekanisme perubahan suhu
tubuh.
1.2 Rumusan masalah
1.
Bagaimana
perubahan suhu tubuh yagterjdi pada manusia?
2.
Bagaimana
sistem dan mekanisme perubahan pada suhu tubuh ?
3.
Darimana
asal panas dalam tubuh manusia ?
4.
Bagaimana sistem pengaturan suhu tubuh?
5.
Apa fungsi dari reseptor suhu?
6.
Bagaimana penjalaran sinyal suhu tubuh
pada system saraf?
7.
Apa factor yang mempengaruhi suhu tubuh?
8.
Apa saja yang mengganggu pengaturan suhu
tubuh?
1.3.
Tujuan
1.
Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang mekanisme perubahan suhu tubuh.
2.
Dapat mengetahui tentang asal panas suhu tubuh manusia, system pengaturan suhu
tubuh,reseptor suhu, penjalaran sinyal suhu tubuh pada system saraf.
3. Mengetahui
tentang faktor yang mempengaruhi suhu tubuh serta gangguan suhu suhu tubuh.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang
dproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Adapun
tempat pengukuran suhu tubuh:suhu inti yaitu suhu jaringan dalam relatif konstan
seperti rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner, kandung kemiih dan
suhu permukaan seperti kulit, aksila, oral. Rasa suhu mempunyai dua
submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor dingin/panas berfungsi
mengindrai rasa panas dan refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini dibantu
oleh reseptor yang terdapat di dalam system syaraf pusat. Dengan pengukuran
waktu reaksi, dapat dinyatakan bahwa kecepatan hantar untuk rasa dingin lebih
cepat dibandingkan dengan kecepatan hantaran rasa panas.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan
suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu
tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feedback) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur
hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan
mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh
telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut
titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh
inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap,
hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk
mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan
pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Dengan anestesi blok rasa dingin/panas dapat diblok
sehingga objektif maupun subjektif rasa dingin dan panas dapat dipisah yaitu:
1.
Rasa suhu
kulit yang tetap ( rasa suhu static )
Bila
seseorang berendam di air hangat maka mula-mula rasa hangat akan dialami oleh
orang tersebut. Lama-kelamaan rasa hangat tidak lagi dirasakan dan kalau ia
keluar dari air dan masuk kembali maka ia akan merasakan hangat kembali. Hal
ini terjadi karena suhu tubuh beradaptasi secara penuh terhadap suhu kulit yang
baru. Adaptasi penuh ini terjadi pada uhu netral (suhu nyaman). Rasa hangat
yang mantap akan dirasakan bila suhu berada di atas 36C dan rasa dingin
dirasakan pada suhu 17C.
2.
Rasa suhu
kulit yang berubah ( rasa suhu dinamik )
Pada
pengindraan suhu kulit yang berubah tiga parameter tertentu. Suhu awal kulit,
kecepatan perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar tehadap rangsangan suhu.
Pada suhu kulit yang rendah, ambang rasa hangat tinggi sedangkan untuk rasa
dingin rendah. Bila suhu meninkat ambang rasa hangat menurun dan ambang rasa
dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu berpengaruh terhadap timbulnya rasa
panas/dingin. Luasnya daerah kulit yang terpapar juga berpengaruh pada rasa
timbulnya panas/dingin.
3.
Titik rasa
dingin dan panas
Pada
permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap rangsangan dingin dan panas
terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih
rendah dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih
banyak dibandingkan dengan titik rasa panas. Kulit wajah daerah yang paling
peka terhadap rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin paling tinggi.
2.2 Asal Panas
Pada Tubuh Manusia
Pembentukan
panas (heatproduction) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat metabolisme
yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh:
1. BMR, terutama terkait dengan sekresi
hormon tiroid.
2. Aktivitas otot, terjadi penggunaan
energi menjadi kerja dan menghasilkan panas.
3. Termogenesis menggigil
(shiveringthermogenesis);
4. Termogenesistak-menggigil
(non-shiveringthermogenesis) Hal ini terjadi pada
bayi baru lahir.
Sumber
energi pembentukan panas ini ialah brownfat. Pada bayi baru lahir, brownfat
ditemukan pada skapula, aksila, dan area ginjal. Brown fat berbeda dengan lemak
biasa, ukurannya lebih kecil, mengandung lebih banyak mitokondria, banyak
dipersarafi saraf simpatis, dan kaya dengan suplai darah. Stimulasi saraf
simpatis oleh suhu dingin akan meningkatkan konsentrasi cAMP di sel brownfat,
yang kemudian akan mengativasifosforilasioksidatif di mitokondria melalui
lipolisis. Hasil dari fosforilasioksidatif ialah terbentuknya panas yang
kemudian akan dibawa dengan cepat oleh vena yang juga banyak terdapat di sel
brownfat. Brown fat ini merupakan sumber utama diet-inducedthermogenesis.
