Kamis, 10 September 2015

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR III ANFIS DAN PENGKAJIAN KEPERAWATAN HEMATOLOGI



MAKALAH
ILMU KEPERAWATAN DASAR III
ANFIS DAN PENGKAJIAN KEPERAWATAN
HEMATOLOGI





EDITED BY :
SAHRIL NOVIANTO



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2015



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat serta rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Keperawatan Dasar III,  yang berjudul “Anfis dan Askep Hematologi“.
Makalah ini disusun sebagai pertanggungjawaban dalam menyelesaikan tugas Ilmu Keperawatan Dasar III. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Allah SWT yang telah memberikan jalan kemudahan dan segalanya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan lancar.
2.      Ibu Chaterina Janes Pratiwi S.Kep.Ns, selaku dosen pengajar Ilmu KeperawatanDasar IV yang telah membimbing kami sehingga kami bisa menyusun makalah ini secara objektif.
    Kami meyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari Ibu Chaterina Janes Pratiwi S.Kep.Ns, agar penyusunan makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi ke depannya.



Mojokerto,


Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang................................................................................. 1
1.2         Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3         Tujuan.............................................................................................. 2
1.4         Manfaat............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1         Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi...................................... 3
2.1.1      Anatomi Sistem Hematologi........................................... .. 3
2.1.2      Fisiologi Sistem Hematologi.............................................. 13
BAB III PEMBAHASAN PENGKAJIAN HEMATOLOGI
3.1.       Pengkajian Sistem Hematologi........................................................ 19
3.1.1        Data Demografi................................................................... 19
3.1.2        Wawancara........................................................................... 19
3.1.3        Riwayat Kesehatan.............................................................. 20
3.1.4        Pengkajian Fungsi Kesehatan.............................................. 22
3.1.5        Pemeriksaan Fisik................................................................. 26
3.1.6        Status Sosial Ekonomi......................................................... 32
3.1.7        Diagnosa Keperawatan........................................................ 33
3.1.8        Test Diagnostik.................................................................... 34
3.1.9        Evaluasi Pemeriksaan Laboratorium.................................... 36
BAB IV PENUTUP
                   4.1          Simpulan.......................................................................................... 38
                   4.2          Saran ............................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 39






BAB I
PENDAHULUAN

1. 1        Latar Belakang
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskuli.Dalam arti lain hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai sel darah, organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta organ pembentuk darah. Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan berhenti ketika terjadi luka atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan berlangsung, gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih seketika. Sebuah kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di mata Anda, tapi tidak bagi para ahli biokimia. Penelitian mereka menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat bekerjanya sebuah sistem yang sangat rumit. Hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem ini, atau kerusakan sekecil apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak berfungsi.
Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika keadaannya telah pulih seperti sediakala, darah beku tersebut harus lenyap. Sistem ini bekerja tanpa kesalahan sedikit pun hingga bagian-bagiannya yang terkecil. Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus segera terjadi demi mencegah kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus menutupi keseluruhan luka, dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada lapisan paling atas yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak terjadi pada saat dan tempat yang tepat, maka keseluruhan darah pada makhluk tersebut akan membeku dan berakibat pada kematian.



1. 2       Rumusan Masalah
1.      Apa anatomi fisiologi sisem Hemoatologi?
2.      Bagaiman pengkajian keperawatan dengan sistem Hematologi?

