MAKALAH
ILMU
KEPERAWATAN DASAR III
ANFIS
DAN PENGKAJIAN KEPERAWATAN
HEMATOLOGI
EDITED BY :
SAHRIL NOVIANTO
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat serta
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Keperawatan Dasar III,
yang berjudul “Anfis dan Askep Hematologi“.
Makalah
ini disusun sebagai pertanggungjawaban dalam menyelesaikan tugas Ilmu
Keperawatan Dasar III.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah
SWT yang telah memberikan jalan kemudahan dan segalanya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan lancar.
2. Ibu Chaterina Janes Pratiwi S.Kep.Ns,
selaku dosen pengajar Ilmu KeperawatanDasar IV yang telah membimbing kami
sehingga kami bisa menyusun makalah ini secara objektif.
Kami
meyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari Ibu Chaterina Janes Pratiwi S.Kep.Ns,
agar penyusunan makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi ke depannya.
Mojokerto,
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR
ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3
Tujuan.............................................................................................. 2
1.4
Manfaat............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Anatomi
dan Fisiologi Sistem Hematologi...................................... 3
2.1.1 Anatomi Sistem Hematologi........................................... .. 3
2.1.2 Fisiologi
Sistem Hematologi.............................................. 13
BAB III PEMBAHASAN
PENGKAJIAN HEMATOLOGI
3.1. Pengkajian Sistem Hematologi........................................................ 19
3.1.1
Data
Demografi................................................................... 19
3.1.2
Wawancara........................................................................... 19
3.1.3
Riwayat
Kesehatan.............................................................. 20
3.1.4
Pengkajian
Fungsi Kesehatan.............................................. 22
3.1.5
Pemeriksaan
Fisik................................................................. 26
3.1.6
Status
Sosial Ekonomi......................................................... 32
3.1.7
Diagnosa
Keperawatan........................................................ 33
3.1.8
Test
Diagnostik.................................................................... 34
3.1.9
Evaluasi
Pemeriksaan Laboratorium.................................... 36
BAB
IV PENUTUP
4.1
Simpulan.......................................................................................... 38
4.2
Saran
............................................................................................... 38
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................... 39
BAB
I
PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta
jaringan yang membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem
transport. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2
bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskuli.Dalam arti lain
hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai sel darah,
organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta organ
pembentuk darah. Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan
berhenti ketika terjadi luka atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah
kembali. Saat pendarahan berlangsung, gumpalan darah beku akan segera terbentuk
dan mengeras, dan luka pun pulih seketika. Sebuah kejadian yang mungkin tampak
sederhana dan biasa saja di mata Anda, tapi tidak bagi para ahli biokimia.
Penelitian mereka menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat bekerjanya sebuah
sistem yang sangat rumit. Hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem ini,
atau kerusakan sekecil apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses
tidak berfungsi.
Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan
ketika keadaannya telah pulih seperti sediakala, darah beku tersebut harus
lenyap. Sistem ini bekerja tanpa kesalahan sedikit pun hingga bagian-bagiannya
yang terkecil. Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus segera terjadi
demi mencegah kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus menutupi
keseluruhan luka, dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada
lapisan paling atas yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak terjadi pada
saat dan tempat yang tepat, maka keseluruhan darah pada makhluk tersebut akan
membeku dan berakibat pada kematian.
1. 2
Rumusan
Masalah
1.
Apa
anatomi fisiologi sisem Hemoatologi?
2.
Bagaiman
pengkajian keperawatan dengan sistem Hematologi?
1. 3
Tujuan
Makalah
ini di buat dengan tujuan agar
mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami Anatomi Fisiologi Sistem Hematologi dan Pengkajian
Keperawatn Sistem Hematologi.
1. 4
Manfaat
Makalah ini di
buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan langsung dalam proses
keperawatan khususnya
tentang Pengkajian
Sistem Hematologi, dan mengamplikasikannya di dunia keperawatan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Anatomi dan
Fisiologi Sistem Hematologi
2.1.1
Anatomi Sistem
Hematologi
Sistemhematologi tersusunatasdarahdantempatdarahdiproduksi,
termasuksumsumtulangdannoduslimpa.Darahadalah organ khusus yang berbedadengan
organ lainkarenaberbentukcairan.Darahmerupakan medium transporttubuh, volume
darahmanusiasekitar 7-10% beratbadan normal danberjumlahsekitar 5
liter.Keadaanjumlahdarahpadatiap-tiap orang tidaksama, bergantungpadausia,
pekerjaan, sertakeadaanjantungataupembukuhdarah. Darah terdiridari 2 komponenutama, yaitusebagaiberikut.
1)
Plasma darah, bagiancairdarah yang
sebagianbesarterdiriatas air, elektrolit, dan protein darah.
2)
Butir-butirdarah (blood corpuscles), yang
terdiriataskomponen-komponenberikutini.
·
Eritrosit: seldarahmerah (SDM- red blood cell).
·
Leukosit: seldarahputih (SDP-white blood cell).
·
Trombosit: butirpembekudarah– platelet.
A. SelDarahMerah
a. StrukturEritrosit
Seldarahmerah (eritrosit)
merupakancairanbikonkafdengan diameter sekitar 7
mikron.Bikonkavitasmemungkinkangerakanoksigenmasukdankeluarsecaracepatdenganjarak
yang pendekantara membrane daninti sel. Warnanyakuningkemerah-merahan, karenadidalamnyamengandungsuatuzat
yang disebut hemoglobin.Seldarahmerahtidakmemilikiintisel,
mitokondriadanribosom,
sertatidakdapatbergerak.Selinitidakdapatmelakukanmitosis,fosforilasioksidatifsel,
ataupembentukan protein.
Komponeneritrositadalahsebagaiberikut.
1) Membrane
eritrosit
2) Sistemenzim:
enzim G6PD (Glucose 6- Phosphatedehydrogenase).
3) Hemoglobin,
komponennyaterdiridari:
·
Heme yang merupakangabunganprotoporfirindenganbesi.
·
Globin:bagian protein yang terdiriatas 2 lantaialfadan
2 rantai beta.
Terhadapsekitar 300 molekul hemoglobin
dalamsetiapseldarahmerah. Hemoglobin berfungsiuntukmengikatoksigen, satu gram
hemoglobin akanbergabungdengan 1,34 ml oksigen. Oksihemoglobinmerupakan
hemoglobin yang berkombinasi/berikatandenganoksigen.Tugasakhir hemoglobin
adalahmenyerapkarbondioksidadan ion hydrogen
sertamembawanyakeparutempatzat-zattersebutdilepaskandari hemoglobin.
b)
Produksiseldarahmerah (eritropoesis)
Dalam keadaan normal, eritropoesis pada orang dewasa
terutama terjadi di dalam sumsum tulang, dimana sistem eritrosit menempati
20%-30% bagian jaringan sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah. Sel
eritrosit berinti berasal dari sel induk multipotensial dalam sumsum tulang.
Sel induk multipotensial ini mampu berdiferensiasi menjadi sel darah sistem
eritrosit, mieloid, dan megakariosibila yang dirangsang oleh eritropoeitin. Sel
induk multipotensial akan
berdiferensiasi menjadi sel induk unipotensial. Sel induk unipotensial
tidak mampu berdiferensiasi lebih lanjut, sehingga sel induk unipotensial seri
eritrosit hanya akan berdiferensiasi menjadi sel pronormoblas. Sel pronormoblas
akan membentuk DNA yang diperlukan umtuk tiga sampai empat kali fase mitosis.