Pengeluaran
panas (heatloss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara
fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui pertukaran panas secara
radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air. Radiasi ialah emisi energi
panas dari permukaan tubuh dalam bentuk gelombang elektromagnetik melalui suatu
ruang. Konduksi ialah perpindahan panas antara obyek yang berbeda suhunya
melalui kontak langsung obyek tersebut. Konveksi ialah perpindahan panas
melalui aliran udara/ air. Evaporasi ialah perpindahan panas melalui ekskresi
air dari permukaan kulit dan saluran pernapasan saat bernapas.
2.3
Macam –
macam suhu tubuh
Macam-macam
suhu tubuh menurut (TamsuriAnas 2007) :
·
Hipotermi,
bila suhu tubuh kurang dari 36°C
·
Normal, bila
suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C
·
Febris /
pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C
·
Hipertermi,
bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal
suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan
dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini
biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu
permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit,
jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C
sampai 40°C.
2.4
Sistem
Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu
tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain :
normal, hipertermi, hipotermi, dan febris.
Suhu dapat di bagi, antara lain:
1. Suhu inti (coretemperature) Suhu
inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan
dipertahankan mendekati 37C.°
2. Suhu kulit (shelltemperature) Suhu
kulit menggambarkan suhu kulit tubuh,
jaringan subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh
suhu lingkungan.
3. Suhu tubuh rata-rata
(meanbodytemperature) merupakan suhu rata-rata gabungan suhu inti dan suhu
kulit.
Pengukuran suhu tubuh
Ada beberapa macam thermometer untuk
mengukur suhu tubuh:
1. The mercury-in-glassthermometer
2. The electrical digital
readingthermometer
3. A
radiometerattachedtoanauriscope-likehead (untuk pengukuran suhu timfani)
2.5
Mekanisme
Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah
1.
Mekanisme
tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan
pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat
simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga
terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan
pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai
efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran
keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi.
Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan
pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang
dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat
merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang
kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area
preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit
tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat,
yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan
keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.
c. Penurunan
pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti
termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
2.
Mekanisme
tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a. Vasokontriksi
kulit di seluruh tubuh
b. Vasokontriksi
terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus
posterior.
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektorpili yang
melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia,
tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai
isolator panas terhadap lingkungan.
c.
Peningkatan
pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat
melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis,
serta peningkatan sekresi tiroksin.
2.6
Reseptor
Suhu
Setimulus
dapat datang dari lingkungan luar salinitas, suhu udara, kelembapan,cahaya.
Alat penerima rangsang reseptor,sedangkan alat penghasil tanggapan disebut
efektor. Reseptor saraf yang paling sederhana hanya berupa ujung dendrit dari
suatu sel syaraf (neuron) , tidak meliputi selubung / selaput myelin dan dapat
di temukan pada reseptor rasa nyeri (freenerveending) atau nociresetor.
Berdasarkan
Lokasi Sumber Rangsang:
1. INTERORESEPTOR
adalah reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang dari dalam tubuh.
2.KHEMORESEPTOR adalah reseptor yang
berfungsi memantau pH,kadar gula dalam darah dan kadar kalsium dalam cairan
tubuh atau darah.
3. EKSTERORESEPTOR
adalah reseptor yang berfungsi menerima rangsang dari lingkungan di luar tubuh
Reseptor penerima gelombang suara (pada alat pendengaran) dan cahaya (dalam
alat pengelihatan).
4. HUBUNGAN
ANTARA RESEPTOR DENGAN EFEKTOR Dalam system syaraf,reseptor biasanya
berhubungan dengan syaraf sensorik (AFFERENT) sedang efektor erat dengan syaraf
motorik(EFERENT). Reseptor berfungsi sebagaipengubahenergy, mengubah bentuk
suatuenergy menjadi bentuk tertentu. dan di dalam reseptor semua energy di ubah
menjadi energy listrik dan selanjutnya akan membawa ke perubahan elektrolit
sehingga timbul potensial aksi. Apabila suaturesektor menerima rangsangan yang
sesuaimakamembrane reseptor akan mengalami peritiwa potensial aksi. Jika
rangsangan yang diterima reseptor cukup kuat potensial reseptor yang timbul
akan lebih kuat. Makin besar rangsangan yang di terima, makin besar pula
potensial local yang di hasilkan sehingga dapat melampoi batas ambang
perangsangan pada membrane potensial generator.