1. 3       Tujuan
Makalah ini di buat dengan  tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami Anatomi Fisiologi Sistem Hematologi dan Pengkajian Keperawatn Sistem Hematologi.
1. 4       Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan langsung dalam proses keperawatan khususnya tentang Pengkajian Sistem Hematologi, dan mengamplikasikannya di dunia keperawatan.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi
2.1.1        Anatomi Sistem Hematologi
Sistemhematologi tersusunatasdarahdantempatdarahdiproduksi, termasuksumsumtulangdannoduslimpa.Darahadalah organ khusus yang berbedadengan organ lainkarenaberbentukcairan.Darahmerupakan medium transporttubuh, volume darahmanusiasekitar 7-10% beratbadan normal danberjumlahsekitar 5 liter.Keadaanjumlahdarahpadatiap-tiap orang tidaksama, bergantungpadausia, pekerjaan, sertakeadaanjantungataupembukuhdarah. Darah terdiridari 2 komponenutama, yaitusebagaiberikut.
1)        Plasma darah, bagiancairdarah yang sebagianbesarterdiriatas air, elektrolit, dan protein darah.
2)        Butir-butirdarah (blood corpuscles), yang terdiriataskomponen-komponenberikutini.
·      Eritrosit: seldarahmerah (SDM- red blood cell).
·      Leukosit: seldarahputih (SDP-white blood cell).
·      Trombosit: butirpembekudarah– platelet.
A.      SelDarahMerah
a.       StrukturEritrosit
Seldarahmerah (eritrosit) merupakancairanbikonkafdengan diameter sekitar 7 mikron.Bikonkavitasmemungkinkangerakanoksigenmasukdankeluarsecaracepatdenganjarak yang pendekantara membrane daninti sel. Warnanyakuningkemerah-merahan, karenadidalamnyamengandungsuatuzat yang disebut hemoglobin.Seldarahmerahtidakmemilikiintisel, mitokondriadanribosom, sertatidakdapatbergerak.Selinitidakdapatmelakukanmitosis,fosforilasioksidatifsel, ataupembentukan protein.
Komponeneritrositadalahsebagaiberikut.
1)      Membrane eritrosit
2)      Sistemenzim: enzim G6PD (Glucose 6- Phosphatedehydrogenase).
3)      Hemoglobin, komponennyaterdiridari:
·      Heme yang merupakangabunganprotoporfirindenganbesi.
·      Globin:bagian protein yang terdiriatas 2 lantaialfadan 2 rantai beta.
Terhadapsekitar 300 molekul hemoglobin dalamsetiapseldarahmerah. Hemoglobin berfungsiuntukmengikatoksigen, satu gram hemoglobin akanbergabungdengan 1,34 ml oksigen. Oksihemoglobinmerupakan hemoglobin yang berkombinasi/berikatandenganoksigen.Tugasakhir hemoglobin adalahmenyerapkarbondioksidadan ion hydrogen sertamembawanyakeparutempatzat-zattersebutdilepaskandari hemoglobin.
b)   Produksiseldarahmerah (eritropoesis)
Dalam keadaan normal, eritropoesis pada orang dewasa terutama terjadi di dalam sumsum tulang, dimana sistem eritrosit menempati 20%-30% bagian jaringan sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah. Sel eritrosit berinti berasal dari sel induk multipotensial dalam sumsum tulang. Sel induk multipotensial ini mampu berdiferensiasi menjadi sel darah sistem eritrosit, mieloid, dan megakariosibila yang dirangsang oleh eritropoeitin. Sel induk multipotensial akan  berdiferensiasi menjadi sel induk unipotensial. Sel induk unipotensial tidak mampu berdiferensiasi lebih lanjut, sehingga sel induk unipotensial seri eritrosit hanya akan berdiferensiasi menjadi sel pronormoblas. Sel pronormoblas akan membentuk DNA yang diperlukan umtuk tiga sampai empat kali fase mitosis. Melalui empat kali mitosis dari tiap sel pronormoblas akan terbentuk 16 eritrosit. Eritrosit matang kemudian dilepaskan dalam sirkulasi. Pada produksi eritrosit normal sumsum tulang memerlukan besi, vitamin B12, asam folat, piridoksin (vitamin B6), kobal, asam amino, dan tembaga. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa perubahan morfologi sel yang terjadi selama proses diferensiasi sel pronormoblas sampai eritrosit matang dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu sebagai berikut.
1)         Ukuran sel semakin kecil akibat mengecilnya inti sel
2)         Inti sel menjadi semakin padat dan akhirnya dikeluarkan pada tingkatan eritoblas asidosis
3)         Dalam sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya RNA dari dalam sitoplasma sel
c)    Lama hidup
Eritrosit hidup selama 74-154 hari. Pada usia ini sistem enzim mereka gagal, membran sel berhenti berfungsi dengan adekuat, dan sel ini dihancurkan oleh sel sistem retikulo endotelial.
d)   Jumlah Eritrosit
Jumlah eritrosit normal orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 10 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%.
e)    Sifat-sifat Sel Darah Merah
Sel darah merah biasanya digambarkan berdasarkan ukuran dan jumlah hemoglobin yang terdapat di dalam sel seperti berikut ini.
·      Normositik: sel yang ukurannya normal.
·      Normokromik: sel dengan jumlah hemoglobin yang normal.
·      Mikrositik: sel yang ukurannya terlalu kecil.
·      Makrositik: sel yang ukurannya terlalu besar.
·      Hipokromik: sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit.
·      Hiperkromik: sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu besar.
·      Dalam keadaan normal, bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah, sifat ini memungkinkan sel tersebut masuk ke mikrosirkulasi kapiler tanpa kerusakan. Apabila sel darah merah sulit berubah bentuknya (kaku), maka sel tersebut tidak dapat bertahan lama peredarannya dalam sirkulasi.
f)    Antigen Sel Darah Merah
Sel darah merah memiliki bermacam-macam antigen spesifik yang terdapat di membran selnya dan tidak ditemukan di sel lain. Antigen-antigen itu adalah A,B,O, dan Rh.
·       Antigen A,B, dan O
Seseorang memiliki dua alel (gen) yang masing-masing antigen A atau B tidak memiliki keduanya yang diberi nama O. Antigen A dan B bersifat ke-dominan, orang yang memiliki antigen A dan B akan memiliki golongan darah AB, sedangkan orang yang memiliki dua antigen A (AA) atau satu A dan satu O (AO) akan memiliki darah A. Orang yang memiliki dua antigen B (BB) atau satu B dan satu O (BO) akan memiliki darah B. Orang yang tidak memiliki kedua antigen (OO) akan memiliki darah O.
·       Antigen Rh
Antigen Rh merupakan kelompok antigen utama pada sel darah merah yang juga diwariskan sebagai gen-gen dari masing-masing orang tua. Antigen Rh utama disebut faktor Rh (Rh + ), orang yang memiliki antigen Rh dianggep positif Rh (Rh +) sedangkan orang yang tidak memiliki antigen Rh dianggap Rh negatif (Rh - ).
g)   Penghancuran Sel Darah Merah
Proses penghancurkan eritrosit terjadi karena proses penuaan (senescence) dan proses patologis (hemolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-komponen hemoglobin menjadi dua komponen sebagai berikut.
1)        Komponen protein, yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan dapat digunakan kembali.
2)        Komponen heme akan dibagi menjadi dua, yaitu:
·      Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan ulang.
·      Bilirubin yang akan diekskresikan melalui hati dan empedu.
B.       Sel Darah Putih ( Leukosit)
a.    Struktur Leukosit
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel, sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya serta warnanya bening (tidak bewarna). Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis-jenis dari golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit T dan B; monosit dan makrofag; serta golongan yang bergranula, yaitu: eosinofil, basofil, dan neutrofil.
b.    Fungsi Sel Darah Putih
Fungsi sel darah putih adalah sebagai berikut.
1)      Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES ( Sistem Retikulo Endotel ).
2)      Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.
c.    Jenis-jenis Sel Darah Putih
Sel darah putih terdiri atas beberapa jenis sel darah sebagai berikut.
1)      Agranulosit
       memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya mempunyai diameter sekitar 10-12 mikron. Berdasarkan pewarnaan granula, granulosit terbagi menjadi tiga kelompok berikut ini.
·      Neutrofil: granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang terabgkai, kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak berbintik-bintik halus/granula, serta banyaknya sekitar 60-70%.
·      Eosinofil: granula berwarna merah dengan pewarnaan asam, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil, tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 24%.
·      Basofil: granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil daripada eosinofil, tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula yang besar, benyaknya kira-kira 0,5% di sumsum tulang.
Neutrofil, eosinofil, dan basofil berfungsi sebagai fagosit untuk mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa sel. Selain itu, basofil bekerja sebagai sel mast dan mengeluarkan peptida vasoaktif.
2)      Granulosit
       Granulosit terdiri atas limfosit dan monosit.
·           Limfosit
Limfosit memiliki nukleus besar bulat dengan menempati sebagian besar sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7 sampai dengan 15 mikron. Banyaknya 20-25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh. Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit T dan limfosit B.
·            Limfosit T. Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan berkembang lama, kemudian bermigrasi menuju ke timus. Setelah meninggalkan timus, sel-sel ini beredar dalam darah sampai mereka bertemu dengan antigen-antigen  di mana mereka telah diprogram untuk mengenalinya. Setelah dirangsang oleh antigennya, sel-sel ini menghasilkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan mikroorganisme dan memberitahu sel-sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi infeksi.
·            Limfosit B.
Terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah sampai menjumpai antigen di mana mereka telah diprogram untuk mengenalinya. Pada tahap ini, lomfosit B mengalami pematangan lebih lanjut dan menjadi sel plasma serta menghasilkan antibodi.
·           Monosit
Ukurannya lebih besar dari limfosit, protoplasmanya besar, warna biru sedikit abu-abu, serta mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya bulat atau panjang. Monosit dibentuk di dalam sumsum tulang, masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk imatur dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk ke jaringan. Fungsinya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel darah putih.
3)      Jumlah Sel Darah Putih
Pada orang dewasa, jumlah sel darah putih total 4,0-11,0 x I yang terbagi sebagai berikut.
Granulosit:
·      Neutrofil 2,5-7,5 x
·      Eosinofil 0,04-0,44 x
·      Basofil 0-0,10 x
Limfosit 1,5-3,5 x
Monosit 0,2-0,8 x
C.       Keping Darah (Trombosit)
a.    Struktur Trombosit
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berhenti, dan hidup sekitar 10 hari.
b.    Jumlah Trombosit
·      Jumlah trombosit antara 150 dan 400 x / liter (150000-400/mililiter), sekitar 30-40% terkonsentrasi di dalam limpa dan sisanya bersirkulasi dalam darah.
c.    Fungsi Trombosit
Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit dalam keadaan normal bersirkulasi keseluruh tubuh melalui aliran darah. Namun, dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh, trombosit tertarik ke daerah tersebut sebagai respons terhadap kolagen yang terpajan dilapisan subendotel pembuluh.
Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan mengeluarkan bebrapa zat (serotonin dan histamin) yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh. Fungsi lain dari trombosit yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera. Trombosit akan menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk sumbat trombosit yang secara efektif menambal daerah yang luka.
d.   Pembatasan Fungsi Trombosit
Penimbunan trombosit yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke jaringan atau sumbat menjadi sangat besar, sehingga lepas dari tempat semula dan mengalir ke hilir sebagai suatu embolus dan menyumbat aliran ke hilir. Guna mencegah pembentukan suatu emboli maka trombosit-trombosit tersebut mengeluarkan bahan-bahan yang membatasi luas penggumpalan mereka sendiri. Bahan utama yang dikeluarkan oleh trombosit untuk membatasi pembekuan adalah prostaglandin tromboksan A2 dan prostasiklin I2. Tromboksan A2 merangsang penguraian trombosit dan menyebabkan vasokonstriksi lebih lanjut pada pembuluh darah. Sedangkan prostasiklin I2 merangsang agregasi trombosit dan pelebaran pembuluh, sehingga semakin meningkatkan respons trombosit.
e.    Plasma Darah
Plasma adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri atas air. Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah adalah sebagai berikut.
1)      Zibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
2)      Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain) yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotok.
3)      Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
4)      Zat makan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, dan vitamin).
5)      Hormon, yaitu suatu zat yang dihasilkan kalenjar tubuh.
6)      Antibodi.
Plasma diperoleh dengan memutar sel darah, plasma diberikan secara intravena untuk:
1)      Mengembalikan volume darah;
2)      Menyediakan substansi yang hilang dari darah klien. Misalnya faktor pembekuan darah I, VIII, dan XI untuk klien yang tidak mendapatkannya.
D.      Limpa
a.    Struktur Limpa
Merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran 1 kepalan tangan. Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen dibawah kostae. Limpa memiliki permukaan luar konveks yang berharap dengan diafragma dan permukaan medial yang konkaf serta berhadapan dengan lambung, fleksura linealis kolon, dan ginjal kiri. Limpa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limpa), dan pulpa merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel leukosit). Suplai darah oleh arteri linealis yang teluar dari arteri coeliaca.
b.    Fungsi Limpa
Fungsi limpa adalah sebagai berikut.
1)      Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin).
2)      Destruksi sel eritrosit tua.
3)      Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan.
4)      Produksi dari bilirubin dari eritrosit.
5)      Pembentukan limfosit dalam folikel limpa.
6)      Pembentukan imunologbulin.
7)      Pembuangan partikel asing dari darah.
c.    Sistem Retikulo Endotelial
Sistem retikulo endotelial (RES) terdiri atas sejumlah sel-sel berstruktur sama dan dengan fungsi yang serupa terdapat berbagai organ dan jaringan. Sel retikulo endotelial terdapat pada limpa, timus, kalenjar limfe, sumsum tulang, dan dinding pembuluh darah. Fungsi utama sel retikulo endotelial adalah pembuangan partikel benda asing, destruksi sel eritrosit tua, dan destruksi sel-sel lain.

2.1.2        FisiologiSistemHematologi
Dalam keadaan biologis darah selalu berada dalam pembuluh darah. Sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai berikut.
1.      Sebagai alat pengangkut yang meliputi hal-hal berikut ini.
·      Mengangkut gas karbondioksida () dari jaringan perifer kemudian dikeluarkan melalui paru-paru untuk didistribusikan ke jaringan yang memerlukan.
·      Mengangkut sisa-sisa/ampas dari hasil metabolisme jaringan berupa urea, kreatinin, dan asam urat.
·      Mengangkut sari makanan yang diserap melalui usus untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh.
·      Mengangkut hasil-hasil metabolisme jaringan.
2.      Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
3.      Mengatur panas tubuh.
4.      Berperan serta dalam mengatur pH cairan tubuh.
5.      Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi.
6.      Mencegah perdarahan.
A.       Komponen Darah
Darah terdiri atas dua komponen utama, yaitu sebagai berikut.
1.      Plasma darah: bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah.
2.      Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas tiga eleman berikut
·    Eritrosit
·    Leukosit
·    Trombosit
B.        Hematopoiesis
Hematopoiesis merupakan proses pembentukan darah. Tempat hematopoiesis pada manusia berpindah-pindah, sesuai dengan usianya.
1.         Yolk                 : usia 0-3 bulan intrauteri
2.         Hati dan lien   : usia 3-6 intrauteri
3.         Sumsum tulang           :usia 4 bulan intrauterin sampai dewasa.
Pada orang dewasa, dalam keadaan fisiologis, semua hematopoiesis terjadi pada sumsum tulang. Dalam keadaan patologis, hematopoiesis terjadi di luar sumsum tulang, terutama di lien yang disebut sebagai hematopoiesis ekstrameduler. Untuk kelangsungan hematopoiesis diperlukan beberapa hal berikut ini.
1)         Sel induk hematopoietik (homatopoietic stem cell)
Sel induk hematopoietik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah, termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), butir pembeku (trombosit), dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang seperti fibroblast. Sel induk yang paling primitif disebut sebagai pluripotent stem cell yang mempunyai sifat mampu memperbarui diri sendiri, sehingga tidak pernah habis meskipun terus membelah (self renewal), mampu memperbanyak dengan fungsi tertentu (diferensiatif).
2)         Lingkungan mikro (micro environment) sumsum tulang.
Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk tumbuh secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi hal hal berikut ini.
·            Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang belakang
·            Sel-sel stroma (sel endotel,sel lemak, fibroblast, makrofag, dan sel retikulum).
·            Matriks ekstraseluler (fibronektin, hemonektin, laminin, kolagen, dan proteoglikan).
·            Lingkungan mikro sangat penting dalam hematopoiesis , karena berfungsi melakukan hal-hal berikut ini:
a)    Menyediakan nutrisi dan bahan hematopoiesis yang dibawa oleh peredaran darah mikro dalam sumsum tulang.
b)   Komunikasi antar sel
c)    Menghasilkan zat yang mengatur hematopoiesis (hematopoietic growth factor. Cytokine).
3)         Bahan-bahan pembentuk darah
Bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah sebagai berikut:
·         Asam folat dan vitamin B12: bahan pokok pembentuk inti sel.
·         Besi: diperlukan untuk pembentukan hemoglobin
·         Cobalt, magnesium, Cu, dan Zn.
·         Vitamin: vitamin C, dan B kompleks.
4)         Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi, sehingga sumsum tulang dapat merespons kebutuhan tubuh dengan cepat. Zat-zat yang berpengaruh dalam mekanisme regulasi adalah sebagai berikut:
·         Faktor pertumbuhan hematopoiesis (hematopoietic groeth factor)
-        Granulocyte macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
-        Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
-        Macrophage colony stimulating factor (M-CSF)
-        Thrombopoietin
-        Burst Promoting activity(BPA)
-        Stem cell factor
·           Sitokinin: ada jua jenis sitokinin, yaitu sitokinin yang merangsang pertumbuhan sel induk dan sitokinin yang menekan pertumbuhan sel induk dan keduanya harus seimbang
·           Hormon hemapoetik spesifik
Eritropoietin: hormon yang dibentuk di ginjal khusus merangsang pertumbuhan prekursor eritrosit.
·           Hormon non-spesifik:
-            Androgen: menstimulasi eritropoiesis
-            Estrogen: inhibisi eritropoiesis
-            Hormon tiroid
-            Growth hormon
C.        Hemostasis
Apabila tubuh ita mengalami perdarahan akibat rudapaksa, maka secara otomatis tubuh akan mengatasi perdarahan tersebut. Adapun prinsip dari hemostasis adalah sebagai berikut.
1.      Mengurangi Aliran Darah yang Menuju Daerah Trauma
Cara untuk mengurangi daerah yang menuju daerah trauma adalah sebagai berikut.
·         Vasokonstriksi
Pembuluh darah yang robek/terluka akibat rudapaksa merupakan rangsangan bagi pembuluh darah itu sendiri yang secara refleks akan mengalami vasokonstriksi pada daerah robekan. Trombosit yang keluar dari pembuluh darah karena adanya permukaan kasar dari daerah luka, maka akan pecah dan mengeluarkan serotonin yang berperan sebagai vasokonstriksi. Dengan demikian, maka daerah pembuluh darah yang robek tadi akan semakin mengecil atau menyempit, sehingga aliran darah pada daerah tersebut menjadi kecil sampai terhenti.
·         Penekanan Oleh Edema
Jaringan yang terkena rudapaksa akan mengalami edema. Selanjutnya jaringan yang edema tersebut akan menekan pembuluh darah. Dengan demikian, bisa menambah sempitnya aliran darah yang menuju daerah trauma.
2.      Mengadakan sumbatan/menutup lubang perdarahan
Hal yang berperan di dalam penyumbatan atau penutupan luka adalah trombus, yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah pada orang yang masih hidup.
Trombosit yang terkena permukaan kasar seperti pada pembuluh darah yang terluka akan pecah dan menempel atau mengalami penggumpalan pada pembuluh darah membentuk bekuan darah yang disebut dengan trombosit. Trombosit ini akan menyumbat lubang/luka pada pembuluh darah. Dengan demikian, darah yang mengalir pada pembuluh darah tersebut akan berkurang bahkan sampai berhenti. Menurut jenisnya, trombus dibagi menjadi 2, yaitu
a)      Trombus putih yang tersusun oleh platelet dan fibrin dengan kandungan eritrositnya yang relatif sedikit.
b)      Trombus merah yang tersusun oleh fibrin dan sel-sel darah merah.
D.       Pembekuan Darah
Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan darah ditransformasi menjadi material semisolid yang dinamakan bekuan darah. Bekuan darah tersusun terutama oleh sel-sel darah yang terperangkap dalam jaring-jaring fibrin. Fibrin adalah suatu protein yang tidak larut dan berupa benang berbentuk semacam jaring-jaring. Fibrin yang terbentuk berasal dari fibrinogen yang terdapat dalam plasma dalam keadaan larut. Berubahnya fibrin dari fibrinogen ini karena adanya trombin, yaitu suatu proteolitik enzim yang baru bisa bekerja apabila dalam keadaan aktif. Menurut Howell proses pembekuan darah dibagi menjadi 3 stadium, yaitu sebagai berikut:
·         Stadium I          : pembentukan tromboplastin.
·         Stadium II        :perubahan dari protrombin menjadi trombin.
·         Stadium III       :perubahan dari fibrinogen menjadi fibrin.
a.       Langkah-langkah Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Pembekuan Darah.
Apabila jaringan mengalami cedera, jalur ekstrinsik akan diaktivasi dengan pelepasan substansi yang dinamakan tromboplastin. Sesuai urutan reaksi, protombin mengalami konversi menjadi trombin, yang pada gilirannya mengatalisir fibrinogen menjadi fibrin. Kalsium merupakan ko-faktor yang diperlukan dalam berbagai reaksi ini. Pembekuan darah melalui jalur intrinsik diaktivasi saat lapisan kolagen pembuluh darah terpanjang. Faktor pembekuan kemudian secara berurutan akan diaktifkan, seperti jalur ekstrinsik, sampai pada akhirnya terbentuk fibrin.












BAB III
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN HEMATOLOGI
3.1         Pengkajian Sistem Hematologi
Pengkajian pada klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi. Hal ini perlu dilakukan agar kemungkinan adanya kesulitan dikarenakan gambaran klinis atau tanda serta gejala yang hampir sama antara gangguan hematologi primer dan sekunder dapat diminimalkan. Informasi dilakukan baik dari klien maupun keluarga tentang riwayat penyakit dan kesehatan dapat dilakukan dengan anamnesis ataupun pemeriksaan fisik.
Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan, keadaan fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus lainnya.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data keperawatan pada tahap pengkajian adalah :  Data Demografi, Wawancara (interview),Riwayat Kesehatan, Pengkajian Fungsi Kesehatan, Pemeriksaan Fisik, Status Sosial Ekonomi, Diagnosa Keperawatan, Test Diagnosa, dan Evaluasi Pemeriksaan Fisik.
3.1.1        Data Demografi
Pengkajian demografi penting dilakukan karena pada pasien dengan gangguan hematologi pada umur, jenis kelamin mempunyai status hematologi yang berbeda. Data demografi meliputi :
1.      Nama
2.      Umur
3.      Jenis kelamin
4.      Tempat tinggal
5.      Pekerjaan
3.1.2        Wawancara
Wawancara biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Dalam berkomunikasi ini perawat mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan teknik komunikasi terapeutik.
v  Macam wawancara
·         Auto anamnesa : wawancara dengan klien langsung
·         Allo anamnesa : wawancara dengan keluarga / orang terdekat.
v  Teknik Pengumpulan Data Yang Kurang Efektif :
·            Pertanyaan tertutup : tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat / keluhan / respon. misalnya : “Apakah Anda makan tiga kali sehari ?“
·            Pertanyaan terarah : secara khas menyebutkan respon yang diinginkan. Misalnya : “……………. Anda setuju bukan?”
·            Menyelidiki : mengajukan pertanyaan yang terus-menerus
·            Menyetujui / tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa klien benar atau salah. Misalnya : “Anda tidak bermaksud seperti itu kan?”
3.1.3        Riwayat Kesehatan
1.      Riwayat kesehatan pasien dan keluarga
(1)      Keganasan, kemoterapi: dapat menyebabkan terjadinya leukimia atau mielodisplasia
(2)      Risiko tinggi HIV: dapat menyebabkan terjadinya anemia dan trombositopenia
(3)      Hepatitis : dapat menyebabkan anemia
(4)      Kehamilan : dapat menyebabkan terjadinya anemia dan sindrom HELLP (hemolisys elevated liver enzyme and low platelet count).
(5)      Trombosit vena : dapat menyebabkan terjadinya trobopilia
(6)      Penyakit kronik
(7)      Perdarahan pada gusi
(8)      Pendarahan post partum
(9)      Perdarahan berlebihan setelah pencabutan gigi
(10)  Mudah memar jika terkena trauma
(11)  Penggunaan obat-obat seperti aspirin, antibiotik yang lama.
(12)  Keluarga dengan hemofilia
(13)  Keluarga dengan thalasemia
2.      Riwayat kesehatan sekarang
a.    Tanda-tanda infeksi seperti demam dan menggigil: ditemukan pada klien dengan leukemia, limfoma, dan multipel mieloma.
b.    Perdarahan
·      Epistaksis, perdarahan gusi, petekie, ekimosis, dan menoragi: ditemukan pada klien dengan trombositopenia, leukemia, dan gangguan pembekuan.
·      Hematrosis: ditemukan pada klien dengan defisiensi faktor pembekuan.
c.    Warna kulit
·      Pucat: ditemukan pada klien anemia.
·      Ikterik/jaundice: ditemukan pada klien dengan hemolisis.
d.   Dispnea, nyeri dada, dan ortostasis: ditemukan pada klien dengan anemia.
e.    Pica: ditemukan pada klien dengan anemia kekurangan zat besi.
f.     Perut terasa penuh, mudah kenyang: menunjukkan adanya splenomegali.
g.    Alkoholik, kekurangan gizi, vegetarian: ditemukan pada klien dengan anemia megaloblastik.
h.    Neurologi
·  Sakit kepala dan gangguan neurologis: ditemukan pada klien dengan leukostasis, trombositopenia, atau trombosis.
i.      Pruritus: ditemukan pada klien dengan polisitemia dan penyakit Hodgkin.
3.      Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Perawat melakukan pengkajian riwayat kesehatan masa lalu dengan interview apakah pasien menderita: anemia, leukemia, mononukleosus, malabsorpsi, gangguan liver: hepatitis, sirosis; tromboplebitis atau trombosis; gangguan limpa
4.      Riwayat Diet
Data ini membantu perawat dalam menentukan asupan gizi yang mempengaruhi status hematologi, misalnya pada anemia, gangguan pembekuan darah.
·      Diet tinggi kalori tinggi protein
·      Diet tinggi vitamin K.
·      Konsumsi makanan dengan tinggi zat besi, vitamin C, vitamin B, kalsium.
·      Konsumsi alkohol.
3.1.10     Pengkajian Fungsi Kesehatan
·         Persepsi Sehat-Pola Penanganan Kesehatan
Perawat mengkaji persepsi sehat-pola penanganan kesehatan pasien, apakah pasien merasakan kekurangan energi/lemah, merokok atau minum alcohol, pernah menerima transfuse. Apakah pasien pernah menderita salah satu dari: SLE, leukemia, myelodisplastik syndrome, infeksi Ebstein-Barr virus, sytomegalovirus, rubella virus, hepatitis virus (A,B, atau C), infeksi saluran nafas atas, atau bastroenteritis, infeksi HIV,  ketergantungan obat (bila ya, jenis obat-obatan apa yang di konsumsi), pembedahan, trauma kepala, sakit kepala, pandangan berkunang-kunang, somnolen, penurunan tingkat kesadaran, perdarahan intracranial.
·         Kesehatan Keluarga
Apakah diantara anggota keluarga ada yang menderita anemia, leukemia, perdarahan, masalah pembekuan.
·         Pola Metabolisme-Nutrisi
Perawat mengkaji apakah pasien mengalami kesulitan makan, mengunyah, menelan, bagaimana selera makan pasien, apakah pasien mengkonsumsi vitamin, suplemen, zat besi, apakah pasien merasa mual, mengalami muntah, perdarahan, memar, perubahan kondisi kulit, keringat malam, intoleransi terhadap suhu/iklim yang dingin, pembengkakan pada lipatan ketiak, leher, lipatan paha.
·         Pola Eliminasi
Perawat mengkaji apakah pasien mengalami buang air besar berwarna hitam, kencing berdarah, urine output berkurang, diare, menorrhagia, ekimosis, epistaxis.
·         Pola Latihan-Aktifitas
Perawat mengkaji apakah pasien mengalami rasa lelahan yang berlebihan, bernafas pendek-pendek saat istirahat dan/atau saat beraktifitas, mengalami keterbatasan gerak sendi, gait yang tidak baik, perdarahan dan/atau memar setelah beraktifitas.
·         Pola Istirahat-Tidur
Perawat mengkaji apakah pasien mengalami rasa lelahan dan/atau kelelahan yang lebih dari biasanya, merasa baik setelah beristirahat.
·         Pola Persepsi-Kognitif
Perawat mengkaji apakah pasien mengalami mati rasa, rasa geli, masalah penglihatan, pendengaran, pengecapan, perubahan fungsi mental, nyeri tulang, sendi, abdominal, perut kembung, nyeri sendi saat melakukan gerakan, nyeri otot.
·         Pola Konsep-diri-Persepsi-diri
Perawat mengkaji apakah pasien merasa: masalah kesehatannya membuat perasaan berbeda tentang dirinya sendiri, perubahan fisik yang menyebabkan distress.
·         Pola Berhubungan-Peran
Perawat mengkaji apakah pasien bekerja pada lingkungan yang kontak dengan bahan-bahan yang merusak/merugikan, apakah pasien merasakan bahwa penyakitnya merubah peran dan hubungan dirinya dengan orang lain.
·         Pola Reproduksi-Seksual
Perawat mengkaji apakah pasien mempunyai masalah hematology yang menyebabkan masalah seksual, wanita: kapan mens terakhir, siklus normal, berapa lama mengalami perdarahan tiap siklus, peningkatan pembekuan, volume mensturasi, pria: mengalami impotensi
·         Pola Toleransi Stres-Koping
Perawat mengkaji apakah pasien mempunyai system dukungan (keluraga, teman, organisasi, dll) yang dapat menolong, bagaimana strategi koping yang digunakan selama sakit.
·         Pola Keyakinan-Nilai
Perawat mengkaji bagaimana pengetahuan/pendapat pasein tentang transfuse darah, apakah pasien mempunyai konflik antara rencana terapi dan sistem keyakinan-nilai yang di anut.
·         Obat-obatan
Perawat mengkaji apakah klien pernah menggunakan obat-obatan:
-          Asam Aminosalisilik (Pamisil, PAS) yang berfungsi sebagai anti tluberkulin:  dapat menyebabkan leukositosis sekunder terhadap hipersensitivitas dan anemia.
-          Amphotericin B (Fungizone) yang berfungsi sebagai anti fungal : dapat menyebabkan penurunan agregasi platelet, perpanjangan waktu perdarahan.
-          Asam Asetilsalisilik (aspirin) dan aspirin yang mengandung bahan (seperti: Empirin, Percodan) yang berfungsi sebagai analgesik, antipiretik, antiinflamatori: dapat menyebabkan anemia, leucopenia.
-          Azathioprine (Imuran) yang berfungsi sebagai immunosuppressi: anemila, leucopenia, trombositopenia. Carbamazepine (Tegretol) anti kejang: anemila, leucopenia, trombositopenia. Chloramphenicol (Chloromycetin) antibiotic: Anemia, neutropenia, trombositopenia.
-          Chlorothiazide (Diuril) yang berfungsi sebagai diuretic: Trombositopenia (kadang-kadang).
-          Kontrasepsi oral dan diethylstilbestrol yang berfungsi untuk control kelahiran, gejala menopausal, perdarahan uterin, kanker prostate dan dapat menyebabkan: Peningkatan factor II, V, VII, VIII, IX, X; peningkatan trombin; penurunan protrombin dan parsial tromboplastin time (PTT); peningkatan koagulasi dan pembentukan tromboemboli.
-          Diphenylhydantoin (Dilantin) yang berfungsi sebagai anti kejang, antiaritmia: anemia.
-          Epinephrine (Adrenalin) yang berfungsi sebagai simpatomimetik dan dapat menyebabkan: leukositosis.
-          Glucocorticoid (Prednisone) yang berfungsi sebagai antiinflamatori dan dapat menyebabkan: limphopenia, neutropilia.
-          Isoniazide (INH) yang berfungsi sebagai antituberkulin dan dalpat menyebabkan: neutropenia.
-          Methyldopa (Aldomet) yang berfungsi sebagai antihipertensi dan dalpat menyebabkan: anemia hemolitik.
-          Phenacetin (APC, bahan Empirin) yang berfungsi sebagai analgesic, antipiretik yang dapat menyebabkan: anemia.
-          Phenylbutazone (Butazolidin) yang berfungsi sebagai antiiflamatori yang dapat menyebabkan: Anemia, leucopenia, neutropenia, trombositopenia.
-          Procaiamide hydrochloride (Pronestyl) yang berfungsi sebagai antiaritmia yang dapat menyebabkan: agranulositosis.
-          Quinidine sulfate yang berfungsi sebagai antiaritmia yang dapat menyebabkan: Agranulositosis, anemia, trombositopenia.
-          Trimethoprime-sulfamethoxazole (Bactrim, Septra) yang berfungsi sebagai antibacterial yang dapat menyebabkan: anemia, leucopenia, neuutropenia, trombositopenia.
-          Agen Antineoplastic yang berfungsi sebagai  immunosuppressi, malignansi yang dapat menyebakan: anemia, leucopenia, trombositopemia.
-          Agen Nonsteroidal Anti-inflammatory yang berfungsi sebagai antiiflamtori, analgesi, antipiretik yang dapat menyebabkan: inhibisi agregasi platelet.
-          Qinidine atau quinine, obat penguat pada minuman keras, pemberi rasa pahit pada minuman keras dapat menyebabkan purpura.
-          Heparin untuk antikoagulasi dapat menyebabkan: trombositopenia/pseudotrombositopenia.
3.1.11    Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya, klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan.
Ada 4teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
1.      Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain .
2.      Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
·      Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
·      Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
·      Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
·      Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
3.      Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
·         Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
·         Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
·         Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar.
·         Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.dan timpani pada usus
4.      Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
a.       Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
·         Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
·         Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
·         Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
·         Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
b.      Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :
1.      Head to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
2.      ROS (Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.
3.      Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982
Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi : persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
v  Pemeriksaan daerah kepala, telinga, mata, hidung, dan tenggorokan (HEENT) didapatkan:
1.      Pemeriksaan daerah kepala, telinga, mata, hidung dan tenggorokan (HEENT)
·      Konjunctiva anemis, mukosa pucat àanemia
·      Ikhterik/ jaundice àhemolisis, heperbilirubinemia
·      Petekie àtrombositopenia
·      Glositis àanemia defisiensi zat besi, anemia defisiensi vitamib B 12
·      Limfadenopatiàlimfoma
·      Edema
·      Kemerahan
·      Perdarahan
·      Ketidaknormalan lensa
·      Gangguan penglihatan
·       Kebutaan
2.      Rambut
·      Tekstur
·      Pertumbuhan
3.      Sistem Integumen/kulit dan membrane mukosa
·      Kulit akan tampak pucat karena berkurangnya jumlah hemoglobin (anemia); kemerah-meahan karena menigkatnya jumalah hemoglobin (polisitemia);
·      Jaundis karena penumpukan pigmen empedu yang disebabkan oleh hemolisis yang cepat atau berlebihan; purpura, peteki, ekkimosis, hematom yang disebabkan oleh defisiensi hemostatik factor pembeku yang menyebabkan perdarahan di kulit; ekskoriasi dan pruritus disebabkan oleh garukan pada kulit karena rasa gatal sekunder terhadap gangguan seperti penyakit Hodgkin dan peningkatan jumlah bilirubin;
·      Ulser pada tungkai disebabkan oleh penyakit sikel sel terutama terjadi pada bagian maleolus pergelangan kaki; perubahan warna menjadi kecoklatan disebabkan oleh hemosiderin dan melanin dari eritrosit yang pecah dan deposit zat besi sekunder terhadap transfuse zat besi yang berlebihan;
·      Sianosis disebabkan oleh penurunan hemoglobin; telengiektasis disebabkan oleh hiperemik spot disebabkan oleh dilatasi kapiler atau pembuluh darah yang kecil dan angioma kecil dan cendrung mengalmi perdarahan;
·      Angioma disebabkan oleh tumor benigna pada pembuluh darah atau getah bening; spidernevi disebabkan oleh dilatasi kapiler-kapiler yang tampak seperti sarang laba-laba, hal ini berhubungan dengan penyakit liver dan peningkatan kadar estrogen pada kehamilan.
4.      Kuku
Pada bagian kuku akan telihat dan teraba rigid memanjang, datar dan cekung yang disebabkan oleh anemia defisiensi zat besi yang kronik.
5.      Mulut
·         Sekitar mulut akan terlihat pucat karena penurunan jumlah hemoglobin (anemia)
·         ulserasi gusi dan mukosa karena anemia berat dan neutropenia; infiltrasi pada gusi (membengkak, kemerahan, perdarahan) disebabkan oleh leukemia
·         tekstrur lidah halus oleh karena anemia pernicious dan deriseinsi zat besi.
6.      Lidah
Nyeri
, Tekstur, Ada papil, Ada alur/garis, Warna
7.      Sistem kardiovaskuler
·   Takikardi, S4: anemia berat dengan gagal jantung
·   Peningkatan tekanan vena jugolaris
·   Edema
8.      Abdomen
·         Dari palpasi ditemukan hepatomegali akibat dari leukemia, sirosis atau fibrosis sekunder terhadap kelebihan zat besi pada sikel sel atau thalasemia
·         Spenomegalikarena leukemia, lymphoma, mononucleosisdari auskultasi akan terdengar bruit dan rub akibat infraksi splenik.
9.      Sistem neurologi
Kehilangan sensasi getar (vibration sense): anemia megaloblastik
10.  Sistem muskuloskeletal
Nyeri tulang/tenderness: mieloma multipel.
11.  Sistem perkemihan
·   Hematuria
·   Warna urin gelap
12.  Sistem persarafan
·   Pemeriksaan nervus kranial
·   Penurunan kesadaran.Evaluasi Pemeriksaan Laboratorium
13.  System saraf.
Dari hasil pemerisaan sensasi getar, propriosepsi/posisi, nyeri, sentuhan, getaran dan reflek tendon ditemukan kerusakan fungsi system saraf karena defisiensi cobalamin atau penekanan dari saraf oleh massa.
14.  Punggung dan ekstremitas.
·      Pasien mengeluh nyeri punggung, yang merupakan penyebab adalah reaksi hemolitik akut dari nyeri panggul karena ginjal berperan dalam lproses hemolisis; multiple myeloma dari pembesaran tumor yang meregang periosteum atau kelemahan jaringan penyokong yang menyebabkan strain ligament dan spasme otot; dan penyakit sikel sel.Dari inspeksi akan tampak peteki akibat dari tirah baring pada kondisi pasien yang mengalami trombositopenia.
·      Athralgia yang disebabkan oleh leukemia karena adanya penyakit pada tulang : sumsum tulang, dan sikel sel dari hemartrosis.
·      Pasien juga akan mengeluh nyeri tulang akibat invasi sel leukemia ke tulang, demineralisasi akibat dari hematopoietik dan malignansi yang padat meningkatkan kemungkinan patah tulang patologi, dan penyakit sikel sel.
3.1.6        Status Sosial Ekonomi
Perawat mengkaji kemampuan klien dan keluarga dalam ststus ekonomi, hal ini terkait dengan kemampuan pemenuhan gizi, pembelian obat, mengetahui penyebab gangguan hematologi seperti anemia.
·      Pekerjaan
·      Sumber biaya perawatan (misalnya askes,askeskin, dll)
3.1.7        Diagnosa Keperawatan
Mengacu pada hasil pengkajian tersebut, kemungkinan diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada kondisi pasien dengan gangguan system hematology antara lain sebagai berikut:
1.      Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan lesu ditandai dengan sulit/tidak dapat mentoleransi peningkatan aktifitas ( misalnya, pols meningkat, respirasi rate meningkat saat istirahat dan/atau beraktifitas)
2.      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan penangnanan ditandai dengan berat badan menurun, serum albumin rendah, kadar besi menurun, defisiensi vitamin, berat badan lebih rendah dari biasanya
3.      Inefektif penanganan rejimen terapeutik berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang gaya/kebiasaan hidup, kebutuhan nutrisi, dan penanganan obat-obatan ditandai dengan menanyakan tentang kebiasaan hidup yang diperlukan, diet, obatk-obatan.
4.      Masalah kolaborasi risiko komplikasi: hypoxemi berhubungan dengan penurunan hemoglobin
5.      Risiko perubahan membrane mukosa berhubungan dengan penanganan, penyakit, atau bulla yang berisi darah
6.      Risiko injuri berhubungan dengan intervensi dan sensitifitas jaringan terhadap trauma
7.      Masalah kolaborasi risiko perdarahan berhubungan dengan kehilangan darah secara akut
8.      Perubahan perfusi jaringan serebrall, kardiopulmonal, ginjal, saluran cerna, dan perifer berhubungan dengan perdarahan dan lebam atau gangguan aliran darah sekunder terhadap trombosis
9.      Nyeri berhubungan dengan perdarahan ke dalam jaringan dan prosedur diagnostic
10.  Penurunan kardiak output berhubungan dengan deficit volume cairan dan hipotensi
11.  Cemas berhubungan dengan ketakutan akibat kurangnya pengetahuan, proses penyakit, prosedur diagnostic dan terapi
12.  Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan neutropil dan perubahan respon terhadap invasi mikroba dan adanya lingkungan yang pathogen
3.1.8        Test Diagnostik
a.       Untuk menentukan adanya kelainan darah, perlu diperlukan test Diagnostic dan pemeriksaan darah. Beberapa istilah yang lazim dipakai dalam pemeriksaan darah diantaranya :
·      Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah ( sel darah merah,sel darah putih dan trombosit ) dalam volume darah tertentu, dinyatakan sebagai jumlah sel per millimeter kubik (mm3)
·      Hitung jenis sel darah yaitu menetukan karakteristik morfologi darah maupun jumlah sel darah.
·      Pengukuran hematokrit (Hct) atau volume sel padat, menunjukan volume darah lengkap (sel darah merah). Pengukuran ini menunjukan presentasi sel darah merah dalam darah, dinyatakan dalam mm3 / 100 ml
·      Mean Corpuscular Hemoglobin (MCM) atau konsentrasi hemoglobin rata – rata adalah mengukur banyaknya hemoglobin yang terdapat dalam satu sel darah merah. MCH ditentukan dengan membagi jumlah hemoglobin dalam 100 ml darah dengan jumlah sel darah per millimeter kubik darah. Nilai normalnya kira – kira 27 – 31 pikogram / sel darah merah.
·      Mean Corpuscular Volume (MCV) atau volume eritrosit rata – rata merupakan pengukuran besarnya sel yang dinyatakan dalam micrometer kubik, dengan batas normal 81 – 96 mikro meter kubik, apabila lebih besar dari 96 menunjukan sel – sel makrositik.
·      Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration ( MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit rata – rata, mengukur banyaknya hemoglobin dalam 100 ml sel darah merah padat. Normalnya 30- 36 g / 100 ml darah.
·      Hitung leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah.
·      Hitung trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1 mm3 darah.
b.      Jenis pemeriksaan pada gangguan hematologi diantaranya :
v  Pemeriksaan darah
·         Hitung sel darah merah untuk mengukur jumlah sel darah merah per millimeter kubik darah. Test ini untuk mendiagnostik anemia dan polisitemia. Normalnya tergantung umur dan jenis kelamin.
·         Hemoglobin untuk menentukan nilai hemoglobin dalam darah per 100 ml darah. Test ini untuk mendiagnosa adanya anemia dan poliitemia. Nilai normalnya tergantung umur dan jenis kelamin.
·         Hematokrit untuk menentukan persen volume darah merah dalam darah. Test ini untuk menetukan diagnose anemia, polisitemia, status dehidrasi. Normalnya tergantung umur dan jenis kelamin.
·         Hitung sel darah putih / leukosit untuk mengukur jumlah sel darah putih dalam millimeter kubik darah. Test ini membantu menentukan adanya infeksi atau respon pasien terhadap pemberian kemoterapi atau terapi radiasi.
·         Hitung trombosit untuk menghitung nilai trombosit, berperan dalam pembekuan darah.
·         Hitung retikulosit untuk mengukur respon sumsum tulang terhadap produksi sel darah merah.
·         Test factor pembekuan untuk mengetahui factor penyebab gangguan perdarahan.
-       Bleeding time ( BT) untuk mengukur kamampuan pemberhentian perdarahan ( N : 3-8 menit pada orang dewasa )
-       Hitung Trombosit untuk mengetahui jumlah trombosit dalam sirkulasi darah ( N : 150.000 – 450.000 )
-       Partial Tromboplastian time ( PTT), test untuk mengukur factor intrinsic pembekuan, protombin, fibrinogen ( N : 11- 15 detik )
-       Prothrombin time (PT) tes untuk menentukan aktifitas dan interaksi factor V, VII, X prothrombin dan fibrinogen ( N : 11 – 15 detik )
-       Activated clotting time, mengukur proses koagulasi dalam darah vena ( N : 7 – 120 detik, tergantung tipe activator yang di gunakan )
-       Level fibrinogen mengukur level fibrinogen ( N : 200 – 400 mg / 100 ml )
·         Bone Marrow Pungtion ( BMP ) adalah tindakan untuk mengaspirasi sumsum tulang,untuk memeriksa perkusor sel darah, bentuk, ukuran, maturitas dan abnormalitas sel darah. BMP biasanya dilakukan pada sumsum tulang krista iliaka posterior, krista iliaka anterior atau sternum. Untuk menghindari perdarahan, setelah tindakan, lokasi biopsy dilakukan penekanan selama 60 menit dengan kombinasi balut tekan dan posisi pasien pronasi ditempat tidur.
3.1.9        Evaluasi Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah sakit sebagai yang tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pengobatan dan perawatan.Validitas daripemerksaan laboratorium sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunkan, serta pemeriksanya sendiiri.Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi hal- hal berikut ini.
v  Pemeriksaan Hb bila nilainya > 70 % diindikasi dilakukan transfuse meskipun tidak ada gejala.
1.      Pemerksaan Hct = bila nilainya > 70% artinya terdapat indikasi untuk dilakukan flebotomi dengan segera.
2.      Hitung platelet = bila nilainya < 10.000/, maka terdapat risiko terjadinya perdarahan spontan. Bila nilainy < 50.000/, maka risiko perdarahan meningkat pada trauma dan pembedahan. Bila nilainya > 2.000.000/maka terdapat risiko tinggi thrombosis.
3.      Hitung neutrophil = bila nilainya < 500/ maka terdapat risiko tinggi infeksi.
4.      PT ( Protrombin Time) = bila nilainya <1,5 % x control, maka tidak ada peningkatan tisiko perdarahan. Akan tetapi, bila nilainya <2,5 x control dapat terjadi risiko tinggi terjadinya perdarahan spontan. Pada pemeriksaan PPT = bila nilainya 1,5 x control, maka tidak ada peningkatan risiko perdarahan. Akan tetapi, bila nilainya 2,5 x control, maka risiko tinggi terjadinya perdarahan spontan.
5.      Waktu perdarahan = bila nilainya > 20 menit, maka terdapat risiko tinggi perdarahan spontan.
6.      Antitrombin III = bila nilainya < 50 % dari nilai normal, maka terdapat risiko inggi terjadi thrombosis spontan.