Melalui empat kali mitosis dari tiap sel pronormoblas akan terbentuk 16
eritrosit. Eritrosit matang kemudian dilepaskan dalam sirkulasi. Pada produksi
eritrosit normal sumsum tulang memerlukan besi, vitamin B12, asam folat,
piridoksin (vitamin B6), kobal, asam amino, dan tembaga. Secara garis besar
dapat disimpulkan bahwa perubahan morfologi sel yang terjadi selama proses
diferensiasi sel pronormoblas sampai eritrosit matang dapat dikelompokkan ke
dalam 3 kelompok, yaitu sebagai berikut.
1)
Ukuran sel
semakin kecil akibat mengecilnya inti sel
2)
Inti sel menjadi
semakin padat dan akhirnya dikeluarkan pada tingkatan eritoblas asidosis
3)
Dalam sitoplasma
dibentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya RNA dari dalam sitoplasma sel
c)
Lama hidup
Eritrosit hidup
selama 74-154 hari. Pada usia ini sistem enzim mereka gagal, membran sel
berhenti berfungsi dengan adekuat, dan sel ini dihancurkan oleh sel sistem
retikulo endotelial.
d)
Jumlah Eritrosit
Jumlah eritrosit
normal orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 10 cc darah. Normal Hb wanita
11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%.
e)
Sifat-sifat Sel
Darah Merah
Sel darah merah
biasanya digambarkan berdasarkan ukuran dan jumlah hemoglobin yang terdapat di
dalam sel seperti berikut ini.
·
Normositik: sel
yang ukurannya normal.
·
Normokromik: sel
dengan jumlah hemoglobin yang normal.
·
Mikrositik: sel
yang ukurannya terlalu kecil.
·
Makrositik: sel
yang ukurannya terlalu besar.
·
Hipokromik: sel
yang jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit.
·
Hiperkromik: sel
yang jumlah hemoglobinnya terlalu besar.
·
Dalam keadaan
normal, bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah, sifat ini memungkinkan sel
tersebut masuk ke mikrosirkulasi kapiler tanpa kerusakan. Apabila sel darah
merah sulit berubah bentuknya (kaku), maka sel tersebut tidak dapat bertahan
lama peredarannya dalam sirkulasi.
f)
Antigen Sel
Darah Merah
Sel darah merah
memiliki bermacam-macam antigen spesifik yang terdapat di membran selnya dan
tidak ditemukan di sel lain. Antigen-antigen itu adalah A,B,O, dan Rh.
·
Antigen A,B, dan
O
Seseorang
memiliki dua alel (gen) yang masing-masing antigen A atau B tidak memiliki
keduanya yang diberi nama O. Antigen A dan B bersifat ke-dominan, orang yang
memiliki antigen A dan B akan memiliki golongan darah AB, sedangkan orang yang
memiliki dua antigen A (AA) atau satu A dan satu O (AO) akan memiliki darah A.
Orang yang memiliki dua antigen B (BB) atau satu B dan satu O (BO) akan
memiliki darah B. Orang yang tidak memiliki kedua antigen (OO) akan memiliki
darah O.
·
Antigen Rh
Antigen Rh
merupakan kelompok antigen utama pada sel darah merah yang juga diwariskan
sebagai gen-gen dari masing-masing orang tua. Antigen Rh utama disebut faktor
Rh (Rh + ), orang yang memiliki antigen Rh dianggep positif Rh (Rh +) sedangkan
orang yang tidak memiliki antigen Rh dianggap Rh negatif (Rh - ).
g)
Penghancuran Sel
Darah Merah
Proses
penghancurkan eritrosit terjadi karena proses penuaan (senescence) dan proses patologis (hemolisis). Hemolisis yang
terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-komponen
hemoglobin menjadi dua komponen sebagai berikut.
1)
Komponen
protein, yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan dapat digunakan kembali.
2)
Komponen heme
akan dibagi menjadi dua, yaitu:
·
Besi yang akan
dikembalikan ke pool besi dan
digunakan ulang.
·
Bilirubin yang
akan diekskresikan melalui hati dan empedu.
B.
Sel Darah Putih
( Leukosit)
a.
Struktur
Leukosit
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel,
sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya serta warnanya bening (tidak
bewarna). Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal.
Jenis-jenis dari golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu
limfosit T dan B; monosit dan makrofag; serta golongan yang bergranula, yaitu:
eosinofil, basofil, dan neutrofil.
b.
Fungsi Sel Darah
Putih
Fungsi sel darah
putih adalah sebagai berikut.
1)
Sebagai serdadu
tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam
tubuh jaringan RES ( Sistem Retikulo Endotel ).
2)
Sebagai
pengangkut, yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa
terus ke pembuluh darah.
c.
Jenis-jenis Sel
Darah Putih
Sel darah putih
terdiri atas beberapa jenis sel darah sebagai berikut.
1)
Agranulosit
memiliki
granula kecil di dalam protoplasmanya mempunyai diameter sekitar 10-12 mikron.
Berdasarkan pewarnaan granula, granulosit terbagi menjadi tiga kelompok berikut
ini.
·
Neutrofil:
granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang terabgkai, kadang seperti
terpisah-pisah, protoplasmanya banyak berbintik-bintik halus/granula, serta
banyaknya sekitar 60-70%.
·
Eosinofil:
granula berwarna merah dengan pewarnaan asam, ukuran dan bentuknya hampir sama
dengan neutrofil, tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya
kira-kira 24%.
·
Basofil: granula
berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil daripada eosinofil,
tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat
granula-granula yang besar, benyaknya kira-kira 0,5% di sumsum tulang.
Neutrofil,
eosinofil, dan basofil berfungsi sebagai fagosit untuk mencerna dan
menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa sel. Selain itu, basofil bekerja
sebagai sel mast dan mengeluarkan peptida vasoaktif.
2)
Granulosit
Granulosit terdiri atas limfosit dan monosit.
·
Limfosit
Limfosit
memiliki nukleus besar bulat dengan menempati sebagian besar sel limfosit
berkembang dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7 sampai dengan 15
mikron. Banyaknya 20-25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk
ke dalam jaringan tubuh. Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit T dan limfosit B.
·
Limfosit T.
Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan berkembang lama, kemudian bermigrasi
menuju ke timus. Setelah meninggalkan timus, sel-sel ini beredar dalam darah
sampai mereka bertemu dengan antigen-antigen
di mana mereka telah diprogram untuk mengenalinya. Setelah dirangsang
oleh antigennya, sel-sel ini menghasilkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan
mikroorganisme dan memberitahu sel-sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi
infeksi.
·
Limfosit B.
Terbentuk di
sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah sampai menjumpai antigen di mana
mereka telah diprogram untuk mengenalinya. Pada tahap ini, lomfosit B mengalami
pematangan lebih lanjut dan menjadi sel plasma serta menghasilkan antibodi.
·
Monosit
Ukurannya lebih
besar dari limfosit, protoplasmanya besar, warna biru sedikit abu-abu, serta
mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya bulat atau panjang.
Monosit dibentuk di dalam sumsum tulang, masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk
imatur dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk ke jaringan.
Fungsinya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel
darah putih.
3)
Jumlah Sel Darah
Putih
Pada orang
dewasa, jumlah sel darah putih total 4,0-11,0 x I
yang terbagi sebagai berikut.
Granulosit:
·
Neutrofil
2,5-7,5 x
·
Eosinofil
0,04-0,44 x
·
Basofil 0-0,10 x
Limfosit 1,5-3,5 x
Monosit 0,2-0,8 x
C.
Keping Darah
(Trombosit)
a.
Struktur
Trombosit
Trombosit adalah
bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang berbentuk cakram
bulat, oval, bikonveks, tidak berhenti, dan hidup sekitar 10 hari.
b.
Jumlah Trombosit
·
Jumlah trombosit
antara 150 dan 400 x /
liter (150000-400/mililiter), sekitar 30-40% terkonsentrasi di dalam limpa dan
sisanya bersirkulasi dalam darah.
c.
Fungsi Trombosit
Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan
darah. Trombosit dalam keadaan normal bersirkulasi keseluruh tubuh melalui
aliran darah. Namun, dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh,
trombosit tertarik ke daerah tersebut sebagai respons terhadap kolagen yang terpajan
dilapisan subendotel pembuluh.
Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan
mengeluarkan bebrapa zat (serotonin dan histamin) yang menyebabkan terjadinya
vasokonstriksi pembuluh. Fungsi lain dari trombosit yaitu untuk mengubah bentuk
dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera. Trombosit akan
menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk sumbat trombosit yang secara
efektif menambal daerah yang luka.
d.
Pembatasan
Fungsi Trombosit
Penimbunan
trombosit yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke jaringan
atau sumbat menjadi sangat besar, sehingga lepas dari tempat semula dan
mengalir ke hilir sebagai suatu embolus dan menyumbat aliran ke hilir. Guna
mencegah pembentukan suatu emboli maka trombosit-trombosit tersebut mengeluarkan
bahan-bahan yang membatasi luas penggumpalan mereka sendiri. Bahan utama yang
dikeluarkan oleh trombosit untuk membatasi pembekuan adalah prostaglandin
tromboksan A2 dan prostasiklin I2. Tromboksan A2 merangsang penguraian
trombosit dan menyebabkan vasokonstriksi lebih lanjut pada pembuluh darah.
Sedangkan prostasiklin I2 merangsang agregasi trombosit dan pelebaran pembuluh,
sehingga semakin meningkatkan respons trombosit.
e.
Plasma Darah
Plasma adalah
bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning-kuningan.
Hampir 90% dari plasma darah terdiri atas air. Zat-zat yang terdapat dalam
plasma darah adalah sebagai berikut.
1)
Zibrinogen yang
berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
2)
Garam-garam
mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain) yang berguna dalam
metabolisme dan juga mengadakan osmotok.
3)
Protein darah
(albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah juga menimbulkan tekanan
osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
4)
Zat makan (asam
amino, glukosa, lemak, mineral, dan vitamin).
5)
Hormon, yaitu
suatu zat yang dihasilkan kalenjar tubuh.
6)
Antibodi.
Plasma diperoleh dengan memutar sel darah, plasma
diberikan secara intravena untuk:
1)
Mengembalikan
volume darah;
2)
Menyediakan
substansi yang hilang dari darah klien. Misalnya faktor pembekuan darah I,
VIII, dan XI untuk klien yang tidak mendapatkannya.
D.
Limpa
a.
Struktur Limpa
Merupakan organ
ungu lunak kurang lebih berukuran 1 kepalan tangan. Limpa terletak pada pojok
atas kiri abdomen dibawah kostae. Limpa memiliki permukaan luar konveks yang
berharap dengan diafragma dan permukaan medial yang konkaf serta berhadapan
dengan lambung, fleksura linealis kolon, dan ginjal kiri. Limpa terdiri atas
kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limpa), dan pulpa
merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel leukosit). Suplai darah oleh arteri
linealis yang teluar dari arteri coeliaca.
b.
Fungsi Limpa
Fungsi limpa
adalah sebagai berikut.
1)
Pembentukan sel
eritrosit (hanya pada janin).
2)
Destruksi sel
eritrosit tua.
3)
Penyimpanan zat
besi dari sel-sel yang dihancurkan.
4)
Produksi dari
bilirubin dari eritrosit.
5)
Pembentukan
limfosit dalam folikel limpa.
6)
Pembentukan
imunologbulin.
7)
Pembuangan
partikel asing dari darah.
c.
Sistem Retikulo
Endotelial
Sistem retikulo endotelial (RES) terdiri atas
sejumlah sel-sel berstruktur sama dan dengan fungsi yang serupa terdapat
berbagai organ dan jaringan. Sel retikulo endotelial terdapat pada limpa,
timus, kalenjar limfe, sumsum tulang, dan dinding pembuluh darah. Fungsi utama
sel retikulo endotelial adalah pembuangan partikel benda asing, destruksi sel
eritrosit tua, dan destruksi sel-sel lain.
2.1.2
FisiologiSistemHematologi
Dalam
keadaan biologis darah selalu berada dalam pembuluh darah. Sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai berikut.
1. Sebagai alat pengangkut yang meliputi hal-hal
berikut ini.
· Mengangkut gas karbondioksida ()
dari jaringan perifer kemudian dikeluarkan melalui paru-paru untuk
didistribusikan ke jaringan yang memerlukan.
· Mengangkut sisa-sisa/ampas dari hasil metabolisme
jaringan berupa urea, kreatinin, dan asam urat.
· Mengangkut sari makanan yang diserap melalui usus
untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh.
· Mengangkut hasil-hasil metabolisme jaringan.
2. Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
3. Mengatur panas tubuh.
4. Berperan serta dalam mengatur pH cairan tubuh.
5. Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi.
6. Mencegah perdarahan.
A.
Komponen Darah
Darah terdiri
atas dua komponen utama, yaitu sebagai berikut.
1.
Plasma darah:
bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein
darah.
2.
Butir-butir
darah (blood corpuscles), yang
terdiri atas tiga eleman berikut
· Eritrosit
· Leukosit
· Trombosit
B.
Hematopoiesis
Hematopoiesis
merupakan proses pembentukan darah. Tempat hematopoiesis pada manusia berpindah-pindah,
sesuai dengan usianya.
1.
Yolk : usia 0-3 bulan intrauteri
2.
Hati dan lien : usia 3-6 intrauteri
3.
Sumsum tulang :usia 4 bulan intrauterin sampai
dewasa.
Pada orang dewasa,
dalam keadaan fisiologis, semua hematopoiesis terjadi pada sumsum tulang. Dalam
keadaan patologis, hematopoiesis terjadi di luar sumsum tulang, terutama di
lien yang disebut sebagai hematopoiesis ekstrameduler. Untuk kelangsungan
hematopoiesis diperlukan beberapa hal berikut ini.
1)
Sel induk
hematopoietik (homatopoietic stem cell)
Sel
induk hematopoietik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah,
termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), butir pembeku
(trombosit), dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang seperti fibroblast. Sel
induk yang paling primitif disebut sebagai pluripotent
stem cell yang mempunyai sifat mampu memperbarui diri sendiri, sehingga
tidak pernah habis meskipun terus membelah (self
renewal), mampu memperbanyak dengan fungsi tertentu (diferensiatif).
2)
Lingkungan mikro
(micro environment) sumsum tulang.
Lingkungan
mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk tumbuh secara
kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi hal hal berikut ini.
·
Mikrosirkulasi
dalam sumsum tulang belakang
·
Sel-sel stroma
(sel endotel,sel lemak, fibroblast, makrofag, dan sel retikulum).
·
Matriks
ekstraseluler (fibronektin, hemonektin, laminin, kolagen, dan proteoglikan).
·
Lingkungan mikro
sangat penting dalam hematopoiesis , karena berfungsi melakukan hal-hal berikut
ini:
a) Menyediakan nutrisi dan bahan hematopoiesis yang
dibawa oleh peredaran darah mikro dalam sumsum tulang.
b) Komunikasi antar sel
c) Menghasilkan zat yang mengatur hematopoiesis (hematopoietic growth factor. Cytokine).
3)
Bahan-bahan
pembentuk darah
Bahan yang
diperlukan untuk pembentukan darah adalah sebagai berikut:
·
Asam folat dan
vitamin B12: bahan pokok pembentuk inti sel.
·
Besi: diperlukan
untuk pembentukan hemoglobin
·
Cobalt,
magnesium, Cu, dan Zn.
·
Vitamin: vitamin
C, dan B kompleks.
4)
Mekanisme
regulasi
Mekanisme
regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas pertumbuhan sel dan
pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi, sehingga
sumsum tulang dapat merespons kebutuhan tubuh dengan cepat. Zat-zat yang
berpengaruh dalam mekanisme regulasi adalah sebagai berikut:
·
Faktor
pertumbuhan hematopoiesis (hematopoietic
groeth factor)
-
Granulocyte macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
-
Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
-
Macrophage colony stimulating factor (M-CSF)
-
Thrombopoietin
-
Burst Promoting activity(BPA)
-
Stem cell factor
·
Sitokinin: ada
jua jenis sitokinin, yaitu sitokinin yang merangsang pertumbuhan sel induk dan
sitokinin yang menekan pertumbuhan sel induk dan keduanya harus seimbang
·
Hormon
hemapoetik spesifik
Eritropoietin: hormon yang dibentuk di ginjal khusus
merangsang pertumbuhan prekursor eritrosit.
·
Hormon
non-spesifik:
-
Androgen:
menstimulasi eritropoiesis
-
Estrogen:
inhibisi eritropoiesis
-
Hormon tiroid
-
Growth hormon
C.
Hemostasis
Apabila tubuh
ita mengalami perdarahan akibat rudapaksa, maka secara otomatis tubuh akan
mengatasi perdarahan tersebut. Adapun prinsip dari hemostasis adalah sebagai
berikut.
1.
Mengurangi
Aliran Darah yang Menuju Daerah Trauma
Cara untuk
mengurangi daerah yang menuju daerah trauma adalah sebagai berikut.
·
Vasokonstriksi
Pembuluh darah
yang robek/terluka akibat rudapaksa merupakan rangsangan bagi pembuluh darah
itu sendiri yang secara refleks akan mengalami vasokonstriksi pada daerah
robekan. Trombosit yang keluar dari pembuluh darah karena adanya permukaan
kasar dari daerah luka, maka akan pecah dan mengeluarkan serotonin yang
berperan sebagai vasokonstriksi. Dengan demikian, maka daerah pembuluh darah
yang robek tadi akan semakin mengecil atau menyempit, sehingga aliran darah
pada daerah tersebut menjadi kecil sampai terhenti.
·
Penekanan Oleh
Edema
Jaringan yang
terkena rudapaksa akan mengalami edema. Selanjutnya jaringan yang edema
tersebut akan menekan pembuluh darah. Dengan demikian, bisa menambah sempitnya
aliran darah yang menuju daerah trauma.
2.
Mengadakan
sumbatan/menutup lubang perdarahan
Hal yang
berperan di dalam penyumbatan atau penutupan luka adalah trombus, yaitu bekuan
darah di dalam pembuluh darah pada orang yang masih hidup.
Trombosit yang
terkena permukaan kasar seperti pada pembuluh darah yang terluka akan pecah dan
menempel atau mengalami penggumpalan pada pembuluh darah membentuk bekuan darah
yang disebut dengan trombosit. Trombosit ini akan menyumbat lubang/luka pada
pembuluh darah. Dengan demikian, darah yang mengalir pada pembuluh darah
tersebut akan berkurang bahkan sampai berhenti. Menurut jenisnya, trombus
dibagi menjadi 2, yaitu
a)
Trombus putih
yang tersusun oleh platelet dan fibrin dengan kandungan eritrositnya yang
relatif sedikit.
b)
Trombus merah
yang tersusun oleh fibrin dan sel-sel darah merah.
D.
Pembekuan Darah
Pembekuan darah
adalah proses dimana komponen cairan darah ditransformasi menjadi material
semisolid yang dinamakan bekuan darah. Bekuan darah tersusun terutama oleh
sel-sel darah yang terperangkap dalam jaring-jaring fibrin. Fibrin adalah suatu
protein yang tidak larut dan berupa benang berbentuk semacam jaring-jaring.
Fibrin yang terbentuk berasal dari fibrinogen yang terdapat dalam plasma dalam
keadaan larut. Berubahnya fibrin dari fibrinogen ini karena adanya trombin, yaitu
suatu proteolitik enzim yang baru bisa bekerja apabila dalam keadaan aktif.
Menurut Howell proses pembekuan darah dibagi menjadi 3 stadium, yaitu sebagai
berikut:
·
Stadium I : pembentukan tromboplastin.
·
Stadium II :perubahan dari protrombin menjadi trombin.
·
Stadium III :perubahan dari fibrinogen menjadi
fibrin.
a.
Langkah-langkah
Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Pembekuan Darah.
Apabila jaringan
mengalami cedera, jalur ekstrinsik akan diaktivasi dengan pelepasan substansi
yang dinamakan tromboplastin. Sesuai urutan reaksi, protombin mengalami
konversi menjadi trombin, yang pada gilirannya mengatalisir fibrinogen menjadi
fibrin. Kalsium merupakan ko-faktor yang diperlukan dalam berbagai reaksi ini.
Pembekuan darah melalui jalur intrinsik diaktivasi saat lapisan kolagen
pembuluh darah terpanjang. Faktor pembekuan kemudian secara berurutan akan
diaktifkan, seperti jalur ekstrinsik, sampai pada akhirnya terbentuk fibrin.
BAB III
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN HEMATOLOGI
3.1
Pengkajian
Sistem Hematologi
Pengkajian pada klien dengan
gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami
dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi. Hal ini perlu
dilakukan agar kemungkinan adanya kesulitan dikarenakan gambaran klinis atau
tanda serta gejala yang hampir sama antara gangguan hematologi primer dan
sekunder dapat diminimalkan. Informasi dilakukan baik dari klien maupun
keluarga tentang riwayat penyakit dan kesehatan dapat dilakukan dengan
anamnesis ataupun pemeriksaan fisik.
Agar data dapat terkumpul dengan
baik dan terarah, sebaiknya dilakukan penggolongan atau klasifikasi data
berdasarkan identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan, keadaan fisik,
psikologis, sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan
khusus lainnya.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan
data keperawatan pada tahap pengkajian adalah : Data Demografi, Wawancara (interview),Riwayat
Kesehatan, Pengkajian Fungsi Kesehatan, Pemeriksaan Fisik, Status Sosial
Ekonomi, Diagnosa Keperawatan, Test Diagnosa, dan Evaluasi Pemeriksaan Fisik.
3.1.1
Data
Demografi
Pengkajian demografi penting
dilakukan karena pada pasien dengan gangguan hematologi pada umur, jenis
kelamin mempunyai status hematologi yang berbeda. Data demografi meliputi :
1.
Nama
2.
Umur
3.
Jenis kelamin
4.
Tempat tinggal
5.
Pekerjaan
3.1.2
Wawancara
Wawancara biasa juga disebut dengan anamnesa
adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Dalam
berkomunikasi ini perawat mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran
dan perasaannya yang diistilahkan teknik komunikasi terapeutik.
v Macam wawancara
·
Auto
anamnesa :
wawancara dengan klien langsung
·
Allo
anamnesa :
wawancara dengan keluarga / orang terdekat.
v
Teknik
Pengumpulan Data Yang Kurang Efektif :
·
Pertanyaan
tertutup : tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat / keluhan / respon.
misalnya : “Apakah Anda makan tiga kali sehari ?“
·
Pertanyaan
terarah : secara khas menyebutkan respon yang diinginkan. Misalnya : “…………….
Anda setuju bukan?”
·
Menyelidiki
: mengajukan pertanyaan yang terus-menerus
·
Menyetujui
/ tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa klien benar atau
salah. Misalnya : “Anda tidak bermaksud seperti itu kan?”
3.1.3
Riwayat Kesehatan
1.
Riwayat kesehatan pasien dan keluarga
(1)
Keganasan, kemoterapi: dapat menyebabkan terjadinya
leukimia atau mielodisplasia
(2)
Risiko tinggi HIV: dapat menyebabkan terjadinya anemia
dan trombositopenia
(3)
Hepatitis : dapat menyebabkan anemia
(4)
Kehamilan : dapat menyebabkan terjadinya anemia dan
sindrom HELLP (hemolisys elevated liver enzyme and low platelet count).
(5)
Trombosit vena : dapat menyebabkan terjadinya
trobopilia
(6)
Penyakit kronik
(7)
Perdarahan pada gusi
(8)
Pendarahan post partum
(9)
Perdarahan berlebihan setelah pencabutan gigi
(10)
Mudah memar jika terkena trauma
(11)
Penggunaan obat-obat seperti aspirin, antibiotik yang
lama.
(12)
Keluarga dengan hemofilia
(13)
Keluarga dengan thalasemia
2.
Riwayat kesehatan sekarang
a.
Tanda-tanda infeksi seperti demam dan menggigil: ditemukan
pada klien dengan leukemia, limfoma, dan multipel mieloma.
b.
Perdarahan
·
Epistaksis, perdarahan gusi, petekie, ekimosis, dan
menoragi: ditemukan pada klien dengan trombositopenia, leukemia, dan gangguan
pembekuan.
·
Hematrosis: ditemukan pada klien dengan defisiensi
faktor pembekuan.
c.
Warna kulit
·
Pucat: ditemukan pada klien anemia.
·
Ikterik/jaundice: ditemukan pada klien dengan
hemolisis.
d.
Dispnea, nyeri dada, dan ortostasis: ditemukan pada
klien dengan anemia.
e.
Pica: ditemukan pada klien dengan anemia kekurangan
zat besi.
f.
Perut terasa penuh, mudah kenyang: menunjukkan adanya
splenomegali.
g.
Alkoholik, kekurangan gizi, vegetarian: ditemukan pada
klien dengan anemia megaloblastik.
h.
Neurologi
· Sakit kepala
dan gangguan neurologis: ditemukan pada klien dengan leukostasis,
trombositopenia, atau trombosis.
i.
Pruritus: ditemukan pada klien dengan polisitemia dan
penyakit Hodgkin.
3. Riwayat
Kesehatan Yang Lalu
Perawat
melakukan pengkajian riwayat kesehatan masa lalu dengan interview apakah pasien
menderita: anemia, leukemia, mononukleosus, malabsorpsi, gangguan liver:
hepatitis, sirosis; tromboplebitis atau trombosis; gangguan limpa
4. Riwayat Diet
Data ini
membantu perawat dalam menentukan asupan gizi yang mempengaruhi status
hematologi, misalnya pada anemia, gangguan pembekuan darah.
· Diet tinggi kalori
tinggi protein
· Diet tinggi
vitamin K.
· Konsumsi
makanan dengan tinggi zat besi, vitamin C, vitamin B, kalsium.
· Konsumsi
alkohol.
3.1.10 Pengkajian Fungsi
Kesehatan
·
Persepsi Sehat-Pola Penanganan Kesehatan
Perawat
mengkaji persepsi sehat-pola penanganan kesehatan pasien,
apakah pasien merasakan kekurangan energi/lemah, merokok atau minum alcohol,
pernah menerima transfuse. Apakah pasien pernah menderita salah satu dari: SLE,
leukemia, myelodisplastik syndrome, infeksi Ebstein-Barr virus,
sytomegalovirus, rubella virus, hepatitis virus (A,B, atau C), infeksi saluran
nafas atas, atau bastroenteritis, infeksi HIV, ketergantungan obat (bila
ya, jenis obat-obatan apa yang di konsumsi), pembedahan, trauma kepala, sakit
kepala, pandangan berkunang-kunang, somnolen, penurunan tingkat kesadaran,
perdarahan intracranial.
·
Kesehatan Keluarga
Apakah diantara anggota keluarga
ada yang menderita anemia, leukemia, perdarahan, masalah pembekuan.
·
Pola Metabolisme-Nutrisi
Perawat
mengkaji apakah pasien mengalami kesulitan makan, mengunyah, menelan, bagaimana
selera makan pasien, apakah
pasien mengkonsumsi vitamin, suplemen, zat besi, apakah pasien merasa mual,
mengalami muntah, perdarahan, memar, perubahan kondisi kulit, keringat malam,
intoleransi terhadap suhu/iklim yang
dingin, pembengkakan pada lipatan ketiak, leher, lipatan paha.
·
Pola Eliminasi
Perawat
mengkaji apakah pasien mengalami buang air besar berwarna hitam, kencing
berdarah, urine output berkurang, diare, menorrhagia, ekimosis, epistaxis.
·
Pola Latihan-Aktifitas
Perawat
mengkaji apakah pasien mengalami rasa lelahan yang berlebihan, bernafas
pendek-pendek saat istirahat dan/atau saat beraktifitas, mengalami keterbatasan
gerak sendi, gait yang tidak baik, perdarahan dan/atau memar setelah beraktifitas.
·
Pola Istirahat-Tidur
Perawat
mengkaji apakah pasien mengalami rasa lelahan dan/atau kelelahan yang lebih
dari biasanya, merasa baik setelah beristirahat.
·
Pola
Persepsi-Kognitif
Perawat
mengkaji apakah pasien mengalami mati rasa, rasa geli, masalah penglihatan,
pendengaran, pengecapan, perubahan fungsi mental, nyeri tulang, sendi,
abdominal, perut kembung, nyeri sendi saat melakukan gerakan, nyeri otot.
·
Pola
Konsep-diri-Persepsi-diri
Perawat
mengkaji apakah pasien merasa: masalah kesehatannya membuat perasaan berbeda
tentang dirinya sendiri, perubahan fisik yang menyebabkan distress.
·
Pola Berhubungan-Peran
Perawat
mengkaji apakah pasien bekerja pada lingkungan yang kontak dengan bahan-bahan
yang merusak/merugikan, apakah pasien merasakan bahwa penyakitnya merubah peran
dan hubungan dirinya dengan orang lain.
·
Pola Reproduksi-Seksual
Perawat
mengkaji apakah pasien mempunyai masalah hematology yang menyebabkan masalah
seksual, wanita: kapan mens terakhir, siklus normal, berapa lama mengalami
perdarahan tiap siklus, peningkatan pembekuan, volume mensturasi, pria:
mengalami impotensi
·
Pola Toleransi Stres-Koping
Perawat
mengkaji apakah pasien mempunyai system dukungan (keluraga, teman, organisasi,
dll) yang dapat menolong, bagaimana strategi koping yang digunakan selama
sakit.
·
Pola Keyakinan-Nilai
Perawat
mengkaji bagaimana pengetahuan/pendapat pasein tentang transfuse darah, apakah
pasien mempunyai konflik antara rencana terapi dan sistem keyakinan-nilai yang
di anut.
·
Obat-obatan
Perawat mengkaji apakah klien pernah menggunakan obat-obatan:
-
Asam
Aminosalisilik (Pamisil, PAS) yang berfungsi sebagai anti tluberkulin:
dapat menyebabkan leukositosis sekunder terhadap hipersensitivitas dan
anemia.
-
Amphotericin B (Fungizone) yang berfungsi sebagai
anti fungal : dapat menyebabkan penurunan agregasi platelet, perpanjangan waktu
perdarahan.
-
Asam Asetilsalisilik (aspirin) dan aspirin yang
mengandung bahan (seperti: Empirin, Percodan) yang berfungsi sebagai analgesik,
antipiretik, antiinflamatori: dapat menyebabkan anemia, leucopenia.
-
Azathioprine (Imuran) yang berfungsi sebagai
immunosuppressi: anemila, leucopenia, trombositopenia. Carbamazepine (Tegretol)
anti kejang: anemila, leucopenia, trombositopenia. Chloramphenicol
(Chloromycetin) antibiotic: Anemia, neutropenia, trombositopenia.
-
Chlorothiazide (Diuril) yang berfungsi sebagai
diuretic: Trombositopenia (kadang-kadang).
-
Kontrasepsi oral dan diethylstilbestrol yang
berfungsi untuk control kelahiran, gejala menopausal, perdarahan uterin, kanker
prostate dan dapat menyebabkan: Peningkatan factor II, V, VII, VIII, IX, X;
peningkatan trombin; penurunan protrombin dan parsial tromboplastin time (PTT);
peningkatan koagulasi dan pembentukan tromboemboli.
-
Diphenylhydantoin (Dilantin) yang berfungsi sebagai
anti kejang, antiaritmia: anemia.
-
Epinephrine (Adrenalin) yang berfungsi sebagai
simpatomimetik dan dapat menyebabkan: leukositosis.
-
Glucocorticoid (Prednisone) yang berfungsi sebagai
antiinflamatori dan dapat menyebabkan: limphopenia, neutropilia.
-
Isoniazide (INH) yang berfungsi sebagai
antituberkulin dan dalpat menyebabkan: neutropenia.
-
Methyldopa (Aldomet) yang berfungsi sebagai
antihipertensi dan dalpat menyebabkan: anemia hemolitik.
-
Phenacetin (APC, bahan Empirin) yang berfungsi
sebagai analgesic, antipiretik yang dapat menyebabkan: anemia.
-
Phenylbutazone (Butazolidin) yang berfungsi sebagai
antiiflamatori yang dapat menyebabkan: Anemia, leucopenia, neutropenia,
trombositopenia.
-
Procaiamide hydrochloride (Pronestyl) yang berfungsi
sebagai antiaritmia yang dapat menyebabkan: agranulositosis.
-
Quinidine sulfate yang berfungsi sebagai antiaritmia
yang dapat menyebabkan: Agranulositosis, anemia, trombositopenia.
-
Trimethoprime-sulfamethoxazole (Bactrim, Septra)
yang berfungsi sebagai antibacterial yang dapat menyebabkan: anemia,
leucopenia, neuutropenia, trombositopenia.
-
Agen Antineoplastic yang berfungsi sebagai
immunosuppressi, malignansi yang dapat menyebakan: anemia, leucopenia,
trombositopemia.
-
Agen Nonsteroidal Anti-inflammatory yang berfungsi
sebagai antiiflamtori, analgesi, antipiretik yang dapat menyebabkan: inhibisi
agregasi platelet.
-
Qinidine atau quinine, obat penguat pada minuman
keras, pemberi rasa pahit pada minuman keras dapat menyebabkan purpura.
-
Heparin untuk antikoagulasi dapat menyebabkan:
trombositopenia/pseudotrombositopenia.
3.1.11
Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik
dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat
keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara.
Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien.
Misalnya, klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat
mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari atau tidak.Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan
adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien
dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan.
Ada 4teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
1.
Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian
tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar
perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus
inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk,
posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian
tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus),
terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain .
2.
Palpasi
Palpasi
adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah
instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang :
temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu
diperhatikan selama palpasi :
· Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
santai.
· Tangan perawat harus dalam keadaan
hangat dan kering
· Kuku jari perawat harus dipotong
pendek.
· Semua bagian yang nyeri dipalpasi
paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang),
dan lain-lain.
3.
Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian
permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri
kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.Perkusi bertujuan untuk
mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat
menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
·
Sonor : suara perkusi jaringan yang
normal.
·
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih
padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
·
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat
seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar.
·
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang
lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma
kronik.dan timpani pada usus
4.
Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang
disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung,
suara nafas, dan bising usus.
a.
Suara
tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
·
Rales : suara yang dihasilkan dari
eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi
(rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
·
Ronchi : nada rendah dan sangat kasar
terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah
akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
·
Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”.
bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis
akut, asma.
·
Pleura
Friction Rub
; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu.
Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
b.
Pendekatan
pengkajian fisik
dapat menggunakan :
1.
Head
to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara
berurutan sampai ke kaki. Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala,
wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru,
jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
2.
ROS
(Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh,
yaitu : keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler,
sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem
muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu
perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian
khusus.
3.
Pola
fungsi kesehatan Gordon, 1982
Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan
mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada
masalah khusus meliputi : persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan,
nutrisi-pola metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola
perseptual, peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola
reproduksi, koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
v
Pemeriksaan daerah kepala, telinga, mata, hidung, dan
tenggorokan (HEENT) didapatkan:
1.
Pemeriksaan
daerah kepala, telinga, mata, hidung dan tenggorokan (HEENT)
·
Konjunctiva
anemis, mukosa pucat à anemia
·
Ikhterik/
jaundice à hemolisis, heperbilirubinemia
·
Petekie
à trombositopenia
·
Glositis
à anemia defisiensi zat besi, anemia defisiensi vitamib B 12
·
Limfadenopatià limfoma
·
Edema
·
Kemerahan
·
Perdarahan
·
Ketidaknormalan
lensa
·
Gangguan
penglihatan
·
Kebutaan
2.
Rambut
· Tekstur
· Pertumbuhan
3.
Sistem Integumen/kulit dan membrane mukosa
· Kulit akan
tampak pucat karena berkurangnya jumlah hemoglobin (anemia); kemerah-meahan
karena menigkatnya jumalah hemoglobin (polisitemia);
· Jaundis
karena penumpukan pigmen empedu yang disebabkan oleh hemolisis yang cepat atau
berlebihan; purpura, peteki, ekkimosis, hematom yang disebabkan oleh defisiensi
hemostatik factor pembeku yang menyebabkan perdarahan di kulit; ekskoriasi dan
pruritus disebabkan oleh garukan pada kulit karena rasa gatal sekunder terhadap
gangguan seperti penyakit Hodgkin dan peningkatan jumlah bilirubin;
· Ulser pada
tungkai disebabkan oleh penyakit sikel sel terutama terjadi pada bagian
maleolus pergelangan kaki; perubahan warna menjadi kecoklatan disebabkan oleh
hemosiderin dan melanin dari eritrosit yang pecah dan deposit zat besi sekunder
terhadap transfuse zat besi yang berlebihan;
· Sianosis
disebabkan oleh penurunan hemoglobin; telengiektasis disebabkan oleh hiperemik
spot disebabkan oleh dilatasi kapiler atau pembuluh darah yang kecil dan
angioma kecil dan cendrung mengalmi perdarahan;
· Angioma disebabkan
oleh tumor benigna pada pembuluh darah atau getah bening; spidernevi disebabkan
oleh dilatasi kapiler-kapiler yang tampak seperti sarang laba-laba, hal ini
berhubungan dengan penyakit liver dan peningkatan kadar estrogen pada
kehamilan.
4.
Kuku
Pada bagian kuku akan telihat dan teraba rigid
memanjang, datar dan cekung yang disebabkan oleh anemia defisiensi zat besi
yang kronik.
5. Mulut
·
Sekitar mulut akan terlihat pucat karena penurunan
jumlah hemoglobin (anemia)
·
ulserasi gusi dan mukosa karena anemia berat dan
neutropenia; infiltrasi pada gusi (membengkak, kemerahan, perdarahan)
disebabkan oleh leukemia
·
tekstrur lidah halus oleh karena anemia pernicious
dan deriseinsi zat besi.
6. Lidah
Nyeri, Tekstur, Ada papil, Ada alur/garis, Warna
Nyeri, Tekstur, Ada papil, Ada alur/garis, Warna
7.
Sistem kardiovaskuler
·
Takikardi, S4: anemia berat dengan gagal jantung
·
Peningkatan tekanan vena jugolaris
·
Edema
8.
Abdomen
·
Dari palpasi ditemukan hepatomegali akibat dari
leukemia, sirosis atau fibrosis sekunder terhadap kelebihan zat besi pada sikel
sel atau thalasemia
·
Spenomegalikarena
leukemia, lymphoma, mononucleosisdari auskultasi akan terdengar bruit dan rub
akibat infraksi splenik.
9.
Sistem neurologi
Kehilangan sensasi getar (vibration sense): anemia
megaloblastik
10. Sistem
muskuloskeletal
Nyeri tulang/tenderness: mieloma multipel.
11.
Sistem perkemihan
·
Hematuria
·
Warna urin gelap
12. Sistem
persarafan
·
Pemeriksaan nervus kranial
·
Penurunan kesadaran.Evaluasi Pemeriksaan Laboratorium
13. System saraf.
Dari hasil pemerisaan sensasi getar,
propriosepsi/posisi, nyeri, sentuhan, getaran dan reflek tendon ditemukan
kerusakan fungsi system saraf karena defisiensi cobalamin atau penekanan dari
saraf oleh massa.
14. Punggung dan ekstremitas.
· Pasien
mengeluh nyeri punggung, yang merupakan penyebab adalah reaksi hemolitik akut
dari nyeri panggul karena ginjal berperan dalam lproses hemolisis; multiple
myeloma dari pembesaran tumor yang meregang periosteum atau kelemahan jaringan
penyokong yang menyebabkan strain ligament dan spasme otot; dan penyakit sikel
sel.Dari inspeksi akan tampak peteki akibat dari tirah baring pada kondisi
pasien yang mengalami trombositopenia.
· Athralgia
yang disebabkan oleh leukemia karena adanya penyakit pada tulang : sumsum
tulang, dan sikel sel dari hemartrosis.
· Pasien
juga akan mengeluh nyeri tulang akibat invasi sel leukemia ke tulang,
demineralisasi akibat dari hematopoietik dan malignansi yang padat meningkatkan
kemungkinan patah tulang patologi, dan penyakit sikel sel.
3.1.6
Status Sosial
Ekonomi
Perawat
mengkaji kemampuan klien dan keluarga dalam ststus ekonomi, hal ini terkait
dengan kemampuan pemenuhan gizi, pembelian obat, mengetahui penyebab gangguan
hematologi seperti anemia.
· Pekerjaan
· Sumber biaya
perawatan (misalnya askes,askeskin, dll)
3.1.7
Diagnosa
Keperawatan
Mengacu pada hasil pengkajian tersebut, kemungkinan
diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada kondisi pasien dengan gangguan
system hematology antara lain sebagai berikut:
1.
Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
dan lesu ditandai dengan sulit/tidak dapat mentoleransi peningkatan aktifitas (
misalnya, pols meningkat, respirasi rate meningkat saat istirahat dan/atau
beraktifitas)
2. Perubahan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan
penangnanan ditandai dengan berat badan menurun, serum albumin rendah, kadar
besi menurun, defisiensi vitamin, berat badan lebih rendah dari biasanya
3. Inefektif
penanganan rejimen terapeutik berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
gaya/kebiasaan hidup, kebutuhan nutrisi, dan penanganan obat-obatan ditandai
dengan menanyakan tentang kebiasaan hidup yang diperlukan, diet, obatk-obatan.
4. Masalah kolaborasi risiko komplikasi: hypoxemi berhubungan dengan
penurunan hemoglobin
5. Risiko perubahan membrane mukosa berhubungan dengan penanganan, penyakit,
atau bulla yang berisi darah
6. Risiko injuri berhubungan dengan intervensi dan sensitifitas jaringan
terhadap trauma
7. Masalah kolaborasi risiko perdarahan berhubungan dengan kehilangan darah
secara akut
8. Perubahan perfusi jaringan serebrall, kardiopulmonal, ginjal, saluran
cerna, dan perifer berhubungan dengan perdarahan dan lebam atau gangguan aliran
darah sekunder terhadap trombosis
9. Nyeri berhubungan dengan perdarahan ke dalam jaringan dan prosedur
diagnostic
10. Penurunan
kardiak output berhubungan dengan deficit volume cairan dan hipotensi
11. Cemas
berhubungan dengan ketakutan akibat kurangnya pengetahuan, proses penyakit,
prosedur diagnostic dan terapi
12. Risiko
infeksi berhubungan dengan penurunan neutropil dan perubahan respon terhadap
invasi mikroba dan adanya lingkungan yang pathogen
3.1.8
Test Diagnostik
a.
Untuk
menentukan adanya kelainan darah, perlu diperlukan test Diagnostic dan
pemeriksaan darah. Beberapa istilah yang lazim dipakai dalam pemeriksaan darah
diantaranya :
· Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah ( sel darah
merah,sel darah putih dan trombosit ) dalam volume darah tertentu, dinyatakan
sebagai jumlah sel per millimeter kubik (mm3)
· Hitung jenis sel darah yaitu menetukan karakteristik morfologi darah maupun
jumlah sel darah.
· Pengukuran hematokrit (Hct) atau volume sel padat, menunjukan volume darah
lengkap (sel darah merah). Pengukuran ini menunjukan presentasi sel darah merah
dalam darah, dinyatakan dalam mm3 / 100 ml
· Mean Corpuscular Hemoglobin (MCM) atau konsentrasi hemoglobin rata – rata
adalah mengukur banyaknya hemoglobin yang terdapat dalam satu sel darah merah.
MCH ditentukan dengan membagi jumlah hemoglobin dalam 100 ml darah dengan
jumlah sel darah per millimeter kubik darah. Nilai normalnya kira – kira 27 – 31
pikogram / sel darah merah.
· Mean Corpuscular Volume (MCV) atau volume eritrosit rata – rata merupakan
pengukuran besarnya sel yang dinyatakan dalam micrometer kubik, dengan batas
normal 81 – 96 mikro meter kubik, apabila lebih besar dari 96 menunjukan sel –
sel makrositik.
· Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration ( MCHC) atau konsentrasi
hemoglobin eritrosit rata – rata, mengukur banyaknya hemoglobin dalam 100 ml
sel darah merah padat. Normalnya 30- 36 g / 100 ml darah.
· Hitung leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah.
· Hitung trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1 mm3 darah.
b.
Jenis
pemeriksaan pada gangguan hematologi diantaranya :
v Pemeriksaan darah
·
Hitung sel
darah merah untuk mengukur jumlah sel darah merah per millimeter kubik darah.
Test ini untuk mendiagnostik anemia dan polisitemia. Normalnya tergantung umur
dan jenis kelamin.
·
Hemoglobin
untuk menentukan nilai hemoglobin dalam darah per 100 ml darah. Test ini untuk
mendiagnosa adanya anemia dan poliitemia. Nilai normalnya tergantung umur dan
jenis kelamin.
·
Hematokrit
untuk menentukan persen volume darah merah dalam darah. Test ini untuk
menetukan diagnose anemia, polisitemia, status dehidrasi. Normalnya tergantung
umur dan jenis kelamin.
·
Hitung sel
darah putih / leukosit untuk mengukur jumlah sel darah putih dalam millimeter
kubik darah. Test ini membantu menentukan adanya infeksi atau respon pasien
terhadap pemberian kemoterapi atau terapi radiasi.
·
Hitung
trombosit untuk menghitung nilai trombosit, berperan dalam pembekuan darah.
·
Hitung retikulosit
untuk mengukur respon sumsum tulang terhadap produksi sel darah merah.
·
Test factor
pembekuan untuk mengetahui factor penyebab gangguan perdarahan.
-
Bleeding
time ( BT) untuk mengukur kamampuan pemberhentian perdarahan ( N : 3-8 menit
pada orang dewasa )
-
Hitung
Trombosit untuk mengetahui jumlah trombosit dalam sirkulasi darah ( N : 150.000
– 450.000 )
-
Partial
Tromboplastian time ( PTT), test untuk mengukur factor intrinsic pembekuan,
protombin, fibrinogen ( N : 11- 15 detik )
-
Prothrombin
time (PT) tes untuk menentukan aktifitas dan interaksi factor V, VII, X
prothrombin dan fibrinogen ( N : 11 – 15 detik )
-
Activated
clotting time, mengukur proses koagulasi dalam darah vena ( N : 7 – 120 detik,
tergantung tipe activator yang di gunakan )
-
Level fibrinogen
mengukur level fibrinogen ( N : 200 – 400 mg / 100 ml )
·
Bone Marrow
Pungtion ( BMP ) adalah tindakan untuk mengaspirasi sumsum tulang,untuk
memeriksa perkusor sel darah, bentuk, ukuran, maturitas dan abnormalitas sel
darah. BMP biasanya dilakukan pada sumsum tulang krista iliaka posterior, krista
iliaka anterior atau sternum. Untuk menghindari perdarahan, setelah tindakan,
lokasi biopsy dilakukan penekanan selama 60 menit dengan kombinasi balut tekan
dan posisi pasien pronasi ditempat tidur.
3.1.9
Evaluasi Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah sakit sebagai
yang tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pengobatan dan perawatan.Validitas
daripemerksaan laboratorium sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan
klien, alat dan bahan yang digunkan, serta pemeriksanya sendiiri.Pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan meliputi hal- hal berikut ini.
v Pemeriksaan Hb bila nilainya > 70 % diindikasi dilakukan transfuse
meskipun tidak ada gejala.
1.
Pemerksaan
Hct = bila nilainya > 70% artinya terdapat indikasi untuk dilakukan
flebotomi dengan segera.
2.
Hitung
platelet = bila nilainya < 10.000/, maka terdapat risiko terjadinya perdarahan spontan. Bila nilainy <
50.000/, maka risiko perdarahan meningkat pada trauma dan pembedahan. Bila
nilainya > 2.000.000/maka terdapat risiko tinggi thrombosis.
3.
Hitung
neutrophil = bila nilainya < 500/ maka terdapat risiko tinggi infeksi.
4.
PT (
Protrombin Time) = bila nilainya <1,5 % x control, maka tidak ada
peningkatan tisiko perdarahan. Akan tetapi, bila nilainya <2,5 x control
dapat terjadi risiko tinggi terjadinya perdarahan spontan. Pada pemeriksaan PPT
= bila nilainya 1,5 x control, maka tidak ada peningkatan risiko perdarahan.
Akan tetapi, bila nilainya 2,5 x control, maka risiko tinggi terjadinya
perdarahan spontan.
5.
Waktu
perdarahan = bila nilainya > 20 menit, maka terdapat risiko tinggi
perdarahan spontan.
6.
Antitrombin
III = bila nilainya < 50 % dari nilai normal, maka terdapat risiko inggi
terjadi thrombosis spontan.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Hematologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk darah.Pengkajian fisik adalah keterampilan paling esensial yang memerlukan banyak
latihan dalam melakukannya.Tujuan melakukan pengkajian fisik adalah untuk
mengembangkan pemahaman tentang masalah medis pasien dan membuat diagnosis
banding.Pengkajian pada klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan
teliti, sistematis, serta memahami dengan baik fisiologis dari setiap organ
system hematologi.Metode yang digunakan dalam pengumpulan data keperawatan pada
tahap pengkajian adalah data demografi, wawancara (interview), pengamatan
(observasi), dan pemeriksaan fisik (physical assessment), dan studi
dokumentasi.
Ada 4 teknik
dalam pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.Pada
pemeriksaan fisik seorang anak dilakukan secara terstruktur dan sistematik,
sedangkan pengkajian pasien geriatric cukup kompleks dan memakan waktu,
tergantung pada tingkat keragaman, tingkat kronis dan kompleksitas masalah
fisik yang mendasari.Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan Head to toe
(kepala ke kaki), ROS (Review of System/system tubuh, pola fungsi kesehatan
Gordon, 1982, dan Doengoes (1993).
4.2
Saran
Kita sebagai seorang perawat
harus mempelajari pengkajian fisik dengan benar, karena dengan pengkajian fisik
yang benar dan tepat akan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis.
Keakuratan pengkajian fisik yang kita lakukan akan mempengaruhi pemilihan terapi
yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Potter,
Patricia A. & Anne Griffin Perry. 2005.
Fundamental Keperawatan Edisi 4 Vol.1. Jakarta: EGC
Potter,
Petricia A. 2011.Basic Nursing. Kanada : mosby Elsevier
Tidak ada komentar:
Posting Komentar