2.7
Penjaluran
Sinyal Suhu Tubuh Pada Sistem Saraf
Pusat
pengaturan suhu tubuh yang berfungsi sebagai termostat tubuh adalah suatu
kumpulan neuron-neuron di bagian anterior hypothalamus yaitu: Preoptic area.
Area ini menerima impuls-impuls syaraf dari termoreseptor dari kulit dan
membran mukosa serta dalam hipotalamus. Neuron-neuron pada area peroptic
membangkitkan impuls syaraf pada frekwensi tinggi ketika suhu darah meningkat
dan frekwensi berkurang jika suhu tubuh menurun. Impuls-impuls syaraf dari area
preoptic menyebar menjadi 2 bagian dari hipotalamus diketahui sebagai pusat
hilang panas dan pusat peningkatan panas, dimana ketika distimulasi oleh area
preoptic, mengatur kedalam serangkaian respon operasional yang meningkatkan dan
menurunkan suhu tubuh secara berturut-turut. Termoregulasi adalah proses
fisiologis yang merupakan kegiatan integrasi dan koordinasi yang digunakan secara
aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh melawan perubahan suhu dingin atau
hangat.
Pusat
suhu pengaturan tubuh manusia ada di Hipotalamus, oleh karena itu jika
hipotalamus terganggu maka mekanisme pengaturan suhu tubuh juga akan terganggu
dan mempengaruhi thermostat tubuh manusia. Mekanisme pengaturan suhu tubuh
manusia erat kaitannya antara kerja sama system syaraf baik otonom, somatic dan
endokrin. Sehingga ketika membahas mengenai pengaturan suhu oleh
systempersyarafan maka tidak lepas pula kaitannya dengan kerja system endokrin
terhadap mekanisme pengaturan suhu tubuh seperti TSH dan TRH.
2.8
Faktor Yang
Mempengaruhi Suhu Tubuh
Setiap
saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu :
1. Exercise
Semakin
beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada atlet dapat
meningkat menjadi 20 x dari basalratenya.
2. Hormon
(Thyroxine
dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama basal metabolisme rate.
Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat
meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
3. Sistem syaraf
Selama
exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf otonom
terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan
juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh
medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
4. Suhu tubuh
Meningkatnya
suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate, setiap peningkatan 1 % suhu
tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10 %.
5. Asupan makanan
Makanan
dapat meningkatkan 10 – 20 % metabolisme rate terutama intake tinggi protein.
6. Usia
Pada
saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur. Produksi panas
meningkatseiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak. regulasi suhu
akannormal setelah anak mencapai pubertas.Lansia sensitif terhadap suhu yang
ekstrem akibat turunnya mekanisme kontrolsuhu (terutama kontrol vasomotor),
penurunan jumlah jaringan subkutan,penurunan aktivitas kelenjar keringat,
penurunan metabolism.
7. Olahraga
Aktivitas
otot memerlukan peningkatan suplai darah dan metabolisme lemak dankarbohidrat.
8. Kadar Hormon
Suhu
tubuh wanita lebih fluktuatif dibandingkan pria
9. Stres
Stress
fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persyarafan
10. Lingkungan
Mekanisme
kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku disekitar. Walaupun terjadi
perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai mekanisme homeostasis yang dapat
dipertahankan dalam rentang normal. Suhu tubuh yang normal adalah mendekati
suhu tubuh inti yaitu sekitar 37 0 C. suhu tubuh manusia mengalami fluktuasi
sebesar 0,5 – 0,7 0 C, suhu terendah pada malam hari dan suhu tertinggi pada
siang hari. Panas yang diproduksikan harus sesuai dengan panas yang hilang.
11. Demam (
peradangan ).
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan
peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
2.9
Gangguan
Pengaturan Suhu Tubuh
Diantaranya
disebabkan oleh:
1. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting.
Peningkatan ringan suhu sampai 39°C meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga merupakan
bentuk pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon
(substansi yang bersifat melawan virus).Pola demam berbeda bergantung pada
pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam dan
turun dalam waktu yang berbeda.Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi
oksigen bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan
suhu. Frekuensi jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh terhadap nutrient. Metabolisme yang meningkat
menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan.
2. Kelelahan akibat panas
Kelelahan
akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang
terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum
selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke
lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan
elektrolit.
3. Hipertermia
Peningkatan
suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan
pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermia. Setiap
penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran
panas. Hipertermiamalignan adalah kondisi bawaan tidak dapat mengontrol
produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan
anastetik tertentu.
4. Heatstroke
Paparan
yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke,
kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Klien
beresiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki
penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang termasuk
beresikoadalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh
untuk mengeluarkan panas (mis. fenotiazin, antikolinergik, diuretik, amfetamin,
dan antagonis reseptor beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan
olahraga atau kerja yang berat (mis. atlet, pekerja konstruksi dan petani).
