MAKALAH
ILMU KEPERAWATAN DASAR 1
“ ANALISIS DATA, DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN INTERVENSI”
EDITED
BY:
SAHRIL
NOVIANTO
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2015
Kata Pengantar
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat rahmat dan
hidayahNyalah, kami dapat menyusun
makalah yang bertemakan tindakan
keperawatan dimana kami mengambil salah satu pokok
bahasan dalam kesehatan
yaitu analisis data, diagnosa keperawatan dan intervensi.
Dalam
makalah yang kami susun ini terdapat beberapa materi tentang mengenal analisis data, diagnosa keperawatan dan intervensi yang
dimana tema tersebut merupakan materi awal seorang perawat.
Makalah
ini telah diusahakan untuk dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin, namun kami
sebagai penyusun menyadari bahwa tidak ada karya yang sempurna, untuk itu semua
kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan, sebagai bahan untuk
penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca serta mendapat Ridha disisi Allah, dan
dapat menjadi salah satu referensi dalam ilmu kesehatan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagai
suatu aspek yang terpenting dalam proses keperawatan, perumusan diagnosa keperawatan ini sangatlah vital
untuk dilakukan.
Diagnosis
Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito,
2000; Gordon, 1976 & NANDA).
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis
dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien.
Diagnosis keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan
klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya
dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat. Sehingga perawat bisa menentukan
intervensi yang akan dilakukannnya untuk proses penyembuhan pasien.
Sehingga dalam makalah ini kami menggunakan tema yang
berhubungan dengan latar belakang masalah diatas yaitu “ analisa data, diagnosa
keperawatan dan intervensi”
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian analisis data ?
2.
Bagaimana cara pengelompokan
data ?
3.
Apa contoh dari analisa data ?
4.
Bagaimana cara identifikasi
masalah klien?
5.
Apa saja langkah – langkah dalam
menulis analisis data?
6.
Bagaimana cara perumusan
masalah dan prioritas?
7.
Apa pengertian dari diagnosa
keperawatan?
8.
Apa perbedaan diagnosa medis
dan diagnosa keperawatan?
9.
Apa Langkah-langkah
menentukan diagnonsa keperawatan?
10.
Bagaimana pedoman penulisan
diagnosa keperawatan?
11.
Apa tujuan dari diagnosa
keperawatan?
12.
Apa saja manfaat diagnosa
keperawatan?
13.
Bagaimana dokumentasi
perencanaan asuhan keperawatan?
14.
Bagaimana proses diagnostik?
15.
Apa pengertian intervensi?
16.
Apa saja manfaat intervensi?
17.
Apa saja tipe dari intervensi?
18.
Bagaimana pemilihan intervensi?
19.
Apa saja fase intervensi?
20.
Bagaimana menentukan tujuan
jangka panjang?
21.
Bagaimana menentukan tujuan
jangka pendek?
22.
Bagaimana pedoman hasi
identifikasi?
23.
Bagaimana langkah – langkah
menentukan intervensi?
1.3 TUJUAN
1.
Untuk mengetahui apa itu analisis
data
2.
Untuk mengetahui cara
pengelompokan data
3.
Untuk mengetahui contoh dari
analisa data
4.
Untuk mengetahui cara
identifikasi masalah klien
5.
Untuk mengetahui langkah – langkah
dalam menulis analisis data
6.
Untuk mengetahui cara perumusan
masalah dan prioritas
7.
Untuk mengetahui pengertian
dari diagnosa keperawatan
8.
Untuk mengetahui perbedaan
diagnosa medis dan diagnosa keperawatan
9.
Untuk mengetahui langkah –
langkah menentukan diagnosa keperawatan.
10.
Untuk mengetahui pedoman
penulisan diagnosa keperawatan.
11.
Untuk mengetahui tujuan dari
diagnosa keperawatan.
12.
Untuk mengetahui Apa saja
manfaat diagnosa keperawatan.
13.
Untuk mengetahui Bagaimana
dokumentasi perencanaan asuhan keperawatan.
14.
Untuk mengetahui proses
diagnostik.
15.
Untuk mengetahui pengertian
intervensi.
16.
Untuk mengetahui manfaat
intervensi.
17.
Untuk mengetahui tipe – tipe dari
intervensi.
18.
Untuk mengetahui Bagaimana
pemilihan intervensi.
19.
Untuk mengetahui Apa saja fase
intervensi.
20.
Untuk mengetahui tujuan jangka
panjang.
21.
Untuk mengetahui jangka pendek.
22.
Untuk mengetahui Bagaimana
langkah – langkah menentukan intervensi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANALISIS DATA
A.
Pengertian
Selama
pengkajian, data dikumpulkan dari berbagai sumber, divalidasi dan diurut ke
dalam kelompok yang membentuk pola. Data dasar secara kontinu direvisi sejalan
dengan terjadinya perubahan dalam status fisik dan emosi klien. Hal ini juga
mencakup hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Selama langkah ini
perawat menggunakan pengetahuan dan pengalaman, menganalisis dan
mengintrepretasi, dan menarik konklusi tentang kelompok dan pola data (Banner,
1984; Carnevalli et al, 1984; Carlson et al 1991; Bandman & Bandman,
1995).
B.
Pengelompokan
Data
Analisa data mencakup mengenali pola atau
kecenderungan membandingkan pola ini dengan pola kesehatan yang normal, dan
menarik konklusi tentang respon klien (lihat tabel di bawah). Perawat
memperhatikan pola atau kecenderungan sambil memeriksa kelompok data.jika
hubungan diantara pola – pola tersebut teridentifikasi, maka daftar masalah
atau kebutuhan yang berpusat pada klien mulai muncul.
C.
Contoh Aanalisis Data
CONTOH
ANALISA DATA
|
Kenali
pola (kelompok batasan karakteristik)
§ Tidak
defekasi selama 4 hari
§ Defekasi
nyeri dengan mengejan
§ Feses
terakhir kecil dan keras
§ Abdomen
keras dan distensi
|
Bandingkan
dengan standar normal
§ Feses
lunak, dan berbentuk setiap hari
§ Defekasi
tidak nyeri
§ Abdomen
lunak, tidak distensi
|
Buat konklusi pertimbangan
§
Masalah eliminasi
feses
|
Mengorganisasi dan mengidentifikasi pola secara
kritis ditunjukkan dalam contoh berikut ini. Rambut yang berwarna abu-abu saja
tidak harus mempunyai arti bahwa orang teersebut sudah tua. Namun demikian,
rambut yang berwarna abu-abu, kulit keriput, bercak penuaan, dan cara berjalan
yang lambat adalah kelompok dari data yang nencirikan pola dikenal sebagai
orang berusia sudah tua.
Pola yang teridentifikasi dibandingkan dengan
standar normal. Perawat menggunakan norma yang diterima secara umum, seperti
nilai-nilai norma pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, dan pengetahuan
professional sebagai dasar untuk perbandingan dan penilaian. Ketika
membandingkan pola, perawat memutuskan apakah tanda dan gejala yang
dikelompokkan termasuk dalam standar normal (Gordon, 1994). Batasan
karakteristik yang berada diluar norma sehat membentuk dasar untuk identifikasi
masalah.
Analisa
berarti mengkaitkan ,menghubunbgkan data yang diperoleh dengan konsep,teori,prinsip
relevan untuk mengetahui masalah kesehatan pasien.Oleh karena itu analisa data
dilakukan dengan :
a.
Mengesahkan data
b.
Mengelompokan data
c.
Membandingkan
dengan standart
d.
Menentukan
kesejengan
e.
Menginterpretasi
kesenjangan
f.
Membuat kesimpulan
tentang kesenjangan (masalah )
D. Identifikasi Masalah Klien
Sebelum melakukan diagnosa keperawatan, perawat
mengidentifikasi masalah perawatan kesehatan umum klien. Sebagai contoh,
setelah menerima sekelompok data seperti dispnea, peningkatan frekuensi
pernafasan dan batuk, perawat dapat mengenali bahwa klien mempunyai masalah
pernafasan umum. Namun begitu sebelum perawat mendapat perawatan secara
efektif, masalah harus ditetapkan secara lebih spesifik. Ketika
mengidentifikasi masalah ini, perawat mempertimbangakan semua data pengkajian
dan memfokuskan pada data abnormal dan yang berkaitan (Gordon, 1994). Mungkin
akan membantu bagi perawat yang tidak berpengalaman untuk berfikir tentang fase
identifikasi ini sebagai msalah perawatan kesehatan umum dan perumusan diagnosa
keperawatan sebagai masalah perawatkesehatan yang lebih spesifik. Perawat
beralih dari sifatnya yang umum ke yang lebih spesifik.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat
harus lebih dulu menentukan apa masalah kesehatan klien dan apa masalah
tersebut aktual atau potensial. Masalah
kesehatan aktual adalah masalah yang dirasakan atau yang dialami oleh
klien, seperti gangguan pola tidur yang berhubungan dengan lingkungan yang
bising. Suatu masalah kesehatan berisiko
mewaspadakan perawat pada pentingnya intervensi pencegahan (Gordon, 1994).