BAB IV
PENUTUP
4.1          Simpulan
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk darah.Pengkajian fisik adalah keterampilan paling esensial yang memerlukan banyak latihan dalam melakukannya.Tujuan melakukan pengkajian fisik adalah untuk mengembangkan pemahaman tentang masalah medis pasien dan membuat diagnosis banding.Pengkajian pada klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi.Metode yang digunakan dalam pengumpulan data keperawatan pada tahap pengkajian adalah data demografi, wawancara (interview), pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik (physical assessment), dan studi dokumentasi.
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.Pada pemeriksaan fisik seorang anak dilakukan secara terstruktur dan sistematik, sedangkan pengkajian pasien geriatric cukup kompleks dan memakan waktu, tergantung pada tingkat keragaman, tingkat kronis dan kompleksitas masalah fisik yang mendasari.Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan Head to toe (kepala ke kaki), ROS (Review of System/system tubuh, pola fungsi kesehatan Gordon, 1982, dan Doengoes (1993).

4.2          Saran
Kita sebagai seorang perawat harus mempelajari pengkajian fisik dengan benar, karena dengan pengkajian fisik yang benar dan tepat akan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pengkajian fisik yang kita lakukan akan mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi.





DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A. & Anne Griffin Perry. 2005.  Fundamental Keperawatan Edisi 4 Vol.1. Jakarta: EGC
Potter, Petricia A. 2011.Basic Nursing. Kanada : mosby Elsevier

Tidak ada komentar:

Posting Komentar