Tanda
dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus, mual,
kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkontinensia. Tanda lain yang paling
penting adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita
heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat dan
malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu yang lebih besar dari 40,5°C
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital
menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45°C, takikardia dan hipotensi.
Otak mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu terkena karena
sensitivitasnya terhadap keseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut,
klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjai kerusakan neurologis
yang permanen kecuali jika tindakan pendinginan segera dimulai.
5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan
terus-menerus terhadap dingin memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi
panas sehingga akan mengakibatakanhipotermia.
Tingkatan
hipotermia:
~ Ringan
34,6 - 36,5°C per rektal
~ Sedang
28,0 - 33,5°C per rektal
~ Berat 17,0
- 27,5°C per rektal
~ Sangat
berat 4,0 - 16,5°C per rektal
Hipotermiaaksidental biasanya terjadi secara berangsur
dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C,
orang yang mengalami hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang
ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah
34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia
terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran,
dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.
Kita dapat mengukur suhu tubuh pada
tempat-tempat berikut:
1. ketiak/ axilae: termometer didiamkan
selama 10-15 menit
2. anus/ dubur/ rectal: termometer
didiamkan selama 3-5 menit
3. mulut/ oral: termometer didiamkan
selama 2-3 menit
Adapun suhu tubuh normal menurut
usia dapat dilihat pada tabel berikut:
USIA
|
SUHU(DERAJAT CELCIUS)
|
3 Bulan
|
37,5°C
|
6 Bulan
|
37,5°C
|
1 Tahun
|
37,7°C
|
3 Tahun
|
37,2°C
|
5 Tahun
|
37,0°C
|
7 Tahun
|
36,8°C
|
9 Tahun
|
36,7°C
|
11 Tahun
|
36,7°C
|
13 Tahun
|
36,6°C
|
Dewasa
|
36,4°C
|
>70 Tahun
|
36,0°C
|
2.10Fisiologi
Terkait Dengan Mekanisme Pengaturan Suhu
Bagian
otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus
anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA) berperanan
meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat.
Hipotalamus posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas,
menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas,
meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresiepinephrine dan norepinephrine
serta meningkatkan basal metabolisme rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh
inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas
melalui mekanisme feedback negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah
normal (Tortora, 2000). Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan
impuls syaraf ke area preoptic dan pusat peningkata panas di hipotalamus, serta
sel neurosekretory hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH
(Thyrotropinreleasing hormon) sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls
syaraf dan mensekresi TRH, yang sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar
pituitary anterior untuk melepaskan TSH (Thyroidstimulating hormon). Impuls
syaraf dihipotalamus dan TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor.
Berbagai
organ fektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk mencapai nilai
normal, diantaranya adalah :
1. Impuls syaraf dari pusat peningkatan
panas merangsang syaraf sipatis yang menyebabkan pembuluh darah kulit akan
mengalami vasokonstriksi. Vasokonstriksi menurunkan aliran darah hangat,
sehingga perpindahan panas dari organ internal ke kulit. Melambatnya kecepatan
hilangnya panas menyebabkan temperatur tubuh internal meningkatkan reaksi
metabolic melanjutkan untuk produksi panas.
2. Impuls syaraf di nervussimpatis
menyebabkan medulla adrenal merangsang pelepasan epinephrine dan norepinephrine
ke dalam darah. Hormon sebaliknya, menghasilkan peningkatan metabolisme
selular, dimana meningkatkan produksi panas.
3. Pusat peningkatan panas merangsang
bagian otak yang meningkatkan tonus otot dan memproduksi panas. Tonus otot
meningkat, dan terjadi siklus yang berulang-ulang yang disebut menggigil.
Selama menggigil maksimum, produksi panas tubuh dapat meningkat 4x dari
basalrate hanya dalam waktu beberapa menit.
4. Kelenjar tiroid memberikan reaksi
terhadap TSH dengan melepaskan lebih hormon tiroid kedalam darah. Peningkatan
kadar hormon tiroid secara perlahan-lahan meningkatkan metabolisme rate, dan
peningkatan suhu tubuh. Jika suhu tubuh meningkat diatas normal maka putaran
mekanisme feedback negatif berlawanan dengan yang telah disebutkan diatas.
Tingginya
suhu darah merangsang termoreseptor yang mengirimkan impuls syaraf ke area
preoptic, dimana sebaliknya merangsang pusat penurun panas dan menghambat pusat
peningkatan panas. Impuls syaraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi
pembuluh darah di kulit. Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang ke
lingkungan melalui radiasi dan konduksi bersamaan dengan peningkatan volume
aliran darah dari inti yang lebih hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu
yang bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan tidak terjadi menggigil.