Faktor risiko untuk diagnosa keperawatan atau berisiko menunjukkan situasi yang
meningkatkan kerentanan klien atau kelompok terhadap suatu penyakit atau
kecelakaan (Carpenito, 1995). Sebagai contoh, selama perjalanan selama pasca
operatif, perokok yang kelebihan berat badan berisiko terhadap bersihan jalan
nafas tidak efektif yang berhubungan dengan nyeri insisi.
Langkah identifikasi masalah membawa perawat lebih
dekat untuk membentuk diagnosa keperawatan. Dengan membuat analisi umum dari
data yang dikelompokkan membantu perawat dapat mengenali masalah spesifik dan
kemudian membuat diagnosa keperawatan.
E.
Langkah
- langkah analisis permasalahan
1) Susunlah
pengelompokan data – data yang telah diorganisasi terdahulu secara sistematis
dan logis sesuai dengan teori atau model tertentu
2) Identifikasi
kesenjangan data – data tersebut dengan pedoman teori standar. Hal ini sering
disebut kesenjangan antara “kenyataan” dan “seharusnya” terjadi, kesenjangan
ini merupakan permasalahan diaknosa.
3) Apabila
jenis permasalahan tersebut banyak maka tentukan urutan prioritas permasalahan
tersebut.
4) Identifikasikan
kekuatan dan kelemahan atau kekuatan dari data – data tersebut. Kemungkinan –
kemungkinan kekawatiran yang akan dijumpai adalah
a) Tidak
ada kekawatiran berarti status kesehatannya baik.
b) Tidak
ada kekawatiran tetapi ada potensi masalah
c) Ada
kekawatiran tetapi klien dapat mengatasinya sendiri.
d) Ada
kekawatiran namun diperlukan pemeriksaan diagnostik lanjutan.
e) Ada
kekawatiran yang memberatkankesanggupan klien untuk mengatasinya.
f) Ada
kekawatiran dimana klien memerlukan bantuan untuk mengatasinya.
g) Ada
kekawatiran yang kritis terhadap klien.
5) Dari
kekawatiran tersebut tentukan status masalahnya apakah aktual, atau potensial.
6) Identifikasi
penyebab masalah tersebut atau hubungan sebab dan akibat dari permasalahan.
7) Identifikasikan
kemampuan dan data yang menunjang asuhan keperawatan yang akan di lakukan.
Data
|
Analisa
data
|
Alternatif
masalah
|
|
|
|
F.
Perumusan masalah dan
prioritasnya
Dari analisis data disusunlah
alternatif masalah. Masalah adalah kesenjangan dari apa yang seharusnya
(standar, nilai normal, petunjuk teknis dan lain – lain), dengan apa yang
senyatanya (kejadian yang ada atau data yang ada informasi yang ada dan lain –
lain). Contoh seharusnya tekanan darah
normal Bapak A : 130/90, akan tetapi kenyataannya 180/130, maka terjadi
kesenjangan 50/40 lebih tinggi, jadi perumusannya Bapak “A” menderita tekanan
darah tinggi dengan tekanan darah 180/130
2.2 DIAGNOSA KEPERWATAN
A.
Pengertian
1.
YURA
Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian
tentang status kesehatan pasien
2.
American Nursing
Association(ANA)
Diagnosa
keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan yang aktual dan
potensial. Masalah aktual adalah masalah yang ditemui pada waktu pengkajian. Masalah potensial
adalah masalah yang mungkin timbul kemudian
3.
Lu Verne Wollf RN.MA
Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan masalah spesifik yang
berkaitan dengan keadaan kesehatan seseorang dan didasarkan pada penilaian
keperawatan yang bercorak negatif .
4.
Gordon
Diagnosa
keperawatan adalah diagnosa yang dibuat oleh perawat profesional yang
menggambarkan tanda-tanada dan gejala-gejala yang menunjukkan masalah kesehatan
yang dirasakan pasien yang mampu ditolong oleh perawat berdasarkan jenjang
pendidikannya
5.
Christin S. Ibrahim
Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat, dan pasti tentang status
dan masalah kesehatan pasien yang dapat ditanggulangi oleh tindakan
keperawatan.
6.
Edel
Diagnosa
keperawatan adala suatu keadaan kesehatan pasien secara menyeluruh dengan
ciri-ciri:
·
Adanya masalah
kesehatan pasien yang memberikan bantuan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya atau meninggal dunia dengan damai
·
Diagnosa keperawatan
yang menggambarkan hal-hal sebagai berikut:
ü masalah
kesehatan aktual
ü masalah
kesehatan potensial
ü perkembangan
perilaku pasien
7.
Departemen
kesehatan(Pusdiklat Dep.kes) 1997.
Diagnosa
keperawatan adalah peryataan yang jelas, singkat,dan pasti tentang masalah
pasien serta pengembangannya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan
keperawatan
8.
Keperawatan adalah
diagnosis dan terapi respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan yang
sifatnya aktual dan potensial. (ANA, 1980 hlm.9)
9.
Diagnosis keperawatan
adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas
terhadap masalah-masalah kesehatan atau proses kehidupan yang sifatnya aktual
atau potensial. (NANDA)
10.
Diagnosis keperawatan
memberikan dasar dalam pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
yang menjadi akuntabilitas perawat
(Carroll-johnson, 1993,hlm. 306).
kesimpulan
diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat ,tegas,jelas tentang respon
klien terhadap masalah kesehatan penyakit tertentu yang aktual dan potensial
karena ketidaktahuan, ketidakmauan,atau ketidakmampuan pasien mengatasi sendiri
yang membutuhkan tindakan keperawatan untuk mengatasinya.
Dari
pengertian diatas perlu diperjelas beberapa hal antara lain:
a. Suatu
pernyataan singkat, tegas dan jelas
Pernyataan
tersebut didasarkan hasil pengumpulan data dan evaluasi data yang dilakukan
dengan sistematis, praktis, etis dan profesional oleh tenaga keperawatan yang
mampu untuk itu.
b. Respon
klien terhadap masalah kesehatan dan penyakit tertentu
c.
Masalah kesehatan/
diagnosis medis tidah sama dengan
masalah keperawatan/ diagnosa keperawatan.
Aktual adalah diagnosa keperawatan yang menjelaskan masalah
nyata yang ada saat pengkajian. Misal S= 40 0C , turgor kulit jelek
d.
Potensial adalah
diagnosa keperawatan yang menjelaskan masalah nyata yang akan terjadi, bila
tindakan keperawatan tidak dilakukan. Jadi masalahnya belum ada tapi penyebabnya
sudah ada. Misal : kemungkinan fungsi seksual terganggu sehubungan dengan
dampat tindakan hytreotomi.
e.
Karena ketidaktahuan,
ketidakmampuan, dan ketidak mauan
1. Ketidak
tahuan disini dimaksudkan ketidak tahuan tentang bagaimana mengatasi kebutuhan
hidupnya sehari- hari yang berkaitan dengan kesehtannya
2. Ketidak
mauan disis dimaksudkan dengan ketidak mauan pasien untuk mengatasi masalah
kebutuhan hidupnya sehari-hari yang berkaitan dengan kesehatannya. Misal: tidak
mau minum obat sehubungan dengan penyakitnya, tidak mau minum sehubungan dengan
dirinya kekurangan cairan
3. Ketidak
mapuan disini dimaksudkan adalah ketidak mampuan pasien untuk mengatasi masalah
kebutuhan hidupnya sehari-hari yang berkaitan dengan kesehatannya, misal: tidak
mampu mandi sendiri, tidak mampu memenuhi O2,
f.
Membutuhkan bantuan
tindakan keperawatan dimaksudkan apabial px tidak mampu sendiri maka
membutuhkan intervensi keperawatan untuk mengatasinya.
B.
Perbedaan Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa medis
|
Diagnosa keperawatn
|
||
1.
|
Berfokus kepada
faktor – faktor yang bersifat pengobatan penyakit.
|
1.
|
Berfokus pada reaksi
pasien terhadap penyakit, tindakan medis dan faktor – faktor lain yang sangat
bervariasi.
|
2.
|
Berorientasi pada
keadaan patologis.
|
2.
|
Berorientasi pada
kebutuhan individu.
|
3.
|
Cenderung tetap,
mulai sakit sampai sembuh / menginggal dunia.
|
3.
|
Cepat berubah sesuai
dengan perubahan respon pasien.
|
4.
|
Mengarah kepada
tindakan medis yang sebagian dilimpahkan kepada perawat.
|
3.
|
Mengarah kepada
fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan perawatan dan evaluasi.
|
5.
|
Diagnosis medis
melengkapi diagnosis keperawatan.
|
5.
|
Diagnosis keperawatan
melengkapi diagnosa medis.
|
Apabila penyebab yang spesifik dari
penyakit diketahui, maka diagnosis medis dapat menjadi dasar diagnosa
keperawatan misalnya:
1. Kecemasan
Ny. A sehubungan dengan M.Ci
2. Rasa
nyeri Tn.I sehubungan ulkus peptikum
3. Kecenderungan
terjadi infeksi pada Ny.I sehubungan dengan leukimia akut
4. Kecenderungan
terjadi luka pada Tn.A sehunungan denag katarak.
C.
Langkah-langkah
menentukan diagnonsa keperawatan:
1.Klasifikasi
data
Pengelompokan data
didasarkan atas kriteria permasalahan kesehatannya.setelah data dikelompokkan
maka perawat dapat menidentifikasi masalah keperawatan klien dan merumuskannya.Pengelompokan
data dapat disusun berdasarkan “pola respon manusia (taksonomi NANDA)”
2.Interprestasi
data
a. Menentukan
kelebihan klien
b. Menentukan
masalah klien
c. Menentukan
masalah klien yan pernah dialami
d. Penentuan
Keputusan
1) Tidak
ada masalah tetapi perlu peningkatan status dan fungsi (kesejahteraan)
·
Tidak ada indikasi
respon keperawatan
·
Meningkatnya status
kesehatan dan kebiasaan
·
Adanya inisiatif
promosi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
2) Masalah
yang kemungkinan
·
Pola mengumpulkan data
yang lengkap untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga
3) Masalah
aktual atau resiko atau sindrom
·
Tidak mampu merawat
karena klien menolak masalah dan pengobatan
·
Mulai desain
Perencanaan,pelaksanaan,dan evaluasi
untuk mencegah ,menurunkan atau menyelesaikan masalah
4) Masalah
kolaboratif
Masalah
kolaboratif adalah komplikasi fissiologi yang diakibatkan dari
patofisiologi,berhubungan dengan pengobaatan,dan situasi yang lain.Tugas
perawat adalah memonitor untuk mendeteksi status klien dan kolaboratif dengan
tenaga ,medis gna pengobatan yang tepat(Carpenito,2000)
·
Konsultasikan dengan
tenaga kesehatan profesional yang kompeten dan bekerja secara kolaboratif pada
maslah tersebut
3.Validasi data
Begitu diagnosa
keperawatan disusun ,maka harus dilakukan validasi secara akurat yang dilakukan
bersama klien/keluarga dan atau masyarakat.Menurut price ada beberapa indikasi
pertanyaan tentang respon yang menentukan diagnosa keperawatan :
a. Apakah
data dasar mencukupi,akurat dan berasal
dari beberapa konsep keperawatan?
b. Apakah data yang signifikan menunjukkan gangguan
pola?
c. Apakah
ada data-data subyektif dan obyektif yang mendukung terjadinya gangguan pola
pada klien?
d. Apakah
diagnosa keperawatan yang ada berdasarkan pemahaman ilmu keperawtan dan
keahlian klinik?
e. Apakah
diagnosa keperawatan yang ada dapat dicegah,dikurangi dan diselesaikan dengan
melakukan tindakan keperawatan yang independent?
D.Pedoman Penulisan Dokumentasi Diagnosa Keperawatan
Persyaratan
utama dalam dokumentasi diagnosi keperawatan adalah :
1. Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan singkat, tegas, tentang keputusan perawat
yang berkaitan dengan respon manusia terhadap masalah kesehatan yang aktual dan
potensial.
2. Diagnosa
keperawatan harus akurat, dan spesifik dengan menggunakan proses pemecahan
masalah yang didasarkan pada:
a. Identifikasi
masalah, gangguan kesehatan atau kebutuhan pelayanan yang sering disebut
problem (P)
b. Mencari
dan menentukan penyebab permasalahan yang sering disebut etiologi (E)
c. Menentukan
tanda gejala dari masalah tersebut yang sering disebut symptom (S)
Dengan kata lain
rumus penulisan diagnosa keperawatan adalah
DK=
P+E+S
CONTOH:
gangguan
aktivitas jalan (P) sehubungan dengan pemasangan perban pada tungkai (E) yang
ditandai denag rasa nyeri didaerah tungkai (S)
d. Kadang
kadang (S) tidak tampak maka rumusnya
DK=P+E
Contoh:
diare(P) sehubungan dengan makanan pedas(E)
e. Kadang-kadang
(E) tidak ditemukan. Maka rumusnya
DK=P+S
Contoh: diare(P) yang ditandai dengan BAB cair lebih
dari 5x(S) Merumuskan diagnosa keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan
didasarkan pada identifikasi kebutuhan klien. Bila data pengkajian mulai
menunjukkan masalah, perawat diarahkan pada pemilihan diagnosa keperawatan yang
sesuai.
PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
||
Pengelompokkan Data
|
Identifikasi
Kebutuhan Klien
|
Perumusan
Diagnosa Keperawatan
|
Diare selama 3 minggu
Distensi abdomen
Riwayat keluarga tentang kanker lambung
|
Perubahan pola eliminasi
|
Diare yang berhubungan dengan penyebab yang tidak diketahui
|
Penurunan berat badan : 7,5 kg
|
Penurunan berat badan yang berlebihan
|
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan diare kronis selama 3 minggu.
|
Anemia, kadar hemoglobin 10 g
Riwayat merokok 40 pak per tahun
Sedikit perubahan emfisema yang tampak pada
film ronsen terauskultasi ronki kasar pada bidang paru
|
Risiko terhadap komplikasi pernapasan pascaoperatif
|
Bersihan jalan napas tidak efektif setelah pembedahan
yang berhubungan dengan nyeri insisi.
|
Batuk produktif ketika bangun tidur setiap
pagi
Kolostomi temporer
Insisi abdomen
|
Perubahan dalam citra tubuh
|
Gangguan harga diri yang berhubungan dengan perubahan
citra tubuh.
|
Klien menolak untuk melihat abdomen
Klien mengungkapkan ketakutan tentang
kanker lambung
Klien menarik diri setlah laporan biopsi
Ansietas
|
Perubahan dalam interaksi interpersonal
|
Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan
ketakutan tentang prognosis yang tidak diketahui.
|
3. Memuat
2 karakteristik
a. Karakteristik
utama
Yakni elemen
yang harus selalu ada pada penarikan suatu masalah
Contoh : S=39 0C
b. Karakteristik
tambahan
Yakni data yang
biasanya muncul tetapi data itu tidak harus ada.
Contoh: hangat
bila disentuh, dehidrasi
4. Dx
keperawatan bukanlah dx medis, tetapi harus seiring dengan dx medis karena
perawat juga menaggulangi respon tubuh pasien akibat keadaan penyakitnya.
5. Memberi
arah pada asuhan keperawatan
6. Dapat
diatasi dengan intervensi keperawatan
7. Catat
diagnosa aktual dan potensial pada format
8. Tulis
diagnosa dalam format yang telah ditetapkan oleh institusi.
D.
Tujuan
dokumentasi diagnosa keperawatan
Dokumentasi diagnosa keperawatan bertujuan:
1. Mengidentifikasi
masalah pasien yang didapat berdasarkan pengkajian data.
2. Kesamaan
persepsi antartenaga keperawatan tentang istilah umum yang dipakai dalam
diagnosa keperawatan.
3. Dasar
dalam penyusunan perencanaan intervensi keperawatan, pelaksanaan intervensi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
4. Mengkomunikasikan secara tertulis langkah yang
perlu diambil serta urutan prioritasnya, tujuan yang ingin dicapai, rencana
tindakan pemecahan masalah pasien dan rencana penilaiannya.
5.
Meningkatkan
kesinambungan asuhan keperawatan dari satu waktu ke waktu yang lain,
6.
Mengaplikasikan rencana
asuhan keperawtan yang telah dirumuskan menjadi tindakan nyata.
7.
Dipedomani pada
pemikiran asuhan keperawatan pada masa yang akan datang.
8.
Memberi informasi untuk kepentingan pendidikan
E.
Manfaat
dokumentasi dianosa keperawatan
Dokumentasi diagnosa keperawatan penting karena
beberapa alasan antara lain:
1. Diagnosa
keperawatanmerupakan suatu keputusan masalah keperawatan melalui pengkajian
data. Keputusan tersebut perlu didokumentasikan untuk tindak lanjut pemecahan masalahnya.
2. Diagnosa
keperawatan tersebut selalu berubah sesuai dengan perubahan kondisi kesehatan
pasien. Oleh karena itu perlu dokumen yang rapi sehingga dapat diikuti dengan
baikperubahan – perubahan tersebut.
3. Pelayanan
keperawatan dilakukan selama 24 jam( terus menerus dengan melibatkan banyak
tenaga keperawatan, maka demi kesinambungan asuhan keperawatannya maka perlu
dilakukan dokumentasi yang baik.
L.J carpenito (1990) membedakan diagnosa keperawatan
dengan masalah kolaboratif sebagaiberikut :
Diagnosa
keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon – respon individu, keluarga
atau komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan aktual atau
potensial.
F.
Dokumentasi
perencanaan asuhan keperawatan
Perencanaan keperawatan atau lebih dikenal dengan
rencana asuhan keperawatan (nurshing care plan) atau disingkat renpra (rencana perawatan),merupakan
langkah ketiga dari proses keperawatan.setelah kita menetapkan diagnosa
keperawatan kita menyusun rencana tindakan keperawatan sebagai dasar
pelaksanaan tindakan/ implementasi keperawatan.
Dokumentasi perencanaan keperawatan adalah pencatatan
tentang kegiatan perencanaan keperawatan(langkah pemecahan serta urutan
prioritasnya, perumusan tujuan,perencanaan tindakan dan penilaian) yang dapat
dipertanggung jawabkan secara massal, teknis dan hukum.
G.
Proses Diagnostik
Adalah menganalisis dan mensintesis data yang
dikumpulkan selama pengkajian.Proses diagnostik membutuhkan beberapa jenis
pengetahuan dan pemikiran yang kompleks. Diagnosis membutuhkan :
1. Pengetahuan
empiris dan ilmiah.
Pengetahuan
ini memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menganalisis dan mensintesis
isyarat-isyarat yang ditujukan klien.
2. Pengetahuan
personal
Pengetahuan
personal dan intuisi secara positif atau negatif dapat mempengaruhi keakuratan
proses diagnosis.
3. Berfikir
kritis
Adalah
menyaring data dan membentuk ide tentang makna dari data tersebut. Proses
seperti membayangkan, memahami dan menyimpulkan digunakan untuk
menginterprestasi data klien dan merumuskan diagnosis keperawatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berfikir kritis mencakup dasar pengetahuan
perawat, pengalaman perawat, dan desakan waktu.
4. Pengambilan
keputusan
Adalah
berfikir diskriminatif dan mencakup unsur kesengajaan, penilaian dan pilihan.
H.
Komponen Diagnosis Keperawatan
1. Label
Label memberi
nama pada diagnosis, frase atau istilah singkat yang menunjukkan pola dari
isyarat yang berhubungan. Label dapat mencakup suatu pemberi sifat. (Gordon,
1994:384)
Pemberi sifat
adalh sebuah istilah yang ditambahkan pada diagnosis keperawatan guna
menggambarkan situasi klien lebih menyeluruh.
2. Definisi
Semua diagnosis keperawatan
mempunyai definisi. Definisi tersebut memberi deskripsi jelas dan tepat yang
menjelaskan makna diagnosis dan membantu membedakannya dari diagnosis lain yang
serupa. (Gordon, 1994:384)
3. Batasan
karakteristik
Adalah isyarat
klinis yang dikelompokkan sebagai manifestasi dari diagnosis keperawatan
(Gordon, 1994: 384)
4. Faktor-faktor
yang berhubungan
Adalah kondisi
dan situasi yang dapat menyebabkan atau menunjang suatu diagnosis. (Gordon,
1994: 384)
KOMPONEN
|
DIAGNOSIS AKTUAL
|
DIAGNOSIS RESIKO TINGGI
|
DIAGNOSIS SEJAHTERA
|
Label
|
Memberikan
nama untuk diagnosis, frase singkat atau istilah yang mewakili pola dari
isyarat yang berhubungan.label dapat mencakup pengkualifikasi.
|
Sama
dengan label diagnosis aktual
|
Sama.
Istilah potensial untuk ditingkatkan adalah pengkualifikasi yang ditetapkan.
Label merupakan pernyataan satu
bagian.
|
Definisi
|
Memberikan
deskripsi yang jelas dan tepat. Menyingkapkan maknanya dan membantu
membedakan diagnosis ini dengan diagnosis yang serupa
|
Tidak
ada
|
Sama
dengan definisi diagnosis aktual
|
Batasan
karakteristik
|
Isyarat
klinis yang mengelompok sebagai manifestasi dari diagnosis keperawatan. Dapat
bersifat mayor atau minor.
|
Tidak
ada
|
Sama
dengan batasan karakteristik diagnosis aktual
|
Faktor
yang berhubungan atau faktor resiko
|
Kondisi
yang menyebabkan suatu diagnosis
|
Faktor
resiko adalah perilaku, kondisi atau situasi yang menyebabkan klien lebih
rentan terhadap masalah.
|
Sama
dengan faktor yang berhungan dengan diagnosis aktual
|
I.
Format
Diagnosa Keperawatan
Format diagnosa keperawatan (yaitu secara aktual
diagnosa dinyatakan) didapat dari proses diagnostik. Format ini memungkinkan
perawat pemula mempunyai pengenalan dan pemahaman terhadap struktur dari
pernyataan diagnosa keperawatan.
FORMAT DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
|
Pernyataan Diagnostik
|
Faktor Yang
Berhubungan
|
Konstipasi
|
Diet serat yang tidak mencukupi
Efek medikasi
Masukan cairan yang tidak adekuat
Penurunan aktivitas
|
Keletihan
|
Ketidaknyamanan
Tuntutan peran yang berlebihan
Peningkatan kebutuhan energi
|
Kerusakan integritas kulit
|
Retensi cairan
Kelebihan sekresi
Imobilisasi
Perubahan sirkulasi
|
J.
TIPE DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
Lima tipe
diagnosis keperawatan, yaitu aktual, risiko, sejahtera, kemungkinan, dan
sindrom :
1. Diagnosis
aktual adalah masalah klien yang ada
pada saat pengkajian keperawatan. Contohnya adalah ketidakefektifan pola Nafas dan Ansietas. Diagnosis keperawatan
aktual didasarkan pada
adanya
tanda dan gejala yang berkaitan.
2.
Diagnosis
Keperawatan risiko adalah penilaian
klinis bahwa tidak ada masalah, tetapi adanya factor risiko menunjukkan bahwa suatu masalah mungkin muncul,
kecuali perawat melakukan intervensi. Misalnya, semua orang yang masuk rumah
sakit memiliki beberapa kemungkinan mendapat infeksi; namun, klien diabetes
atau klien luluh imun berisiko lebih tinggi daripada klien lain. Oleh karna
itu, perawat menggunakan judul Risiko
Infeksi secara tepat untuk menggambarkan status kesehatan klien.
3.
Diagnosis
sejahtera “ Menjelaskan respons manusia terhadap
derajat kesejahteraan pada individu, keluarga, atau masyarakat yang memiliki
kesiapan untuk peningkatan kondisi” (NANDA Internasional, 2003, hlm.263).
Contoh diagnosis sejahtera adalah Kesiapan
untuk Peningkatan Kesejahteraan Spiritual atau Kesiapan untuk Peningkatan
koping keluarga.
4.
Diagnosis
keperawatan kemungkinan adalah diagnosis yang
di tegakkan jika bukti masalah kesehatan tidak lengkap atau tidak jelas.
Diagnosis kemungkinan memerlukan lebih banyak data baik untuk mendukung ataupun
menyangkalnya. Misalnya, seorang janda lansia yang tinggal sendirian di rawat
di rumah sakit. Perawat memerhatikan ia tidak ada yang membesuk dan senang
dengan perhatian dan perbincangan dari staf keperawatan. Perawat dapat menulis
diagnosis keperawatan Kemungkinan Isolasi
Sosial berhubungan dengan etiologi yang tidak di ketahui, sampai lebih
banyak data dikumpulkan.
5.
Diagnosis
sindrom adalah diagnosis yang dikaitkan dengan
sekelompok diagnosis lain ( Alfaro-LeFevre, 1998). Enam diagnosis sindrom saat
ini terdapat pada daftar NANDA Internasional. Misalnya, Risiko Disuse Syndrome dapat di alami oleh klien yang tirah baring
dalam jangka panjang. Kelompok diagnosis yang terkait dengan sindrom ini
mencakup Hambatan Mobilitas Fisik, Risiko
Kerusakan Integritas Jaringan, Risiko Intoleran Aktivitas, Risiko Konstipasi,
Risiko Infeksi, Risiko Cedera, Risiko Ketidakberdayaan, Gangguan Pertukaran Gas,
dan sebagainya.
2.3
INTERVENSI (PERENCANAAN)
A.
Pengertian Rencana Keperawatan
Banyak para ahli menulis definisi / pengertian
perencanaan keperawatan antara lain :
1.
Hunt Jennifer dan Mak.
Rencana asuhan keperawatan adalah catatan yang ada
tentang intervensi rencana keperawatan.
2.
Mayer
Rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian yang
sistematis dan identifikasi masalah, penentuan tujuan dan pelaksanaan serta
cara-cara atau strategi.
3.
Lu Verne Wolf RN DKK
(1984)
Rencana pelayanan keperawatan adalah tindakan yang
digunakan ketika memberi pelayanan keperawatan kepada seseorang.
4.
Pudiklat Depkes (DJJ
Keperawatan) 1997
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan terpenuhinya kebutuhan
pasien.
5.
Lismidar H, SKM 1989
Perencanaan keperawatan adalah menentukan prioritas,
menulis tujuan dan merencanakan tindakan keperawatan.
6.
Zaidin Ali, SKM, MBA,
MM (1989)
Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian
kegiatan penentuan langkah-langkah pemecahan masalah dan diprioritasnya,
perumusan tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan kepada
pasien / klien berdasarkan analisis data dan diagnosa keperawatan. Pada tahap
ini ada 4 langkah penting yang perlu dilakukan yakni :
a. Penentuan
langkah pemecahan masalah dan penentuan prioritasnya.
b. Perumusan
tujuan yang ingin capai.
c. Penentuan
rencana tindakan untuk membantu pasien memecahkan masalah kesehatannya.
d. Penentuan
rencana penilaian keberhasilan dan penilaian proses. Keempat langkah tersebut
akan diuraikan, lebih dalam pada bagian kegiatan perencanaan keperawatan.
7.
Dari uraian diatas
menurut hemat penulis dokumentasi perencanaan keperawatan adalah pencatatan
tentang kegiatan perencanaan keperawatan (langkah pemecahan serta urutan
prioritasnya, perumusan tujuan, perencanaan tindakan dan penilaian) yang dapat
dipertanggung jawabkan secara masal, teknis dan hukum.
B.
Manfaat Dokumentasi Rencana Keperawatan
Dokumentasi perencanaan keperawatan bermanfaat dalam
asuhan keperawatan karena beberapa alasan antara lain :
1.
Berisikan informasi
yang jelas, akurat, rasional, potensial sesuai degan diagnosa keperawatan atau
kebutuhan pasien yang akan digunakan untuk dasar tindakan intervensi
keperawatan.
2.
Dokumentasi perencanaan
keperawatan.
Sebagai sarana komunikasi antara
perawat dengan perawat, antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya, antara
perawat dan pasien / keluarga dalam rangkai kerja sama, koordinasi kegiatan dan
pemikiran untuk pemecahan masalah pasien.
3.
Dokumentasi perencanaan
keperawatan dapat mempermudah pelaksanaan proses keperawatan yang berkelanjutan
dalam intervensi dan evaluasi secara konsisten.
4.
Dokumentasi perencanaan
keperawatan yang lengkap dapat memberi gambaran tentang keberhasilan asuhan
keperawatan.
C.
Tipe intervensi
Terdapat 3 kategori intervensi keperawatan;
intervensi yang diprakarsai oleh dokter; perawat dan kolaboratif.. kategori
pemilihan didasarkan pada kebutuhan klien. Satu klien mungkin membutuhkan semua
dari ketiga kategori, sementara klien lainnya mungkin hanya membutuhkan
intervensi yang diprakarsai oleh perawat dan dokter.
1. Intervensi perawat.
Intervensi Perawat adalah
respon perawat terhadap kebutuhan keperawatan kesehatan dan diagnosa
keperawatan klien. Tipe intervensi ini adalah “suatu tindakan autonomi berdasarkan
rasional ilmiah yang dilakukan untuk keuntungan klien dalam cara yang
diprediksi yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan klien”
(Bulecheck & McCloskey, 1994). Intervensi perawat mencakup aspek praktik
keperawatan professional yang tercakup oleh lisensi dan hukum. Intervensi ini
tidak membutuhkan arahan atau supervisi darai orang lain. Sebagai contoh,
intervensi untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi yang adekuat
atau aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan higiene adalah
tindakan keperawatan mandiri.
Intervensi perawat tidak membutuhkan instruksi
dokter atau profesi lainnya. Dokter sering kali dalam intruksi tertulisnya
mencakup intervensi keperawatan mandiri. Nnamun demikian, berdasarkan
undang-undang praktik keperawatan di sebagian besar negara bagian, tindakan
keperawatan yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari, penyuluhan
kesehatan, promosi kesehatan, dan konseling berada dalam domain praktik
keperawatan. Undang-undang ini menegaskan lingkup legal dari praktik
keperawatan dalam batasan geografi yurisdiksi.
2.
Intervensi Dokter
Intervensi Dokter didasarkan
pada respon dokter terhadap diagnosa medis dan perawat menyelesaikan instruksi
tertulis dari dokter (Bulecheck & McCloskey, 1994). Memberikan medikasi,
mengimplementasikan suatu prosedur invasif, menggganti balutan, dan untuk
menyiapkan klien untuk pemeriksaan dianostik adalah contoh-contoh dari
intervensi tersebut. Intervensi ini tidak selalu berada dalam praktik legal
keperawatan bagi perawat untuk meresepkan atau menginstruksikan tindakan ini,
tetapi intervensi tersebut berada dalam praktik keperawatan bagi perawat untuk
menyelesaikan instruksi tersebut dan untuk mengkhususkan pendekatan tindakan.
Sebagai contoh, dokter menginstruksikan untuk menggganti balitan dua kali
sehari, medikasi intravena setiap 6 jam, dan untuk pemindaian tulang untuk Tn.
Diaz. Perawat memadukan setiap instruksi ini ke dalam rencana keperawatan Tn.
Diaz sehingga instruksi ini diselesaikan secara aman dan efisien.
Setiap
intervensi dokter membutuhkan tanggung jawab keperawatan spesifik dan
pengetahuan keperawatan teknik spesifik. Ketika memberikan obat-obatan, perawat
bertanggung jawab untuk mengetahui klasifikasi dari obat, kerja fisiologisnya
dosis normal, efek samping, dan intervensi keperawatan yang berhubungan dengan
kerja obat atau efek sampingnya. Intervensi keperawatan yang berkaitan dengan
pemberian medikasi bergantung pada instruksi tertulis dokter.
Pada
prosedur invasif atau penggantian balutan, perawat bertanggung jawab untuk
mengetahui kapan prosedur diberikan, keterampilan klinis yang diperlukan untuk
menyelesaikan prosedur tersebut, dan hasil yang diharapkan serta kemungkinan
efek samping; perawat juga bertanggung jawab terhadap persiapan yang adekuat
dari klien dan komunikasi yang sesuai tentang hasilnya.
Ketika
pemeriksaan diagnostic atau laboratorium spesifik diinstruksikan dokter,
perawat bertanggung jawab terhadap penjadwalan pemeriksaan, menyiapkan klien,
dan mengetahui temuan normal dan implikasi keperawatan yang berkaitan dengan
pemeriksaan tersebut.
3.
Intervensi kolaboratif
Intervensi
Kolaboratif adalah terapi yang membutuhkan
pengetahuan, keterampilan dan keahlian dari berbagai profesional perawatan
kesehatan. Sebagai contoh Tn. Joseph adalah pria yang berusia 78 tahun yang
mengalami hemiplegia akibat stroke dan juga mempunyai riwayat demensia lama.
Fungsi kognitifnya terbatas, ia berisiko mengalami masalah yang berhubungan
dengan kerusakan sensasi dan mobilitas, dan tidak mampu secara mandiri
menyelesaikan aktivitas sehari-hari. Dengan tujuan agar Tn. Joseph
mempertahankan tingkat kesehatannya saat ini, ia membutuhkan intervensi
keperawatan spesifik untuk mencegah luka dekubitus; intervensi terapi fisik
untuk mencegah perubahan muskuloskeletal akibat imobilitas; dan intervensi
terapi okupasi untuk makan dan kebutuhan higinie, dst. Perawatan klien ini
membutuhkan koordinasi intervensi kolaboratif dari berbagai professional
perawatan kesehatan yang semuanya diarahkan pada tujuan jangka panjang untuk
mempertahankan tingkat kesehatan Tn. Joseph saat ini.
Intervensi perawat, intervensi dokter, dan intervensi
kolaboratif membutuhan penilaian keperawatan yang kritis dan pembuatan
keputusan. Ketika menghadapi intervensi dokter atau intervensi kolaboratif,
perawat tidak secara otomatis mengimplementasikan terapi, terapi harus
menentukan apakah intervensi yang diminta sesuai untuk klien. Setiap perawat
suatu ketika pernah menghadapi instruksi yang tidak sesuai atau tidak tepat..
perawat dengan dasar pengetahuan yang kuat akan mengenali terapi yang tidak
tepat khususnya penting ketika memberikan medikasi atau menerapkan prosedur.
Suatu kesalahan dapat terjadi saat penulisan pesanan atau memindahkannya ke
dalam kardex atau bagian medikasi. Mengklarifikasi suatu pesanan adalah praktik
keperawatan yang kompeten, dan praktik tersebut melindungi klien dan anggota dari
sistem pelayanan perawatan kesehatan. Perawat yang melakukan intervensi yang
tidak sesuai atau tidak tepat sama kesalahannya dengan orang yang menuliskan
atau memindahkan instruksi aslinya, dan karenanya bertanggung jawab terhadap
segala komplikasi yang diakibatkan oleh kesalahan tersebut.
D. Pemilihan Intervensi
Ketika memilih intervensi, perawat menggunakan
keterampilan membuat keputusan klinis, yang menunjukkan tentang 6 faktor untuk
memilih intervensi keperawatan pada klien spesifik. Faktor – faktor ini disajikan
pada tabel di bawah ini, mencakup (1) karakteristik diagnosa keperawatan, (2)
hasil yang diperkirakan, (3) dasar riset, (pengetahuan keperawatan) untuk
intervensi, (4) kemungkinan untuk dikerjakannya intervensi, (5) keberterimaan
klien, dan (6) kompetensi perawat (Bulecheck
& McCloskey, 1987, 1994). Untuk mencapai ini perawat juga menelaah rencana
asuhan yang sudah distandartkan, kebijakan atau manual prosedur, buku ajar, dan
literatur keperawatan dan perawatan kesehatan yang bersangkutan; dan kolaborasi
dengan profesional perawatan kesehatan lainnya. Selama pertimbangan yang
mendalam, perawat menelaah kebutuhan klien, prioritas dan pengalaman sebelumnya
untuk memilih yang mempunyai potensi terbaik untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Sejalan dengan bertambahnya pengalaman perawat, proses pertimbangan
ini menjadi lebih efisien dan berdasarkan pengalaman (Benner, 1984).
MEMILIH
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
1.
Karakteristik Diagnosa Keperawatan
ü Intervensi
harus diarahkan pada pengubahan etiologi atau tanda dan gejala yang berkaitan
dengan label diagnostic
ü Intervensi
diarahkan pada pengubahan atau menghilangkan faktor-faktor risiko, yang
berkaitan dengan diagnosa keperawatan “faktor risiko”
2.
Hasil yang Diharapkan
ü Hasil
yang dinyatakan dalam istilah yang dapat diukur dan digunakan untuk
mengevaluasi keefektifan intervensi.
3.
Dasar Riset
ü Tinjauan
riset keperawatan klinis yang berhubungan dengan label diagnostic dan masalah
klien
ü Tinjauan
artikel yang menguraikan penggunaan temuan riset dalam situasi dan lingkungan
klinis yang serupa
4.
Kemungkinan untuk Dikerjakan
ü Interaksi
dari intervensi keperawatan dengan tindakan yang sedang diberikan oleh
professional kesehatan lain
ü Biaya
: Apakah intervensi mempunyai nilai yang efektif baik secara klinis maupun
biaya ?
ü Waktu
: Apakah waktu dan sumber tenaga tertangani dengan baik ?
5.
Keberterimaan Klien
ü Rencana
tindakan harus sejalan dengan tujuan klien dan nilai perawatan kesehatan
klien
ü Tujuan
keperawatan yang diputuskan secara mutual
ü Klien
harus mampu melakukan perawatan diri atau mempunyai orang yang dapat membantu
dalam perawatan kesehatn tersebut
6.
Kompetensi dari Perawat
ü Berpengetahuan
banyak tentang rasional ilimiah intervensi
ü Memiliki
keterampilan fisiologis dan psikomotor yang diperlukan untuk menyelesaikan
intervensi
ü Kemampuan
untuk berfungsi dalam lingkungan dan secara efektif dan efisien menggunakan
sumber perawatan kesehatan
|
E.
Fase – Fase
Perencanaan
1. Penilaian prioritas
·
Pedoman untuk menilai
prioritas :
a. Masalah
yang mengancam jiwa baik aktual atau yang mungkin terjadi dipertimbangkan
terlebih dahulu sebelum mempertimbangkan masalah aktual atau potensial yang
mengancam kesehatan.
Diagnosis yang mencakup mengancam jiwa seperti
penurunan atau kehilangan fungsi yang berat harus dipertimbangkan pertama kali.
Masalah yang mengancam kesehatan baik aktual atau potensial adalah amasalah
yang dapat mengganggu fungsi atau tumbuh kembang jika tidak diperbaiki.
b. Sumber-sumber
waktu, manusia dan amterial dikaji secara seksama
Jumlah
waktu yang perawat miliki untuk bekerja dengan klien mempengaruhi pemilihan
diagnosis aktual dan potensial yang difokuskan. Dengan demikian, klien yang
terutama sekali akan merasa puas dengan rasa pemenuhannya akan lebih
mementingkan diagnosis yang dapat dicapai dalam jangka waktu singkat. Mengenai
sumber daya manusia, perawat menentukan apakah jumlah personal dan kualifikasi
serta keterampilan mereka adekuat untuk mengatasi masalah klien. Sumber-sumber
material seperti uang,peralatan, dan pasokan juga harus mencukupi agar
intervensi yang diterapkan berhasil.
c. Klien
dilibatkan dalam menentukan prioritas masalah.
Keterlibatan
klien penting sekali saat mengurutkan masalah sesuai kepentingannya. Karena
perawat bekerja sama dengan klien, perawat mempertimbangkan:
ü Pemahaman
klien mengenai masalh kesehatan dan situasi yang berkaitan.
ü Nilai-nilai,pikiran,
dan perasaan klien tentang penyelesaian masalah kesehatan
ü Status
kesehatan klien secara umum
ü Kemampuan
klien untuk menyelesaikan masalah
d.
Prinsip-prinsip ilmiah
dan praktik memberikan rasional untuk pengambilan keputusan.
Penilaian
prioritas dipermudah dengan penggunaan teori, model, dan prinsip. salah satu
model yang sering digunakan untuk mengevaluasi
prioritas relatif diagnosis adalah hierarki kebutuhan maslow (1968).
Maslow mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh semua
orang : udara, makanan, keamanan, dan kasih sayang.
Prinsip-prinsip
fisiologis juga sangat membantu dalam menilai masalah untuk klien individu.
Pertimbangan dari prinsip ini memandu perawat dalam memberikan perhatian
langsung terhadap masalah yang mengancan jiwa. Misalnya :
1. Pengetahuan
tentang peningkatan tekanan intrakranial yang dapat menyebabkan perubahan
tanda-tanda vital dan menyebabkan kerusakan otak harus didahulukan daripada
pengetahuan tentang personal hygiene.
2. Pengetahuan
tentang tekanan darah tinggi yang dapat mengancam status sirkulasi dan status
jantung harus didahulukan daripada pengetahuan tentang mempelajari batasan
diabetes.
F. Menentapkan Tujuan Jangka Panjang
·
Tujuan jangka panjang
adalah berfokus klien dan memcerminkan kebersamaan dengan klien.
·
Tujuan jangka panjang harus sesuai dengan
diagnosis yang berurutan.
·
Tujuan jangka panjang
harus realistis, yang mencerminkan kemampuan dan keterbatasan klien.
·
Tujuan jangka panjang
mencakup indukator penampilan yang luas dan abstrak.
·
Prinsip ilmiah dan
praktis memandu penetapan tujuan jangka panjang.
·
Sifat tujuan jangka
panjang:
Sifat
tujuan jangka panjang bergantung pada diagnosis : tujuan jangka panjang
mencerminkan :
ü Hasil
pemulihan kesehatan akan tepat jika
sumber-sumber internal dan eksternal klien tidak adekuat atau tidak tersedia.
ü Hasil
pemeliharaan kesehatan akan tepat jika klien menginginkan untuk meningkatkan
keberadaan sumber-sumber internal dan eksternal atau terus menggunakan
sumber-sumber tersebut
ü Hasil
peningkatan kesehatan mencerminkan keinginan untuk berfungsi pada tingkat
kesehatan yang lebih tinggi, tidak hanya pada upaya mempertahankan kesehatan.
G. Menyusun Tujuan Jangka Pendek
Tujuan jangka pendek sifatnya
lebih segera dan biasanya dapat dicapai ketika klien berada dalam layanan
asuhan langsung disuatu lembaga. Tujuan jangka pendek menguraikan maksud dari
hasil tindakan tertentu, bukan proses dari tindakan tersebut ( Mager , 1984).
Biasanya diperlukan 3-6 tujuan jangka pendek untuk setiap tujuan jangka
panjang.
a.
Alasan
penyusunan tujuan jangka pendek (Mager,1984):
·
Tujuan jangka pendek
memberi arahan untuk memilih atau merancang stategi dan intervensi keperawatan.
·
Tujuan jangka pendek
yang dinyatakan dengan tepat menyiratkan isi, kemungkinan materi yang
diperlukan, dan metode strategi atau intervensi.
·
Tujuan jangka pendek
memberikan cara bagi perawat dan klien untuk mengorganisasi upaya. Oleh karena
itu tujuan jangka pendek adalah alat yang sangat berguna dalam mendesain,
menerapkan dan mengevaluasi asuhan klien.
b.
Karakteristik
tujuan jangka pendek menurut Mager 1984
1. Kinerja
Adalah aktifitas apapun yang
dilakukan klien. Kinerja tersebut dapat berupa aktivitas yang secara langsung
dapat diamati atau yang secara tidak langsung dapat diamati tetapi dapat
dikaji.
2. Kondisi
Tujuan jangka pendek dapat
menunjukkan kondisi yang mengharuskan klien menyelesaikan kinerja. Kondisi
tersebut dapat mencakup pengalaman-pengalaman yang diharapkan klien sudah
pernah mengalami sebelum menyelesaikan hasil yang dimaksud, sumber-sumber yang
tersedia untuk digunakan selama menampilkan kinerja hasil, dan kondisi
lingkungan tempat klien akan menjalankan penampilan tersebut.
3. Kriteria
Kriteria adalah standar untuk
mengevaluasi penampilan (Mager 1984). Kriteria dalam pernyataan tujuan jangka
pendek dapat dinyatakan dengan satu cara dari empat cara berikut:
a. Kecepatan
Tentukan
batas waktu yang masuk akal, sebutkan kesehatan klien dan kemampuanserta
keterbatasan klien dan perawat.
b. Keakuratan
Identifikasi
secara kuantitatif tingkat penampilan yang spesifik.
c. Kualitas
Tujuan
standar yang diharapkan kaitannya dengan prosedur yang dapat diterima yang
telah ditetapkan.
d. Rujukan
kriteria
Gunakan
buku, pamflet, atau sumber lain sebagai pedoman. Kriteria memberikan arahan
intervensi keperawatan untuk memenuhi tujuan jangka pendek. Selain itu, ini
juga memberikan ukuran untuk mengevaluasi pencapaian hasil.
c. Domain tujuan jangka
pendek
Tujuan
jangka pendek yang berhubungan dengan situasi pembelajaran klien dapat
diklasifikasikan kedalam 3 domain, yang memberikan arahan untuk dan
mengindividualkan strategi dan intervensi.
d.
Tiga
domain menurut Bloom, 1959:
1.
Kognitif
Hasil kognitif dihubungkan dengan
perubahan pengetahuan atau kemampuan dan keterampilan intelektual. Suatu
hierarki enam kelas utama dalam domain ini bervariasi dari mengingat kembali
materi secara sederhana sampai ke proses mental yang kompleks, seperti analisi,
sintesis, dan evaluasi ide. Setiap kelas dalam hierarki ini membutuhkan
pencapaian perilaku dalam kelas sebelumnya. Enam kelas tersebut adalah :
ü Pengetahuan
Kemampuan
untuk mengingat dan mengulang informasi spesifik seerta skema dan pola utama , kemampuan
untuk mengorganisasi, belajar, meniali dan mengkritik.
ü Pemahaman
Kemampuan
untuk memanfaatkan materi atau informasi tanpa memahami implikasinya secara
penuh.
ü Aplikasi
Kemampuan
untuk menggunakan abstraksi dalam situasi tertentu dan konkret.
ü Analisis
Kemampuan
untuk membedakan dengan jelas unsur-unsur yang utuh dan hubungannya.
ü Sintesis
Kemampuan
untuk membentuk pola atau struktur yang sebelumnya belum jelas, menciptakan
keseluruhan unsurnya.
ü Evaluasi
Kemampuan
untuk menilai manfaat materi atau metode guna tujuan tertentu berdasarkan
standar penilaian.
2.
Afektif
Hasil afektif menekankan perubahn minat, kepercayaan,
sikap, nilai, perasaan, dan dapat diungkapkan melalui penyesuaian atau
perubahan perilaku (krathwohl dkk, 1964). Ini menyangkut derajat penerimaan
atau penolakan di pihak peserta.
Hierarki lima kategori afektif utama mencerminkan tingkat internalisasi minat,
kepercayaan atau sikap. Kategori ini digambarkan sebagai berikut:
ü Penerimaan
Menyadari
dan ingin menerima atau menyertai keberadaan fenomena atau stimulus tertentu
misalnya nilai, kepercayaan, sikap, dan kepercayaan.
ü Berespon
Memiliki
komitmen tingkat rendah atau ketertarikan terhadap fenomena dan stimulus untuk
menerima sensasi kesenangan atau kepuasan yang mengiringi perilaku.
ü Penilaian
Termotivasi
oleh nilai untuk menunjukkan perilaku secara konsisten dengan nilai yang
dipegang, menunujukkan kesetiaan dan pendirian terhadap nilai.
ü Pengorganisasian
Menentukan
interelasi diantara nilai untuk diri dan menetapkan niali yang paling penting.
ü Pengkatakterisasian
oleh suatu nilai atau kompleks nilai
Bertindak
secra konsisten sesuai dengan nilai-nilai yang diinternalisasi,
mengintegrasikan kepercayaan, ide dan sikap terhadap filosofinya sendiri atau
pandangan dunia.
3.
Psikomotor
Hasil psikomotor berfokus pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan keterampilan manipulatif atau
motorik. Keterampilan ini biasanya
dicapai dalam kombinasi yang kompleks dengan kemampuan kognitif dan afektif
(Singer 1972)
Simpson (1966) dan urbach (1970)
mengklasifikasikan keterampilan pdikomotor sebagai berikut:
ü Persepsi
Kesadaran
akan objek, kualitas, atau hunungan melaluai penggunaan indra dengan
mengetahuai apa yang penting dari tindakan yang dilakukan tersebut.
ü Set
Kesiapan
mental, fisik dan emosi untuk pengalamna atau tindakan.
ü Respon
terbimbing
Pengalaman
atau tindakan diupayakan di pihak individu dibawah panduan instruktur atau
pengguanaan imitasi diri atau trial and error, penampilan dinilai dengan
menggunakan suatu model atau contoh.
ü Mekanisme
Beberapa
kepercayaan diri dan keahlian dicapai dengan melakukan tindakan, respon yang
dipelajari menjadi kebiasaan.
ü Respon
nyata yang kompleks
Penampilan
yang halus, efisien, dan otomatis dengan menghabiskan waktu dan energi yang
minimal.
ü Adaptasi
Kemampuan
untuk menguasai tantangan dari situasi masalah yang membutuhkan penyesuaian
respon yang dipelajari
ü Origination
Kemampuan
untuk memcipatakan tindakan motorik baru berdasarkan pada kesadaran,
pelaksanaan, dan ketermpilan motorik yang didapat sebelumnya
H.
Pedoman
Identifikasi Hasil
Pedoman
identifikasi hasil dibawah ini berasal dari standar praktik klinik ANA (1991):
1. Kriteria
hasil berfokus pada klien dan mencerminkan kebersamaan dengan klient.
2. Tujuan
jangka panjang sesuai urutan diagnosis dan tujuan jangka pendek sesuai dengan
urutan tujuan jangka panjang
3. Kriteria
hasil bersifat realistis, yang mencerminkan kemampuan dan keterbatasan klien.
4. Tujuan
jangka panjang mencakup indikator penampilan yang luas atau abstrak.
5. Tujuan
jangka pendek termasuk indikator khusus penampilan
6. Tujuan
jangka pendek diberi nomor sesuai urutannya untuk mencapai tujuan jangka
panjang.
7. Prinsip-prinsip
ilmiah dan praktik memandu penetapan tujuan jangka panjang dan penyusunan
tujuan jangka pendek.
I.
Langkah – langkah
penyusunan rencana keperawatan:
1. Tipe
– tipe dokumentasi rencana keperawatan
Ada 4 tipe dokumentasi rencana asuhan keperawtan
yang umum digunakan yakni, rencana asuahan keperawatan tradisional, rencana
asuhan keperawatan yan sudah distandarisasi, melalui komputerisasi, problem
oriented medical record(POMR)
a. Dokumentasi
rencana asuhan keperawatan tradisional:
Renpra
tradisional ini ini ditulis secara manual (dengan tangan) dan dikembangkan oleh
perawat untuk pasien tertentu. Repra tradisional menggunakan tiga lajur / kolom,
antara lain :
1) Lajur
pertama untuk diagnosa keperawatan
2) Lajur
kedua untuk hasil yang diharapkan
3) Lajur
ketiga untuk intervensi keperawatan
b. Dokumentasi
rencana asuhan keperawatan yang sudah di standarisasi. Repra ini merupakan
standar Repra tradisional yang lebih di perlukan (ditambah dengan daftar hasil
yang diharapkan serta tindakan tindakannya) yang di dasarkan diagnosa (prosedur
medis atau kolaborasi dan berdasarkan diagnosa keperawatan) gambar 6.2
1) Rencana
keperawatan berdasarkan diagnosa medis atau kolaborasi (kolaborasi)
Pada diagnosa
medis atau kolaborasi (umpamanya kateterisasi jantung, dabetes mellitus,
myocardial infark, total HTF dll), perawat dapat merumuskan diagnosa
keperawatan berdasarkan refleksi antisipasi dari respon pasien terhadap
prosedur medis yang di berikan serta komplikasi yang timbul. Pesan dokter
tersebut dapat digabungkan dalam intervensi keperawatan sesuai dengan hasil
konsensus dengan dokter dan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien.contoh
peasan dokter supaya nadi dikontrol maka perawatharus mentermemahkan dalam
angka antara lain setiap 30 menit sekali, rencana keperawatan berdasarkan
diagnosa medis ini mempunyai kekuatan dan kelemahan.
a.) Kekuatan
atau keuntungan
(1) Cara
ini baik apabila rencana tindakan keperawatan tunggal (hanya satu)
(2) Mudah
memasukkan data yang terbaru.
(3) Rencana
ini sebagai pertimbangan perawat dalam
mengobservasi maslah- masalah potensial yang tertulis dalam formulir.
(4) Menyatukan
tindakan medis yang rutin dengan rencana tindakan keperawatan.
b.) Kelemahan-kelemahan
atau kerugian:
(1) Kemungkinan
informasi yang ditulis tidak relevan
atau tidak tepat atau tidak sesuai
dengan pesan.
(2) Rumusan
rencana tindakan sering tidak berdasarkan prioritas masalah.
Gambar
6.2
Rencana
keperawatan(standar)
Nama
:
No.
Register:
Ruangan
/ Rs:
No.
|
Tgl/jam
|
Diagnosa keperawatan
/masalah kolaborasi
|
Tujuan dan indikator
|
intervensi
|
T.Tdan nama perawat
|
|
|
|
|
|
|
2. Dokumentasi
rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan.
Disini dimaksudkan bahwa rencana asuhan keperawatan
berdasarka diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan secara tepat. Faktor
penyebab dan penunjang (berdasarkan tanda dan gejala), umpamanya potensial kekurangan
volume cairan sehubungan dengan intake yang kurang.
Contoh
rencana keperawatan berdasarkan kebutuhan individual
1. Nama/jenis
kelamin
2. Umur
3. Agama
4. Anggota
keluarga
5. Tanggal
masuk
6. Alasan
masuk
7. Tujuan
pelaksanaan.
Diagnosa
keperawatan/problem
|
Tujuan
|
Target
|
Perintah
keperawatan(rencana keperawatan)
|
Evaluasi/perkembangan
|
|
|
|
|
|
Acuan utama dalam
perumusan rencana tindakan keperawatan ini adalah:
a).
Standar parktek keperawatan
b).
Kebijakan yang telah digariskan pihak berwenang(pemerintah,institusi ,dll)
c).
Prosedur teknis keperawatan
d).
Kelengkapan alat-alat keperawatan
e).
Kemampuan profesional perawat (pengetahuan,sikapdan ketrampilan)
cara ini
mempunyai keuntungan dan kerugian
a) Keuntungan
(1) Rencana
tindakan keperawatan hanya didasarkan pada diagnosa keperawatan yang relevan,
jadi diagnosa keperwatan yang tidak relevan tidak akan muncul rencana tindakan
keperawatan.
(2) Otonomi
keperawatan lebih terjamin dimana rencana keperawatan betul-betul murni
berdasarkan diagnosa keperwatan atau tanpa diagnosa medis
b) Kerugian
(1) Membutuhkan
banyak rencana keperawatan untuk masalah-maslah pasien (yang umumnya banyak)
(2) Tidak
atau sukar dihubungkan dengan diagnosa medis
3. Dokumentasi
rencana asuhan keperawatan dengan Komputerisasi.
Pada rumah sakit yang besar sistem komputerisasi ini
sudah dilakukan type dokumentasi ini menggunakan suara komputer sebagai sarana
utamanya. Dokumentasi type ini mempunyai keuntungan dan kerugian.
1) Keuntungan:
a) Informasi
dapat dikumpulan dalam satu rencana keperawatan.
b) Memudahkan
perubahan dalam status kesehatan.
c) Mudah
menghapus informasi yang berlebihan.
d) Mudah
dibaca.
e) Dapat
menggunakan tindakan medis sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
2) Kerugian:
a) Membutuhkan
keahlian tertentu dalam komputer.
b) Mengakibatkan
keterbatasan perawat untuk menggunakan tindakan - tindakan yang telah di progamkan.
c) Membutuhkan
biaya yang lebih besar terutama dalam hal peralatan.
4. Dokumentasi
Keperawatan Berdasarkan Pada masalah
Dokumentasi keperawatan berorientasi
pada masalah (problem Oriented medical Record atau disingkat POMR) adalah
metode pencatatan rencana asuhan keperawatan pasien dimana beberapa anggota tim
kesehatan (dokter, perawat dll) mendokumentasikan masalah – masalah pasien pada
kartu yang sama (pada daftar masalah atau diagnose) contoh gambar 6.4
table
6.4
contoh
daftar masalah/ diagnosa POMR
Tanggal diagnose
|
Masalah/diagnosa
|
Terpecahkan
|
5-10-1996
7 – 01 – 1996
8 – 01 - 1996
|
1. Kejadian
cerebrovaskuler (diidentifikasi oleh dokter)
2. Potensial
gangguan integritas kulit sehubungan dengan imobilisasi (oleh perawat)
3. Tidak
siap untuk berjalan(oleh fisioterapi)
4. Perubahan
konsep diri shubungan dengan hilangnya kemampuan menggerakkan tubuh bagian
kanan (oleh perawat)
5. Infeksi
saluran kemih(oleh dokter)
|
7 – 01 – 1996
8 – 01 – 1996
13 – 01 – 1996
|
Dalam
pelaksanaan POMR digunakan metode SOAP atau SOAPIE
1) Metode
SOAP (subjektif,objektif,assessment dan planning). Dalam metode ini ada 4 unsur
penting yakni:
a) Data
subjektif ( S )
Yakni
apa yang pasien katakan tentang masalahnya.
Contoh
: saya tidak berdaya akibat dari stroke
b) Data
objektif ( O )
Yakni
apa yang diamati perawata tentang masalah pasien.
Contoh
: - pasien tidak bisa menggunakan
kaki kanan
-
Disekitar caccygis
tampak kemerahan
c) Pengkajian
atau analisis ( A )
Yakni
hasil dari pengkajian dan analisis berebentuk permasalahan pasien.
Contoh
: potensial gangguan integritas kulit sehubungan immobilisasi
d) Perencanaan
( P )
Yakni
tujuan yang ingin dicapai dengan rencana tindakan.
Contoh
: supaya tidak terjadi decubitus, dilakukan posisi baring kiri dan kanan secra
bergantian dan teratur.
2) Metode
SOAPIE
SOPIE
( subjek, objek, assessment, planning, implementasi, evaluasi ) merupakan
perluasan metode SOAP dengan implementasi dan evaluasi. Pada hakekatnya SOAP
sering dignakan untuk pengkajian dan perencanaan awal, sedangkan SOAPIE dipakai
apabila rencana yang sudah dikembangkan menuju kearah implementasi dan
evaluasi.
2.
penyusunan prioritas diagnosa keperawatan
Urutan
prioritas diagnosa yang harus segera ditanggulangi dengan menggunakan beberapa
cara antara lain:
a. Berdasarkan
criteria
Menurut
Bailon G Salvacion and maglaya S Aracaly ada 4 kriteria:
1. Sifat
masalah
2. Kemungkinan
masalah dapat diubah
3. Potensi
masalh untuk dicegah
4. Menonjolnya
permasalahan
b. Menurut
urutan kebutuhan dasar Maslow
Maslow
menggariskan ada 5 tingkatan kebutuhan dasra manusia, yakni :
Pertama : kebutuhan biologis
Kedua : kebutuhan rasa aman
Ketiga : kebutuhan cinta/ kasih ssayang
Keempat : kebutuhan harga diri
Kelima ; kebutuhan aktualisasi
Umumnya manusia memprioritaskan kebutuhan pertama
dulu baru kedua dan seterusnya. Walaupun demikian ada pula yang tidak mengikuti
urutan tersebut, tetapi tidak banyak. Uraian lebih lengkap tentang kebutuhan
maslow ini telah diuraikan pada buku motivasi dan ethos kerja.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir
dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan analisis data,
diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan
konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang
diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan
gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan
kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang
perawat.
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien
dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam
hasil yang diharapkan.
3.2
KRITIK DAN
SARAN
Tugas kami
sangatlah jauh dari kata sempurna. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak
luput dari salah dan khilaf.oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan terutama dari dosen pembimbing guna perbaikan tugas kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
ü Potter
& Perry.2005.Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta:Buku Kedokteran EGC
ü Christensen J. Paula dan Kenny w. Janet, 2009, proses keperawatan aplikasi model
konseptual,
ü Carpenito linda juall, 2000, diagnosa keperawatan, Jakarta: EGC
ü Ali Zaidin, 2002, dasar-dasar dokumentasi proses keperawatan, Depok:CV.
Duta Raflesia
ü Kozier, 2010, fundamental
keperawatan, Jakarta: EGC
Terimakasih Ya Ilmunya Sudah Membantu dengan makalahnya
BalasHapusNew Jersey sports betting arrives online at Virgin Hotels - DRMCD
BalasHapusOn May 2, 문경 출장샵 Virgin Hotels 서울특별 출장샵 & Casinos 천안 출장샵 announced its 제주 출장샵 first sportsbook 안동 출장마사지 app, BetAmerica, which is expected to launch in