Tingginya suhu darah merangsang kelenjar keringat kulit melalui aktivasi syaraf
simpatishipotalamik. Saat air menguap melalui permukaan kulit, kulit menjadi
lebih dingin. Respon ini melawan efek penghasil panas dan membantu
mengembalikan suhu tubuh kembali normal. Skema mekanisme feedback negatif
menghemat atau meningkatkan produksi panas menurun.
BAB
III
LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERTERMIA
A. Pengertian
Hipertermia(demam) adalah peningkatan titik patokan (set point)
suhu di hipotalamus (Corwin, Elizabeth J, 2000).Dikatakan demam jika suhu orang
menjadi lebih dari 37,5 ºC (Oswari, E, 2006). Demam terjadi karena pelepasan
pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen
eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil
reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Noer,
Sjaifoellah,2004).Pengaruh
pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi perifer
sehingga pengeluaran (dissipation) panas menurun dan pasien merasa demam. Suhu
badan dapat bertambah tinggi lagi karena meningkatnya aktivitas metabolisme
yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena kurang adekuat
penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah pada pasien.
DengueHemoragicFever (DHF) merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk AedesAegypti dan dapat penyerang semua orang terutama anak – anak dan
dapat menyebabkan kematian (Departemen Kesehatan RI, 2000). Lebih lanjut
(Smeltzer, 2001) merumuskan DengueHemoragicFever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh vektor virus yang dibawa oleh nyamuk AedesAegypti. Sedangkan
menurut (Nelson, 2000) DengueHemoragicFever (DHF) adalah Demam dengue yang
disebabkan oleh beberapa virus yang dibawa arthropoda, ditandai dengan demam.
Selain itu DHF dapat didefinidikan sebagai suatu penyakit demam akut disebabkan
oleh virus yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk AedesAegypti yang
menyerang pada anak, remaja dan orang dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri
otot dan sendi, manifestasi perdarahan dan cenderung terjadi syok yang dapat
menimbulkan kematian (Hendaranto, 1997).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
DengueHemoragicFever (DHF) adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui nyamuk
AedesAegypti yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri otot dan sendi, syok
serta dapat menimbulkan kematian.
B. Etiologi
Pada umumnya maysarakat kita
mengetahui penyebab dari DHF adalah melalui gigitan nyamuk AedesAegypti. Virus
dengan serotive 1, 2, 3 dan 4 yang ditularkan melalui nyamuk AedesAegypti.
Nyamuk ini biasanya hidup di kawasan tropis dan berkembangbiak pada sumber air
yang tergenang (Smeltzer, 2001).
C. Pathofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah
virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal – pegal seluruh tubuh
dan hal lain yang dapat terjadi adalah pembesaran hati (hepatomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding
kapiler mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler
akibatnya terjadi pengurangan volume plasma, penurunan tekanan darah. Plasma
merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat terjadi renjatan
(syok). Hemokonsentrasi (peningkatnhematokrit lebih dari 20%) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena. Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma teratasi sehingga
pemberian cairan intravena dikurangi kecepatandan jumlahnya untuk mencegah
terjadinya udem paru, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup
penderita akan mengalami renjatan (Pice. Sylvia A dan Lartainne M Wilson.
1995).
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang mincul
bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi antara 13 – 15 hari.
Penderita biasanya mengalami demam akut sering disertai tubuh menggigil.
Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah
terjadinya perdarahan, perdarahan yang terjadi dapat berupa perdarahan pada
kulit, perdarahan lainseperti melena. Selain demam dan perdarahan yang
merupakan ciri khas DHF gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai
pada penderita DHF adalah
1. Keluhan pada pernafasan
seperti batuk, pilek dan sakit waktu menelan.
2.
Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, tidak nafsu makan, diare
dan konstipasi.
3.
Keluhan sistem tubuh yang lain diantaranya sakit kepala, nyeri pada otot dan
sendi, nyeri ulu hati, pegal – pegal di seluruh tubuh.
Klasifikasi DHF
DHF dapat diklasifikasikan
berdasarkan derajat beratnya penyakit, WHO (1986) membagi menjadi empat
kategori (SoegengSoegijanto, 2002)
1. Derajat I
Adanya
demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan hanya berupa torniket tes
yang positif.
2. Derajat II
Gejala
demam yang diikuti perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan di bawah
kulit.
3. Derajat III
Ditemukan
kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, gelisah,
cianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda – tanda awal renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak
teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
E.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosa DHF perlu
dilakukan berbagai pemeriksaan lab antara lain pemeriksaan darah dan urine.
Pada pemeriksaan darah akan dijumpai :
·
Trombositopenia
· Hemoglobin
meningkat
·
Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
· Hasil
kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia.
F. Tipe-tipe Demam
1. Demam Septik
Pada demam septik, suhu badan
berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada mlam hari dan turun kembali
ketingkat yang diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
2. Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan
dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhuyang dicatat pad demam septic.
3. Demam Intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu
badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali, disebut tersiana dan bila
terjadi duahari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam Kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu
sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang
terus menrus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi
kenaikan suhu badan selama beberapa hari ayng diikuti oleh periode bebas demam
untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMIA
A. Pengkajian
1. Idetitas
pasien :
a.
Identitas pasien :
1) Nama : An. D
2) Umur : 11 th
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Pekerjaan : Pelajar
6) Alamat : Bojong panjer 06/01 ,kebumen
b. Identitas penanggung jawab :
1) Nama : Tn B
2) Umur :
45 thn
3) Jenis kelamin : Laki-Laki
4) Agama : Islam
5) Pekerjaan :
Wiraswasta
6) Alamat :
Bojong panjer 06/01 , kebumen
7) Hubunan dengan pasien : Orang tua pasien pasien
2. Keluhan
utama :
Keluarga
pasien mengatakan klien panas dari kemarin
Riwayat
Kesehatan :
a.
Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien datag ke RSUD
Kebumen pada tanggal 1 November dengan
keluhan panas dari kemarin
b. Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien
sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit dengan typesdaan mempunyai alergi
antalgin
c.
Riwayat kesehatan keluarga /menurun
:
Pasien dan keluarga pasien tidak memiliki penyakit menurun
lain
d. Riwayat imunisasi
ü BCG
ü Hepatitis
ü POLIO I,II,III Boster
ü Campak
e.
Riwayat kelahiran pada usia kandung 9 bulan di tolong
ole bidan dan berat badan klien
3000 grm
3. Observasi
dan pemeriksaan fisik
:
a.
Vital sign :
Pada tanggal 1 November 2010
TD
: 100/70 mmHg
Nadi : 128 x/ menit
Suhu
: 39,30 C
RR : 24/menit
b. Keadaan umum : Opatis lemah
c.
Pemeriksaan fisik headtotoe :
1) Kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma,
tidak ada nyeri
tekan
2) Rambut : warna hitam, kusut, tidak ada kebotakan, tidak
ada benjolan
3) Mata :
pengelihatan normal, diameter pupil 3, scleraikterik,
konjungtivaanemis,
pupil isokor
4) Hidung : bentuk simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada
secret
5) Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,
tidak ada perdarahan
6) Mulut : mukosa bibir kering
7) Leher : tidak ada pembesaran tyroid,
8) Thorax :I : bentuk dada simetris, tidak ada luka,
frekuensi nafas
Teratur RR : 128/menit
P : tidak
ada bejolan
P : tidak
ada nyeri tekan
A : bunyi
jantung S1,S2 normal, bunyi paru vesikuler
9) Abdomen : I : tidak ada luka, tidak ada acites
A : bising
usus normal 10 x/menit
P : suara
redup
P : tidak
ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan di bagian perut
10) Genitalia : tidak terpasang DC,
11) Eksteremitas :
kekuatan otot 5 5 5
5
ROM : bebas, Akral hangat , terpasang infuse RL di lengan
kanan 20 tpm
d. Pola pemenuhan kebutuhan dasar
GORDON :
1) Pola oksigenasi
Sebelum sakit : pasien
bernafas secara normal, tidak pernah sesak nafas
Saat dikaji :
pasien bernafas secara normal, tidak sesak RR 128 x/ menit
2) Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien
makan 3x sehari ( nasi, sayur, dan lauk ) minum6-8 gelas/hari
Saat dikaji :
pasien belum makan dan minum
3) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien
BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari
Saat dikaji :
pasien BAK baru 1 x dan belum BAB
4) Pola aktivitas/ bekerja
Sebelum sakit : pasien
melakukan aktivitas secara mandiri, bekerja sebagai pelajar
Saat dikaji :
aktivitas pasien dibantu oleh keluarga
5) Pola istirahat
Sebelum sakit : pasien
istirahat/ tidur 8-10 jam/hari
Saat dikaji :
pasien istirahat/ tidur 7-9jam/hari
6) Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : pasien
dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
Saat dikaji :
pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
7) Pola berpakaian
Sebelum
sakit : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri dan
memakai pakaian kesayangannya
Saat dikaji :
pasien menggunakan pakaian seadaanya dan dibantu
keluarga saat mengganti pakaiannya
8) Pola personal hygine
Sebelum sakit : pasien
biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan sabun
mandi tanpa bantuan keluarganya
Saat dikaji : pasien
mandi dengan cara diseka dan dibantu keluarganya
9) Pola komunikasi
Sebelum sakit : pasien
berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
Saat dikaji :
pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
10) Pola spiritual
Sebelum sakit : pasien
beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji :
pasien terganggu dalam melakukan ibadah (sholat)
11) Pola aman & nyaman
Sebelum sakit : pasien
merasa aman dan nyaman hidup bersama keluarga
Saat dikaji :
pasien merasa gelisah dirawat di rumah sakit
12) Pola rekreasi
Sebelum sakit : pasien
kadang-kadang berekreasi ke tempat-tempat wisata
Saat
dikaji : pasien tidak dapat
berekreasi, hanya tidurandi
tempat tidur dan cenderung diam
13) Pola bermain
Sebelum
sakit : pasien dapat bermain dengan
teman- temanya
Saat dikaji : pasien tidak dapat bermain dengan teman hanya berbaring di
tempat tidur
14). Pola beribadah
Sebelum
sakit : pasirn belum wajib untuk
beribadah karena belum balig
Saat
di kajian :pasien belum wajib untuk
beribadah karena belum balig
4. Data
Penunjang :
Laboratorium tanggal 1 November 2010 pukul wib
Hematologi
|
Hasil
|
Satuan
|
Normal
|
Gluclose
|
99
|
Mg/dl
|
70 – 120
|
Ureum
|
30,6
|
Mg/dl
|
10 – 50
|
Creatin
|
0,68
|
Mg/dl
|
0,5 –0,9
|
SGOT
|
7,7
|
Mg/dl
|
1,0 – 32
|
SGPT
|
39,6
|
Mg/dl
|
1,0 – 31
|
WBC
|
8,5
|
MG/DL
|
0,6-4,1
|
HBG
|
11,9
|
Mg/dl
|
11,7-17,7
|
5. Terapi
obat :
ü IVFD RL 20 tpm
ü Cefotaxim 2 X 750 Mg
ü Ranitidine 2x ½
ü Pamol 3 x ¾
ü Dexametason 1ampl
B. Analisa
data dan Masalah keperawatan
No
|
Hari/tanggal
|
Data focus
|
Etiologi
|
Masalah kep.
|
1.
|
Senin,
1 November 2010
|
DS :
- Ps mengatakan badan panas sejak 1
hari yang lalu
DO :
TD : 100/70
mmHg
Nadi : 128 x/
menit
Suhu : 39,30
C
RR : 24/menit
- Badan tampak berkeringat
|
Proses penyakit
|
Hipertermi
|
C.
Intervensi
No
|
Hari/tanggal
|
Masalah kep.
|
NOC
|
NIC
|
1.
|
Senin,
1 November 10
Pkl 21.00 wib
|
HIpertermib.d
proses penyakit
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 4 jam,
masalah keperawatanhipertermi diharapkan teratasi dengan indicator :
- Suhu turun dari 39,30C
menjadi 37,00C
- Badan tidak berkeringat banyak
|
-
Observasi TTV
R/: untuk mengetahui perubahan keadaan pasien ( suhu
tubuh)
-
Berikan kompres dingin
R/: kompres hangat untuk membuat nyaman pasien
-
Anjurkan memekai pakaian yang
menyerap keringat dan tidak tebal
R/: untuk memepercepat proses evaporasi keringat
Monitor output dan input
|
D. Implementasi
No
|
Hari/tanggal
|
Masalah kep.
|
Implementasi
|
Respon pasien
|
1
|
Senin 2 November
01.00 wib
|
H ipertermib.d
proses penyakit
|
-
mengobservasi TTV
-
memberikan kompres hangat
-
menganjurkan memekai pakaian yang
menyerap keringat dan tidak tebal
-
Kolaborasi : memberikan obat
antipiretik
-
Banyak minum
-
Intakeoutput
|
- Pasien kooperatif saat dilakukan
observasi TTV
- Pasien kooperatif saat dilakukan
kompres dingin
- Pasien kooperatif saat dianjurkan
memakai pakaian yang menyerap keringat dan tipis
- Pasien kooperatif,
- obat antiiretik
|
2
|
Senin 2 November
05.00 wib
|
H ipertermib.d
proses penyakit
|
-
mengobservasi TTV
-
memberikan kompres hangat
-
menganjurkan memekai pakaian yang
menyerap keringat dan tidak tebal
-
Kolaborasi : memberikan obat
antipiretik
-
Banyak minum
-
Intakeoutput
|
- Pasien kooperatif saat dilakukan
observasi TTV
- Pasien kooperatif saat dilakukan
kompres dingin
- Pasien kooperatif saat dianjurkan
memakai pakaian yang menyerap keringat dan tipis
- Pasien kooperatif,
- obat antiiretik
|
3
|
Senin 2 November
09.00 wib
|
H ipertermib.d
proses penyakit
|
-
mengobservasi TTV
-
memberikan kompres hangat
-
menganjurkan memekai pakaian yang
menyerap keringat dan tidak tebal
-
Kolaborasi : memberikan obat
antipiretik
-
Banyak minum
-
Intakeoutput
|
- Pasien kooperatif saat dilakukan
observasi TTV
- Pasien kooperatif saat dilakukan
kompres dingin
- Pasien kooperatif saat dianjurkan
memakai pakaian yang menyerap keringat dan tipis
- Pasien kooperatif,
obat antiiretik
|
E. Evaluasi
SOAP
No
|
Hari/tanggal
|
Masalah kep.
|
SOAP
|
Selasa,
2 November 2010
Pkl 01.00 wib
|
H ipertermib.d
proses penyakit
|
S :
- pasien mengatakan badannya masih
agak panas
O :
- TTV :
N : 92 x/menit
S : 37.80C
RR : 24 x/menit
-
Pasien tidak berkeringat
-
Pasien memakai baju tipis
-
Pasien telah dikompres air dingin
-
Obat paracetamol 1 tablet masuk
peroral
A : masalah
keperawatanhipertermi belum teratasi
P :
lnjutkaninterevensi
-
observasi TTV
- anjurkan memekai pakaian yang
menyerap keringat dan tidak tebal
|
|
Selasa,
2 November 2010
Pkl 05.00 wib
|
H ipertermib.d
proses penyakit
|
S :
- pasien mengatakan badannya sudah
tidak panas
O :
- TTV :
N : 100 x/menit
S : 37.00C
RR : 24 x/menit
-
Pasien tidak berkeringat
-
Pasien memakai baju tipis
A : masalah
keperawatanhipertermi teratasi
P :
Pertahankan intervensi
-
observasi TTV
anjurkan memekai pakaian yang
menyerap keringat dan tidak tebal
|
|
Selasa,
2 November 2010
Pkl 09.00 wib
|
H ipertermib.d
proses penyakit
|
S :
- pasien mengatakan badannya sudah
tidak panas
O :
- TTV :
N : 100 x/menit
S : 37.00C
RR : 24 x/menit
-
Pasien tidak berkeringat
-
Pasien memakai baju tipis
A : masalah
keperawatanhipertermi teratasi
P :
Pertahankan intervensi
-
observasi TTV
anjurkan memekai pakaian yang
menyerap keringat dan tidak tebal
|
BAB V
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Suhu
tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain :
normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Pengeluaran panas (heatloss) dari
tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh
dapat Kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi,
konveksi, dan evaporasi air. Alat penerima rangsang disebut reseptor,sedangkan
alat penghasil tanggapan disebut efektor. Suhu tubuh dipengaruhi oleh exercize,
hormone, system saraf, asupan makanan, gender iklim (lingkungan), usia,
aktivitas otot, stress.
3.2 Saran
Sebaiknya
kita selalu menerapkan cara hidup sehat,agar tubuh kita selalu sehat dan tidak
mengganggu aktivitas kita sehari-hari,agar suhu tubuh selalu dalam keadaan
normal dan dapat menyesuaikan dengn kondisi lingkungan sekitar kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Putra,
samaraadjoezt, 2012, Asuhan Keperawatan Demam Tyfoid, wordpress.com,
Tortora,
J.T., Grabowski, S.R. (2000). Principles of anatomyandphysiology. (9th ed.).
Toronto:
John
Wiley& Sons, Inc_______(2000). Temperatureregulation. Diambil pada 14
Februari 2006. dari
http://www.science.uwc.ac.za/physiology/temperatur/temperature.html
Journal of Endocrinology. (2005). Hypothalamic hormon a.k.a.
hypothalamicreleasingfactors. Diambil pada 14 Februari 2006 dari
http://joe.endocrinologyjournals. org/cgi/content/fullJournal of Endocrinology.
(2005). Functionalanatomy of hypothalamichomeostaticsystems. Diambil pada 13
Februari 2006 dair
http://www.endotxt.org/neuroendo/neuroendo3b.html
Myers, R.D. (1984). Neurochemistry of thermoregulation. The Physiologist,27,
(1), 41-46
Kartika, Dela. 2009.Hipotermia dan Hipertermia
(online)http://kartikadela89.blogspot.com/2009/01/hipotermia-dan-hipertermia.html,
diaksestanggal 13 MEI 2013.Anonym. 2005.
Penyakit Hipotermia.(online)djuni.wordpress.com/2005/03/28/penyakit- hipotermia /,diakses
tanggal 13 MEI 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar