Kamis, 10 September 2015

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR IV “ KONSEP DIRI “



MAKALAH
ILMU KEPERAWATAN DASAR IV
“ KONSEP DIRI “


EDITED BY:
SAHRIL NOVIANTO




DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………….    i
DaftarIsi…………………………………………………………………………...….ii
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………...…    1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….......…   1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………..…   2
1.3 Tujuan........... …………..…………………………………………………   2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4
2.1 Tinjauan Tentang Konsep Diri ............................................................4
2.2 Komponen Konsep Diri.........…..………………….............................4
                                                      2.2.1 Identitas...........................................................................      .................4
2.2.2 Citra Tubuh...........………………………………………………. ..... 5
2.2.3 Harga Diri..............................……………………….................. 6
2.2.4 Peran..............................................................................................7
2.3 Perkembangan Konsep Diri ……...........................................................  8
2.3.1 Bayi.......................................................................................................... 8
2.3.2 Toodler........................................................................................    8
2.3.3 Usia Pra Sekolah..................................................................................... 9
2.3.4 Anak Usia Sekolah...........................................................................10
2.3.5 Masa Remaja................................................................................... 11
2.3.6 Masa Dewasa Muda........................................................................ 12
2.3.7 Usia Dewasa Tengah....................................................................... 13
2.3.8 Lansia............................................................................................ 14
2.4 Stresor Mempengaruhi Konsep Diri ….…..…………………………....…. 17
2.4.1 Stresor Identitas…………………................………..………………. 17
2.4.2Stresor Citra Tubuh ………………….........…………………....…….19
2.4.3Stresor Harga Diri………..…............................................................ 20
2.4.4 Stresor Peran.................................................................................... 20
2.5 Pengaruh Perawat Pada Konsep Diri Klien............................................... 21
2.6 Asuhan Keperawatan Mengenai Konsep Diri............................................ 23
2.6.1 Pengkajian............................................................................................ 23
2.6.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................... 25
2.6.3 Perencanaan..................................................................................... 27
2.6.4 Implementasi................................................................................... 30
2.6.5            Evaluasi........................................................................................... 39

BAB III. PEMBAHASAN BERDASARKAN LITERATUR………………..…...…42
3.1 Pembahasan Konsep Diri ……................................................................ 42

BAB IV. Penutup…………………………………………………………………….… 43
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………43
4.2 Saran…………………………………………………………………….….. 43

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………... 44






BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Diri (self) adalah hubungan kita yang paling intim, jelasnya salah satu dari aspek terpenting pengalaman hidup kita, namun yang paling sulit didefinisikan. Apa yang kita pikir dan kita rasakan tentang diri kita mempengaruhi perawatan yang kita berikan pada diri kita secara fisik dan emosional. Dan perawatan yang kita berikan pada orang lain. Orang dengan konsep diri yang rendah tidak menghargai perawatan dan sering tidak akan mencari bantuan untuk kesehatan fisik atau emosional.
Penderita diabetik yang tidak menjalani perawatan diri, orang dewasa yang secara berulang mengabaikan diet dan tertidur selama infeksi, dan seorang anak yang tidak menjaga kebersihan tubuhnya dengan mandi teratur menunjukkan buruknya konsep diri. Anak kecil beresiko mengalami konsep diri yang buruk..
Konsepdiri adalah pengetahuan individu tentang diri (mis. “saya kuat dalam matematika”) (wigfield dan karphatian, 1991). Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri. Jika seseorang anak mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan stabil, maka konsep diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil. Ketidak sesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber stres atau konflik.

1
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri. Pernyataan seperi “saya kuat seperti seekor kerbau” atau “tidak pernah satu haripun saya sakit dalam hidup saya” menunjukkan bahwa pemikiran orang tersebut tentang kesehatan adalah positif. Pemikiran seperti ini penting untuk persepsi diri seseorang. Persepsi diri yang negatif misalnya saja ditunjukkan dengan  pernyataan seperti “saya tidak akan pernah sembuh”.
Perawatan dirumah sakit, penyakit, pembedahan, perpisahan dari keluarga, dan faktor lainnya dapat juga mempengaruhi konsep diri. Misalnya, amputasi anggota gerak atau payudara dapat mengakibatkan perubahan citra tubuh. Adaptasi terhadap kejadian diatas termasuk mengintegrasikan perubahan tubuh kedalam konsep fisik diri, yaitu citra tubuh. Penyakit kronis dapat mempengaruhi kemampuan untuk memberikan dukungan finansial, oleh karenanya juga mempengaruhi nilai diri dan peran didalam keluarga. Perubahan ini dapat menganggu konsep diri.

1.2       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana konsep diri mempengaruhi manajemen diri individu ?
2.    Bagaimana perawat melaksanakan asuhan keperawatan dengan tetap memahami konsep diri ?

1.3       Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah :
                1.3.1. Tujuan Umum     : Agar mahasiswa dapat mengungkapkan pola pikir yang ilmiah dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan tetap memperhatikan konsep individu yang berbeda.

2
               1.3.2. Tujuan khusus  : Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisa data, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan, mengimplementasikan tindakan sesuai rencana dan mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan memahami konsep diri yang berbeda dari tiap individu serta memberikan pendidikan kesehatan.


 
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Konsep Diri
            konsep diri dikembangkan  melalui proses sangat kompleks yang melibatkan banyak variabel. Keempat komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri, peran. Konsep diri adalah representatif fisik seseorang individu, pusat inti dari “ aku “ dimana semua presepsi dan pengalaman terorganisir.
            Konsep diri memberikan rasa kontinuitas, kuutuhan, dan konsistensi pada seseorang. Konsep diri yang sehat mempunyai kestabilan yang tinggi dan membangkitkan perasaan nrgatif dan positif yang ditujukan oleh diri.
2.2       Komponen konsep diri
Konsep diri dapat digambarkan dengan istilah rentang dari kuat sampai lemah atau dari positif sampai negatif, bergantung pada kekuatan individu dari keempat komponen konsep lainnya
2.2.1      Identitas
Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan dan konsistensi  dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi . identitas menunjukkan menjadi lain dan terpisah dari orang lain, namun menjadi diri yang utuh dan unik. Anak belajar tentang nilai , perilaku dan peran yang diterima sesuai kultur. Anak mengidentifikasi pertama kali dengan orang tuanya ,kemudian dengan guru, teman seusia dan pahlawan pujaan.


4
 Untuk membentuk identitas, anak harus mampu untuk membawa semua perilaku yang di pelajari ke dalam keutuhan yang koheren , konsisten,dan unik ( Erikson, 1963). Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup.Selama masa remaja tugas emosional utama seseorang adalah perkembangan rasa diri atau identitas.
Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim karena identitas seseorang akan diekspresikan dalam hubungan dengan orang lain. Seksualitas adalah gambaran seseorang tentang diri sebagai pria atau wanita dan makna dari gambaran ini.
2.2.2        Citra tubuh
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh , baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditunjukkan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan  fisik oleh persepsi dari pandangan orang lain.
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan  dengan  aspek lainnya dari konsep diri. Sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh. Muda, cantik dan utuh adalah hal yang paling di tekankan oleh masyarakat Amerika, fakta yang selalu ditayangkan dalam program televisi, film bioskop dan periklanan. Citra tubuh bergantung hanya sebagian pada realitas tubuh.



5
2.2.3        Harga diri
Harga diri berdasarkan pada faktor internal dan eksternal . Harga diri atau rasa kita tentang nilai diri; rasa ini adalah suatu evaluasi dimana seseorang membuat atau mempertahankan diri . Menurut ERIKSON (1963) ,anak anak kecil mulai mengembangkan rasa berguna atau industri dengan belajar untuk bertindak pada inisiatif mereka sendiri. Harga diri berkaitan dengan evaluasi individual terhadap keefektifan di sekolah atau tempat kerja ,di dalam keluarga dan dalam lingkungan sosial. Keefektifan diri berkaitan erat dengan ide harga diri
       Harga diri daoat dipahami dengan memikirkan hubungan antara konsep diri seseorang dan diri ideal. Diri ideal berawal dalam tahun prasekolah dan berkembang sepanjang hidup ; diri ideal di pengaruhi oleh norma masyarakat dan harapan serta tuntunan dari orang tua dan orang terdekat.
       Evaluasi diri adalah proses mental yang berkelanjutan. Nilai- nilai atau harga diri , adalah kebutuhan dasar manusia, menurut Hirarki Maslow. Harga diri juga dipengaruhi oleh sejumlah kontrol yang mereka miliki terhadap tujuan dan keberhasilan dalam hidup.Seseorang yang memiliki hargai diri tinggi cenderung menunjukkan keberhasilan yang diraihnya sebagai kualitas dan upaya pribadi.Ketika berhasil, seseorang yang memiliki harga diri rendah cenderung mengatakan bahwa keberhasilan yang diraihnya adalah keberuntungan dan atau atas bantuan orang lain ketimbang kemampuan pribadi (marsh 1990).




6
2.2.4             Peran
Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga,komunitas,dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi.Sosialisasi di mulai sejak lahir , ketika bayi mulai bisa merespon orang dewasadan orang dewasa merespon perilaku dari bayi. Polanya stabil tetapi agak sedikit berubah ketika sudah dewasa. Anak belajar perilaku yang diterima oleh masyarakat melalui proses berikut :
1.      Reinforcement-extinction           : Perilaku tertentu menjadi umum atau dihindari , bergantung pada apakah perilaku ini diterima dan diharuskan atau tidak diperbolehkan
2.      Inhibisi                             : Seseorang anak belajar memperbaiki perilaku , bahkan ketika berupaya untuk melibatkan diri mereka.
3.      Substitusi                          : Seseorang anak menggatikan satu perilaku dengan perilaku lainnya, yang memberikan kepuasan pribadi yang sama.
4.      Imitasi                               : Seseorang anak mendapatkan pengetahuan , ketrampilan atau perilaku dari anggota sosial atau kelompok kultural.
5.      Identifikasi                                   : Seseorang anak yang menginternalisasikan keyakinan, prilaku, dan nilai dari model peran ke dalam ekspresi diri yang unik dan personal.
Selama sosialisasi , anak umumnya mengembangkan ketrampilan yang diperlukan untuk berfungsi dalam banyak peran yang berbeda. Sosialisasi yang tidak berhasil adalah ketidakmampuan untuk berfungsi seperti yang dapat diterima oleh nilai masyarakat.



7
Seorang dewasa lebih memperhatikan perilaku aktual yang sesuai dengan peran ketimbang mempelajari nilai dasar yang terdapat dalam peran. Seseorang yang telah dewasa diharapkan untuk membedakan harapan peran ideal dengan kemungkinan realistik.

2.3       Perkembangan Konsep Diri
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu klien dalam mengembangkan konsep diri yang positif.
2.3.1        Bayi

Apa yang pertama di butuhkan oleh bayi adalah pemberi perawatan primer dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut.
Peran pemberi perawatan ini dapat di ambil oleh ibu, ayah, atau seseorang yang bertanggung jawab untuk merawat bayi. Jika bayi mengalami kesenangan, interaksi penuh kasih sayang dengan pemberi perawatannya, maka hal ini akan diingat dan diinternalisasikan ke dalam psikis bayi. Jika interaksinya tidak memuaskan, menyakitkan, dan mengakibatkan frustasi maka ini akan terpisah dari psikis dan ditekan di bawah sadar. Perasaan yang dipisahkan dan ditekan ini akan dikeluarkan ke dalam bentuk lain dalam kehidupan (Scharff & Scharff, 1991).
Tanpa stimulasi yang adekuat dari kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan citra tubuh, dan konsep diri mengalami kerusakan, seperti yang ditunjukkan oleh studi tentang bayi prematur dalam inkubator yang kurang dibuai, diayun, dan dipeluk (Kramer et al, 1975).



8
Pengalaman pertama bayi dengan tubuh mereka, yang sangat ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu, adalah dasar untuk perkembangan citra tubuh. Penerimaan dan pengaturan tubuh dikemudian hari dan reaksi orang lain terhadap hal tersebut adalah cara kita melanjutkan pembentukan citra tubuh kita (Murray & Huelskoetter, 1991).

2.3.2        Toodler

Anak usia bermain (1 sampai 3 tahun) lebih aktif dan mampu untuk berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak beralih dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri mereka terhadap orang lain. Anak usia bermain belajar untuk mengkoordinasi gerakan dan meniru orang lain. Mereka juga cenderung memandang orang lain dan diri mereka dalam istilah “ semua baik” mereka mempunyai keterampilan dengan makan sendiri .Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan locomotion, toilet training, berbicara, dan sosialisasi.

2.3.3             Usia Pra Sekolah

Batasan tubuh, rasa diri, dan jender dari anak usia prasekolah menjadi lebih pasti bagi mereka karena perkembangan keingintahuan seksual dan kesadaran tentang perbedaan dengan orang lain dari jender  yang sama atau yang berbeda. Mempelajari tentang tubuh, dimana mulainya dan dimana akhirnya, seperti apa nampaknya, adalah dasar untuk pembentukan konsep diri dan citra tubuh. Mereka mulai belajar tentang bagaimana mereka mempengaruhi orang lain dan bagaimana orang lain berespon terhadap mereka. Mereka juga belajar dasar untuk mengontrol perasaan dan perilaku.


9
Anak-anak merasa kecil dalam hubungannya dengan orang dewasa.  Mereka menetapkan pandangan negatif dan positif tentang diri mereka. Mereka mendengan dan mengalami emosi dan pernyataan dari orang lain, terutama orang tua tentang diri mereka sebagai individu. Ketika pengalaman ini terulang beberapa kali mereka mulai membentuk pola yang diharapkan. Anak-anak belajar untuk menghargai apa yang orang tua mereka hargai. Keluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri anak, dan masukan negatif pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri, dimana orang tersebut sebagai orang dewasa harus bekerja dengan sangat keras untuk mengatasinya.

2.3.4             Anak Usia Sekolah

Sampai anak-anak bersekolah, konsep diri dan citra tubuh terutama didasarka pada sikap orang tua. Di sekolah orang lain menunjang terbentuknya konsep diri dan citra tubuh. Hal ini akan memberi efek penyelaras bagi anak-anak yang keluarganya kritis, atau akan menjadi negatif jika anak mengalami lingkungan sekolahyang negatif.
Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat, dan lebih banyak didapatkan ketrampilan motorik, sosial, intelektual. Tubuh anak berubah dan identitas seksual meningkat. Rentang perhatian meningkat, dan aktivitas membaca memungkinkan ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku, dan tempat lain. Melalui permainan, anak-anak berinteraksi dengan sebaya, mengembangkan keterampilan motorik dan intelektual tambahan. Perawat dapat menggunakan hal ini untuk mendapat petunjuk dalam konsep diri anak. Dengan meningkatnya kemampuan pemecahan masalah, kesadaran diri tentang perkembangan kekuatan dan keterbatasan diri makin meningkat.


10

Konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karena anak terus berubah secara fisik, emosional, mental, sosial.

2.3.5      Masa Remaja
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru, harus diintegrasikan ke dalam diri. Pertumbuhan yang cepat. Yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain, adalah faktror penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh.
Anak remaja dipaksa untuk mengubah gambaran mental mereka tentang diri mereka. Perubahan fisik dalam ukuran dan penampilan menyebabkan perubahan dalam persepsi diri dan penggunaan tubuh. Anak remaja menghabiskan banyak waktu didepan cermin untuk higiene, perdandanan, dan berpakaian dimana mereka mencari perbaikan diri penampilan mereka sebanyak mungkin. Distres yang besar dirasakan tentang ketidaksempurnaan tubuh yang dicerap.
    Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan identitas (Erikson1963). pengamanan diri mempunyai efek penting. Pengalaman yang positif pada masa kanak-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka. Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk. Anak-anak yang memasuki masa remaja dengan perasaan negatif menghadapi periode yang sulit ini bahkan lebih menyulitkan lagi.
            Anak remaja mungkin terlalu menekankan penampilan; hidung yang mancung, telinga yang besar, tubuh yang pendek atau kerangka tubuh yang  besar mengakibatkan remaja menilai buruk terhadap dirinya.

11
Jika anak remaja tidak merasa menerima diri mereka atau tubuh mereka, mereka akan mencoba untuk berkompetensi melalui olahraga, keberhasilan diri hobi atau akademik, komitmen keagamaan, penggunaan obat atau alkohol, atau kelompok teman untuk meningkatkan prestise. Kompensasi mungkin berakibat cukup negatif atau positif, bergantung pada penerimaan masyarakat dari aktivitas tertentu tersebut.
            Anak remaja juga mulai menunjukkan pada teman dengan jenis kelamin berbeda dengan cara baru dan minat yang lebih meningkat. Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapkan rasa identitas, termasuk siapa mereka, apa makna kehidupan bagi mereka, dan kemana mereka pergi.

2.3.6      Masa Dewasa Muda
Meski pertumbuhan fisik telah berhenti, perubahan kongnitif, sosial, dan perilaku terus terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda (awal 20 tahunan sampai pertengahan 40 tahunan) adalah periode untuk memilih; adalah periode untuk menetapkan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan, dan mulai melakukan hubungan erat. Konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif stabil dalam masa ini.          Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, dan penghargaan dan penerimaan diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.




12
2.3.7      Usia Dewasa Tengah
Perubahan fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan, rambut memutih, dan varises menyerang usia dewasa tengah. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat perubahan dalam produksi hormonaldan sering penurunan dalam aktivitas mempengaruhi citra tubuh, yang selanjutnya menganggu konsep diri. Orang menyadari bahwa mereka tampak lebih tua, dan mereka mungkin merasakan juga bahwa mereka menjadi lebih tua. Pekerjaan mungkin sangat menegangkan jika orang dengan usia dewasa tengah merasa bahwa setamina, daya tubuh,dan ketegapan mereka menurun untuk menghadapi tugas. Tingkat energi yang menurun ini sering menjadi akibat dari penurunan metabolisme basal dan penurunan tonus otot.
     Penyakit atau kematian orang yang dicintai dapat menimbulkan perhatian tentang kematian diri sendiri. Individu usia dewasa tengah dapat merasa minder dengan orang muda karena gambaran diri tentang tubuh yang kuat dan sehat dengan energi yang tidak terbatas telah digantikan dengan gambaran diri yang mencerminkan perubahan penuaan. Kesulitan dalam menerimakemudaan juga disebabkan oleh ketakutan tentang efek monopause, cerita tentang seksualitas, dan sosial tentang tekanan dari media iklan yang menggambarkan kemudian.
     Tahun usia dewasa tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali pengalaman hidup dan mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai hidup. Hal ini disebut krisis usia baya. Evaluasi ulang ini dapat mencakup pilihan tentang karier dan perkawinan. Jalan keluar yang berhasil mencakup integrasi kualitas baru kedalam konsep diri. Sebagian besar orang secara bertahap menyesuaikan diri dengan tubuh mereka yang berubah dengan lambat dan menerima perubahan sebagai bagian dari kematangan.
13
 Orang dengan kedewasaan emosional menyadari bahwa mereka tidak dapat kembali menjadi muda dan menghargai bahwa masa lalu dan pengalaman mereka sendiri adalah valid dan bermakna. Orang usia dewasa tengah yang menerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan untuk kembali pada masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang sehat.

2.3.8      Lansia
perubahan fisik pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi. Terjadi penuruna kekuatan otot dan tonus otot. Osteoporosis yang adalah penurunan kepadatan dan masa tulang, dapat meningkatkan resiko fraktur atau menciptakan “punuk dowager”.
       Penurunanketajaman pandangan adalah faktor yang mempengaruhi lansia dalam berinteraksi dengan lingkungan. Proses normal penuaan menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan. Kehilangan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian karena lansia menyadari bahwa mereka tidak lagi menyadari semua yang terjadi atau semua yang diucapkan. Kecurigaan, mudah tersinggung, tidak sabar, atau menarik diri dapat terjadi karena kerusakan pendengaran. Sering, lansia memandang alat bantu dengar sebagai ancaman lain terhadap citra tubuh. Bagi banyak lansia, kacamata lebih diterima secara sosial karena kacamata digunakan oleh semua kelompok usia, tetapi alat bantu dengar dianggap debagai bukti langsung dari usia. Penyesuaian diri terhadap penggunaan alat bantu dengar sulit terjadi; jika motivasinya rendah, alat bantu dengar dapat ditolak.
       Kehilangan tonus kulit dengan disertai keriput dan penampilan dapat mempengaruhi harga diri dan menyebabkan lansia merasa jelek dalam masyarakat yang menghargai kemudaan dan kecantikan. Kultur barat tidak terlalu mendiskriminasikan usia dan penampilan yang ditunjukkan pada pria daripada ditunjukkan pada wanita.
14
Aktivitas seksual mungkin menghilang sejalan dengan pertambahan usia, meskipun kemampuan untuk melakukannya tetap ada. Sering, lansia tidak melakukan aktivitas seksual karena mereka tidak mempunyai pasangan. Perubahan dalam citra tubuh dapat menganggu aktivitas seksual karena penolakan yang diantisipasi atau yang rasakan oleh pasangan atau karena ketakutan tentang ketidakmampuan untuk melakukannya, meskipun sebagian besar riset menunjukkan bahwa tidak ada rintangan fisik.
       Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa lansia adalah waktu dimana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali keberhasilan dan kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang diri mereka dan dunia membantu generasi yang lebih muda dalam cara yang positif sering membantu lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan warisan. Konsep diri juga dipengaruhi oleh status kesehatan yang dirasakan oleh tersebut saat ini.
2.3 Tabel perkembangan konsep diri berdasarkan tingkatan usia
Usia
Karakter
0 sampai 1 tahun
·         Mulai untuk mempercayai
·         Membedakan diri dari lingkungan
1 sampai 3 tahun
·         Mempunyai kontrol terhadap beberapa bahasa
·         Mulai menjadi otonom dalam pikiran dan tindakan
·         Menyukai dirinya
3 sampai 6 tahun
·         . Mengambil inisiatif
·         Mengidentifikasi jender
·         Meningkatkan kewaspadaan diri
6 sampai 12 tahun
·         Dapat mengatur diri sendiri
·         Berinteraksi dengan teman sebaya
·         Harga diri meningkat dengan penguasaan keterampilan baru
12 sampai 20 tahun
·         Menerima perubahan tubuh
·         Menggali tujuan untuk masa depan
·         Berinteraksi dengan seseorang yang mereka anggap menarik secara seksual
Pertengahan 20 tahun-40 tahunan
·         Mempunyai hubungan intin dengan keluarga dan teman dekat
·         Mempunyai perasaan stabil, positif tentang diri
Pertengahan 40 tahun-60 tahunan
·         Dapat menerima perubahan dalam penampilan dan ketahanan
·         Mengkaji kembali tujuan hidup
·         Menunjukkan perhatian dengan penuaan
Akhir usia 60 tahun
·         Merasa positif tentang kehidupan dan maknanya
·         Tertarik dalam memberikan legalitas bagi generasi berikutnya




16
2.4       Stresor Mempengaruhi Konsep Diri
Teori  Selye (1956) menyatakan bahwa steres adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik tindakan seseorang atau respons khas  terhadap sesuatu. Proses normal dari kematangan dan perkembangan itu sendiri adalah stresor, perubahan yang terjadi dalam kesehatan fisik, spiritual, emosional, seksual, kekeluargaan, dan sosiokulturasi dapat  menyebabkan sters. Penyakit kronis seiring mengganggu peran, yang dapat mengganggu identitas dan harga diri.
     Stresor konsep diri adalah segala  perubahan nyata atau yang diserap yang mengancam  :

1.      indentitas,
2.       citra tubuh,
3.      harga diri, atau
4.      perilaku peran.
Persepsi tentang stresor diri adalah factor penting  yang mempengaruhi respons terhadap stresor tersebut. Semua orang mengetahui pola perilaku yang biasanya memberikan cara untuk menghadapi atau mengadaptasi stresor, dengan demikian memberikan metode untuk koping terhadap stresor dimana datang, namun demikian beberapa orang dikerahkan oleh ancaman yang diserap dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Sters berkepanjangan atau sters yang diserap dapat menipiskan kemampuan adaptif.
2.4.1        Stresor Indentitas
       Teori  Stuart & Sundeen , 1991 menyatakan bahwa identitas  sebagai  pengorganisasian prinsip dan system kepribadian yang bertanggung jawab  terhadap kesatuan, kontinuitas, keunikan, dan konsistensi  dari kepribadian.
17
 Identitas dipengaruhi oleh stresor sepanjang hidup, masa remaja adalah waktu dimana banyak terjadi perubahan, yang menyebabkan ketidakamanan dan ansietas, remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional, dan mental  akibat peningkatan kematangan. Stresor dapat timbul pada setiap area ini atau sebagai akibat dari konflik diantara mereka, orang dewasa biasanya mempunyai identitas yang lebih stabil dan karenanya konsep diri berkembang lebih kuat, stresor cultural dan social dibanding stresor  personal dapat mempunyai dampak lebih besar pada identitas orang dewasa, misalnya seorang dewasa harus memutuskan antara karier dan pernikahan, kerjasama dan kompetisi, atau ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.
       Tanda perkembangan lainnya seperti awal terjadinya menstruasi, pubertas, menopause, pensiun, penurunan kemampuan fisik, dan factor lain yang berkaitan dengan penuaan juga mempengaruhi identitas. Identitas seperti  halnya citra tubuh, sangat erat berkaitan dengan penampilan dan kemampuan. Pensiun mungkin berarti kehilangan makna penting dari pencapaian dan keberhasilan yang berlanjut. Isolasi fisik dan emosional dapat menamabah sters ketika orang terdekat meninggal. Pada kenyataannya  depresi  adalah umum dalam populasi yang pensiun.
Depresi  adalah diagnosis yang seiring terabaikan oleh pemberi perawatan professional, karena depresi seiring dikaitkan dengan gejala penyakit fisik ( Reed, 1991).Kebingungan  identitas terjadi ketika seorang tidak mempertahankan identitas personal yang jelas , konsisten, terus sadar, dan dapat terjadi kapan saja dalam kehidupan jika seseorang tidak mampu mengdaptasi stressor identitas.



18
2.4.2      Stresor Citra Tubuh
Perubahan dalam penampilan struktur atau fungsi bagian tubuh akan membutuhkan perubahan dalam citra tubuh,  seperti amputasi atau perubahan penampilan wajah adalah stressor yang sangat jelas mempengaruhi  citra tubuh, mastektomi, kolostomi dan  ileostomi mengubah penampilan dan fungsi tubuh, meski perubahan tersebut tidak tampak ketika individu bersangkutan mengenakan pakaian.
Persepsi seseorang tentang perubahan tubuh dapat dipengaruhi oleh bagaimana perubahan tersebut terjadi , paralisis yang disebabkan oleh cedera saat perang mungkin dianggap dapat diterima ; veteran perang mungkin diperlakukan sebagai pahlawan dan dihargai karena keberaniannya ; sumber dari pemerintahan tersedia untuk program rehabilitas. Misalnya seseorang mengalami kecelakaan lalu litas ketika dalam keadaan mabuk dan menderita paralisis mungkin mendapat respons yang berbeda dari masyarakatnya.
Makna dari kehilangan fungsi atau perubahan dalam perubahan dipengaruhi oleh persepsi individu tentang perubahan ynag dialaminya. Citra tubuh terdiri atas elemen ideal dan nyata, misalnya citra tubuh seorang wanita memasukan payudara akibat sebagai elemen ideal, maka kehilangan payudara akibat mastektomi mungkin akan menjadi perubahan yang sangat signifikan.
Perubahan social yang positif berkenaan dengan penyakit sekarang dan perubahan citra tubuh telah terjadi , media sekarang ini telah menyajikan cerita yang positif mengenai orang yang pernah mengalami bedah mayor akibat perubahan tubuh. Cerita ini memberikan peran model positif bagi individu yang mengalami stresor yang lazim, seperti juga halnya bagi keluarga teman, dan masyarakat mereka secara keseluruhan. 

19
2.4.2        Stresor Harga Diri
Harga diri adalah rasa yang harus dihormati, diterima, kompeten, dan bernilai, orang dengan harga diri rendah sering merasa tidak dicinta dan sering mengalami depresi dan ansietas. Harga diri berfluktuasi sesuai dengan kondisi sekitarnya, meskipun inti dasar dari perasaan negative dan positif dipertahankan.
Banyak stresor mempengaruhi harga diri seorang bayi usia bermain , prasekolah, dan remaja, ketidakmampuan untuk yang tidak konsisten, persaingan antar saudara sekandung, dan kekalahan berulang dapat menurunkan tingkat nilai diri, stresor yang mempengaruhi harga diri pada orang dewasa mencangkup ketidakberhasilan dalam pekerjaan dan kegagalan dalam berhubungan.
Penyakit, pembedahan, atau kecelakaan yang mengubah pola hidup dapat juga menurunkan perasaan nilai diri, penyakit kronis seperti diabetic, arthritis , dan disfungsi  jantung membutuhkan perubahan dalam pola perilaku yang telah lama diterima dan dijalani.
2.4.3        Stresor Peran
Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara social yang berkaitan dengan fungsi seorang individu dalam berbagai kelompok social( Stuart &  Sundeen, 1991), sepanjang hidup orang menjalani berbagai perubahan peran, perubahan normal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan maturasi mengakibatkan transisi perkembangan, transisi situasi terjadi ketika orang tua, pasangan hidup, menikah, bercerai, atau ganti pekerjaan. Transisi sehat sakit adalah gerakan dari keadaan sehat atau sejahtera ke arah sakit atau sebaliknya.


20
2.5       Pengaruh Perawat Pada Konsep Diri Klien
Penerimaan perawat terhadap klien dengan perubahan konsep diri membantu menstimulasi rehabilitasi yang positif. Klien yang menampilkan fisiknya telah mengalami perubahan dan yang harus beradaptasi terhadap citra tubuh yang baru, hamper pasti baik klien maupun keluarganyaakan melihat pada perawat dan mengamati respond an reaksi mereka terhadap situasi yang baru. Perawat memiliki dampak yang signifikan dalam hal ini. Rencana keperawatan yang dirumuskan untuk membantu klien dengan perubahan konsep diri dapat ditingkatkan atau di gagalkan oleh nilai dan perasaan bawah sadar perawat. Penting artinya bagi perawat untuk mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut mengenai diri mereka:
1.      Perasaan perawat sendiri mengenai kesehatan dan penyakit
2.      Bagaimana perawat bereaksi terhadap stress
3.      Kekuatan komunikasi nonverbal dengan klien dan keluarganya dan bagaimana hal tersebut ditunjukkan
4.      Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukkan dan mempengaruhi klien
5.      Bagaimana pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi klien.

Perawat harus mengkaji diri mereka sendiri secara jujur sebelum mereka dapat mulai memahami bagaimana mereka mempengaruhi klien mereka baik dengan kata-kata atau tindakan. Perawat harus memberikan perhatian pada “pencetus” yang memperkuat perasaan yang terjadi dalam berespon terhadap situasi tertentu. Perawat tidak dapat menyangkal bahwa mereka mempunyai perasaa, ide-ide, nilai, dan pengharapan atau menyangkal bahwa mereka membuat penilaian. Kesadaran diri sangat penting dalam memahami dan menerima orang lain. Semua orang membuat keputusan tentang diri mereka, lingkungan, dan orang lain dengan dasar kerangka asuan personal.

21
 Sebagai tenaga professional pearawat harus menyiapkan diri bekerja dengan orang yang mempunyai kerangka acuan berbeda dengan dirinya.Perawat yang merasa aman dengan identitas dirinya sendiri akan lebih cepat menerima dan dengan demikian menguatkan identitas klien. Namun demikian perawat yang merasa tidak pasti dengan identitasnya sendiri mungkin tidak mampu menerima klien dan mungkin bereaksi seolah klien itu sesuatu atau dengan orang lain, dengan demikian menciptakan lingkungan yang tidak menerima bagi klien.
Perawat juga mwmiliki dampak signifikan pada citra tubuh. Klien yang harus beradaptasi terhadap perubahan citra tubuh yang disebabkan oleh penyakit atau pembedahan memerlukan dukungan, demikian juga halnya keluarga klien. Misalnya jika perawat merasa bahwa ostomi atau mastektomi sangat  mengakibatkan buruknya penampilan, maka mereka tidak boleh mengekspresikan pendapat tersebut pada klien baik secara verbal maupun nonverbal. Perawat harus berbicara dengan orang yang telah memiliki pengalaman dalam merawat dan rehabilitasi klien seperti ini. Bertemu dengan orang yang telah mempunyai pembedahan seperti ini dan yang telah mengalami penyambuhan dapat meningkatkan pengetahuan. Perawat yang merasa tidak pasti tentang citra tubuh mereka sendiri mungkin akan bereaksi lebih kuat terhadap perubahan dalam penampilan dan fungsi fisik klien.
Raut wajah yang mengerut atau cemberut yang secara tidak sengaja tampak saat melakukan prosedur dapat memberikan pengaruh yang sangat besar kepada klien. Perawat yang menghindari klien harus mengenali bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Perilaku nonverbal perawat membantu untuk menunjukkan tingkat kasih sayang yang ada bagi klien. Misalnya, konsep diri klien yang mengalami inkontinensia dapat terancam oleh persepsi bahwa pemberian perawatan menghadapi situasi tidak menyenangkan. Perawat harus mengantisipasi reaksi ini, menghargainya, dan berfokus pada klien dan bukan pada tugas atau situasi yang tidak menyenangkan.
22
Sebaliknya, klien dapat merasakan perilaku perawat sebagai penolakan. Jika perawat dapat menempatkan diri mereka dalam mengurangi rasa malu, frustasi, marah dan menyangkal. Akan sangat menyenangkan untuk menunjukkan kasih sayang bagi klien yang mengalami perubahan dramatis pada tubuhnya.

2.6         Proses Keperawatan

     2.6.1      Pengkajian
Dalam mengkaji konsep diri ,perawat mengumpulkan data objektif dan subjektif yang berfokus pada stressor konsep diri baik yang aktual maupun potensial dan pada perilaku yang berkaitan dengan perubahan konsep diri. Contoh data subjektif yang diperlihatkan klien ,seprti ke engganan untuk melakukan hal yangbaru, dan interaksi verbal dan nonferbal antara klien dan orang lain.
Data subjektif dikumpulkan untuk menentukan pandangan klien tentang diri dan lingkungan. Persepsi orang terdekat adalah sumber data yang penting.bagaimana keluarga merasakan renspon klien terhadap ancaman  pada harga diri.
Pengkajian keperawatan harus mencakup pertimbangan tentang prilaku koping sebelumnya. Koping klien bisa saja melalui penghindaran terhadap masalah, tidak semua masalah ditunjukan dengan cara yang sama oleh klien,tetapi seringkali seseorang menggunakan pola koping yang signifikan. Juga penting untuk mengkaji aktifitas  peningkatan kesehatan yang dilkukan klien. Rumah sakit dan perawat komonitas harus mewaspadai sumber untuk rujukan klien karna perawatan tidak berahir dengan berahirnya perwatan di rumah sakit.perawat klien dirumah dan komonitas dengan cepat menjadi sumber utama perawtan kesehatan.

23

Contohpertanyaanpengkajiankonsepdiri :


PERTANYAAN DARI PERWAT
Respons khas yang menunjukan harga diri rendah

IDENTITAS
“ Jika anda tidak mengetahui diri anda bagaimana mungkin anda menggambarkan tentang diri anda kepada saya?”
Jawaban yang menunjukan penghinaan tentang diri sendiri.
CITRA TUBUH
“Apakah ada sesuatu tentang tubuh anda yang di uba?”
Adalah normal jika seseorang membuat komentar tentang atribut spesifik,
Jika jawabannya berfokous pada banyakhal, ini tidak sehat.
Jawaban yang menunjukan perbdaan dari apa sebenarnya orang tersebut juka menyebabkan ke khawatiran.
HARGA DIRI
“Bagaimana perasaan anda tentang diri anda?”
Apakah anda pikir anada telah memenuhi apa yang anda inginkan dalam hidup anda sejauh ini?”
Pernyataan tentang tidak menyukai diri sendiri atau tidak mencapai apa yang seseorang harapkan juga menyebabkan ke khwatiran
Atau mengungkapkan ketidak berdayaan  menunujkan steres diri.
PERAN
“ Apakah anda piker anda anda bisa menjadi seorang ayah, dalam keluarga anda dengan cara apa yang anda inginkan?”
Perasaan tidak puas dalam peran menimbulakan stress diri.



2.6.2      Diagnosakeperawatan


Data pengkajian membutukan interpretasi yang cermat oleh perawat. Klien dengan batasan karakteristik untuk gangguan untuk konsep diri mungkin menunjukan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan defisensi identitas,citra tubuh, harga diri,atau kinerja peran.peristiwa yang mempunyai dampak pada “diri” menimbulkan stressor pada konsepdiri. Jika stressor cukup besar atau jika stressor di timbulkan pada klien dalam priode yang cukup lama, maka klien akan menjadi simptomatis.
                   Perawat harus  menunjukan adanya batasan karakteristik dan prilaku klien yang mengarah pada diagnose keperawatan. Perawat harus cermat untuk membuat diagnosis yang akurat berdasrkan data pengkajian.misalnya, pertimbangkan klien dengan diagnosa paru kronis. Namun demikian informasi ini saja tidak akan membentuk diagnose keperawatan yang konklusif. Perubahan kinerja peran mungkin menjadi diagnosa keperawatan yang sesuai.karna perubahan dalam kapasitas fisikklien untuk menerima peran sebagai pekerja.lebih banyak data dibutuhkan bagi perawat untuk membuat penilayan yang tajam tentang masalah kesehatan klien, penghindaran dalam aktifitas sosial, dan pernyataan negative tentang tubuhnya, adalah tanda dari gangguan citra tubuh.



25

Contoh proses diasnostikkeperawatanuntukgangguankonsepdiri :


AKTIVITAS PENGKAJIAN
BATASAN KARAKTERISTIK
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Telaah riwayat klinik saat ini
Seorang pria berusia 22 tahun dengan amputasi  tungkai kanannya setelah kecelakaan mobil
GANGGUAN CITRA TUBUH yang berhubungan dengan persepsi negative tentang diri setelah amputasi
Minta klien untuk menggambarkan bagimana amputasi telah mempengaruhi rutinitas hidupnya
Klien menyatakan bahwa pekerjaan sebagai pekrja konstruksi tidak lagi memungkinkan

Tanyakan klien bagaiman ia mersakan tentang dirinya
Klien menyatakan,” saya melihat diri saya sebagai seorang pria yang mempunyai kekurangan . bagai mana dapat menjadi ayah yang baik”?

Tanyakan pada klien tentang diagnosa AIDS bagi dirinya
Klien menyatakan bahwa ia berkeyakinan hasil pemeriksaan darahnya tercampur dan ia hanya mengalami kasus flu yang buruk, mencritakan bagaimana teman dekatnya meninggal karna AIDS seorang diri.
GANGGUAN PENYESUAIAN DIRI yang berhubungan dengan ketakutan akan penyakit terminal
Tanyakan pada keluarga mengenai persepsi tentang klien
Keluarga menyatakan bahwa klien telah menyatakan ia akan memilih “ lebih baik bunuh diri dari pada temannya”


2.6.3      Perencanaan


 Setelah menentukan diagnose keperawatan,perawat,klien dan keluarganya harus merencanakan perawatan yang di arahkan pada membantu klien meraih kembali atau mempertahankan konsep diri yang sehat.Rencana perawatan didasarkan  pada tujuan dan hasil yang diperkirakan.
Perawat harus menentukan apakah hasil yang di harapkan realistis,sesuai dengan keadaan fisik dan pisikososial klien saat ini. Hasil yang diharapkan dapat mencakup penggambaran efek fisik dari medikasi dan mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan pengobatannya.juga, tujuan akhir seperti: klien akan berhasil beradaptasi denga tubuhnya yang baru. Terapi fisik mungkin mempunyai tujuan pencapaian otot sempurna,sementara tujuandari ahli terapi okupasi adalah agar klien melakukuan sebagian besar aktifitasnya kehidupan sehari harinya.
Setelah menetapkan tujuan perawat merencanakan strategi yang di tunjukan pda penyeselaian diagnose keperawatan .secara fisik , interfensi keperawatan di arahkan pada factor yang berhubungan dengan diagnosis.


27
 Misalnya dalam kasus gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan persepsi negative  terhadap diri setelah histerektomi, maka interfensi perawat ditunjuka untuk membantu klien mencapai kembali feminitasnya dan menerima perubahan fisik yang berkaitan dengan insisi abdomen.
Sering klien merasakan situasi sebagai terlalu berlebihan dan merasa putus asa mengenai kembali lagi ketingkat fungsi sebelumnya.klien mungin membutuhkan waktu untuk mengadaptasi perubahan fisik. Perawat harus mencari kekuatan baik dalam diri klien maupun keluarganya dan memberikan sumber dan penyuluhan untuk mengubah keterbatasan menjadi kekuatan.

Contohasuhankeperwatanuntukganggunkonsepdiri :


TUJUAN
HASIL YANG DIHARAPKAN
INTERVENSI
RASIONAL
Kien akan mengungkapkan aspek positif dan realitas tentang citra tubuhnya sampai waktu pemulangan[diperkirakan 24/3
Klien menyatakan efek postif dan pembedahan samai 22/3
Ajarkan tentang efek fisik dan fisiologis dari histerektomi bdominal [ 19/3
Dengan memberikan informasi yang jelas tentang efek seteleh histeroktomi menghilangkan salah pengertian dari mitos yang di akibatkan oleh pembedahan .hal ini juga menekankan aspek positif prosedur. Dengan melibatkan anggota keluarga  akan membantu memastikan penegasan informasi  dan dukungan bagi klien.

Klien mendefinisikan kembali dan mengungkapkan nilai dan keyakinan mengenai terminitas sampai 23/3
Berikan dorongan pda klien untuk menggali keyakinan,persepsi dan nilai yang berhubungan dengan seksualitas,feminitas dan peran kewanitaan mulai 2 hari skali 20/3 , [ 7-3,3-11 ]
Hal ini member klien kesempatan untuk mendefisinikan kembali konsep tentang jender  dan peran mengintrogasikan kembali gambaran diri yang lebih positif.

Klien mengugkapkan dalam pernyataan yang menandakan penerimaan tentang fisik sampai  24/3
Klien dapat melihat insisi  oprasinya sampai 24/3





Berikan dorongan pada klien  untuk memanang dan menyentuh area abdomen selama mandi





Mempersonalisasikan kehilangan bagian tubuh.


2.6.4        Implementasi
       Menciptakan lingkungan dan hubungan yang terapiutik dan mendukung penggalian  diri penting untuk mengintervensi klien yang mempunyai masalah konsep diri. Banyak variabel yang mempengaruhi pandangan klien tentang diri bersifat pribadi dan personal. Perawat harus jelas dan tulus menunjukkan perawatannya kepada klien. Keudian akan berkembang rasa saling percaya untuk memberdayakan perawat bermitra dengan klien dalam menetapkan intervensi yang sangat berguna.

v Menciptakan Lingkungan Terapeutik
        Klien membutuhkan lingkungan yang aman, tidak menghakim, dan mendukung. Beberapa saran untuk menciptakan dukungan adalah:
a.       Menerima klien, tetap mengingat bahwa sebagian besar orang mengalami keunduran pada tahap perkembangan sebelumnya ketika mereka sakit.
b.      Memahami bahwa kemarahan yang ditujukan pada seseorang atau pada hal-hal yang bukan di bawah kontrol seseorang sering ditujukan pada orang terdekat. Orang terdekat ini biasanya adalah perawat atau anggota keluarga. Bereaksi dengan kemarahan mungkin sesuatu yang seseorang ingin lakukan, tetapi ini tidak produktif bagi perawat atau klien. Menggali bersama klien perasaan sebenarnya di bawah reaksi kemarahan adalah lebih produktif (lihat kotak di bawah ini).
30




Sasaran: Klien mampu mengekspresikan kemarahan mengenal diri secara konstruksi.
Strategi Penyuluhan:
-          Memberikan dorongan pada klien untuk menceritakan situasi marah, menuliskan pikiran negatif, dan mendiskusikannya secara obyektif.
-          Jika timbul situasi yang menyebabkan kemarahan, berikan dorongan pada klien untuk latihan fisik.
-          Ketika kemarahan ditujukan kepada orang lain, belajar unutk menghentikanpikiran dengan tanda (mis. Gelang karet pada pergelangan tangan, menggigit lidah dengan perlahan, menyuruh diri untuk menghentikan pikiran yang tidak produktif).
-          Merencanakan diskusi tentang peristiwa yang menimbulkan kemarahan yang akan memungkinkan klien untuk menggali perasaan di bawah kemarahan.
Evaluasi:
-          Minta klien untuk mendiskusikan alasan marah dengan dirinya.
-          Amati interaksi dengan keluarga dan teman kalian.


 
 













Adalah normal, bahwa aktivitas perawatan kesehatan sehadi-hari dapat menurunkan konsep diri klien. Misalnya, klien yang dirawat di rumah sakit hampir mengalami perubahan peran dan penurunan harga diri karena ketergantungsn pada mereka yang memberikan perawatan. Pemeriksaan fisik yang dilakukan di klinik bersamaan pengambilan sampel darah mengancam tubuh dan privasi klien. Karena aktivitas keperawatan seperti ini menimbulkan ansietas bagi sebagian besar klien, maka klien sering merasa diasingkan dan rentan serta dapat bereaksi dengan cara yang memperlihatkan regresi.
Dengan mendorong kunjungan dari teman-teman dan anggota keluarga, klien terbantu untuk mempertahankan peran yang lazim diterimanya dalam keluarga.
31
Dengan mendiskusikan prosedur bersama klien dan mendorong keikutsertaan klien dalam rencana perawat itu sendiri adalah contoh dari cara perawat dapat menghargai identitas klien. Perawat harus membantu klien dalam menjalani sebanyak mungkin aktivitas yang lazim dilakukan dan hubungan yang mendukung konsep diri. Jika konsep diri bergantung pada aktivitas dimana dimana klien tidak dapat lagi melakukannya, perawat tertantang untuk mendorong adaptasi terhadap perubahan melalui aktivitas lain yang membangun kembali konsep diri dan rasa normal.
Jaga agar perawat lain dan tenaga profesional perawatan kesehatan selalu memperbarui kemajuan klien karena mereka dapat teribat dalam mmberikan dukungan dan penguatan. Jika perubahan kesehatan secara khusus sangat parah, konferensi staf akan sangat berguna dalam membantu perawata dalam menangani perasaan dan emosi personal seperti juga halnya menerima masukan da merencakan rencana asuhan yang utuh untuk tim perawatan kesehatan.
Peran utama perawat, kemungkinan adalah sebagai orang yang merawat yang menjadi model peran bagi klien dan keluarga. Penerimaan terhadap klien sebagai manusia yang mempunyai ide, perasaan, dan nilai yang berharga dan utuh, meski mengalami penyakit atau perubahan fisik adalah komponen penting dari asuhan keperawatan. Perasaan tidak pasti, takut tentang penolakan, atau kehilangan nilai diri dapat diturunkan melalui asuhan keperawatan yang sensitif dan berdasarkan pengetahuan.

v Membina Hubungan Terapiutik
Dalam kasus klien dengan gangguan harga diri, penting artinya untuk menetapkan perasaan penerimaan terhadap individu, menciptakan rasa harmoni dengan cara hangat, ramah, senyum yang sesuai, dan kontak mata.
32
Perilaku berikut termasuk dalam menetapkan penerimaan dan rasa saling percaya:
1.   Jangan menghakimi, dan tunjukkan penerimaan terhadap klien.
2.   Bangun hubungan berdasarkan minat atau pengalaman yang lazim selama percakapan.
3.   Beri klien Anda perhatian penuh, dengarkan dengan cermat, dan tunjukkan bahwa Anda memiliki waktu untuk mendengarkan.
4.   Adopsi terminologi klien sebanyak yang Anda dapat lakukan.
Dalam segala bentuk hubungan membantu rasa saling percaya adalah pentung. Rasa saling percaya didapat dengan menunjukkan sikap dapat dipercaya dan mematuhi apa yang Anda katakan. Empati atau perasaan pada klien, perilaku memahami, dan termotivasi untuk bertindak atas nama klien adalah karakteristik penting lain untuk menetapkan hubungan membantu.
Ketika memberikan perawatan pada klien yang mengalami stres yang mempengaruhi harga diri dan identitas, perawat harus mencakupkan aktivitas dimana klien akan mencapai keberhasilan. Tugas harus tidak terlalu sulit shingga klien tidak dapat melakukannya. Dengan memastikan keberhasilan yang kecil akan lebih baik ketimbang berisiko terkalahkan oleh tugas yang besar. Tugas yang berurutan akan memberdayaka klien untuk membangun keberhasilan pada setiap tugas tersebut, secara kontinu memperkuat pencapaian.
v Mendukung Eksplorasi Diri
        Dorongan eksplorasi diri klien tercapai dengan menerima perasaan dan pikiran klien, dengan  membantu klien mengklarifikasi interaksi dengan orang lain, dan dengan bersikap empati. Dorongan ini menguatkan konsep diri klien, mengurangi ansietas, dan menunjukkan bahwa klien mempunyai kontrol. Perawat mendorong ekspresi diri dan menekankan tanggung jawab klien.

33
        Dengan membantu klien dalam evaluasi diri mencakup membantu klien mendefinisikan masalah dengan jelas dan mengidentifikasikan mekanisme koping negatif dan positif. Perawat bekerja erat dengan klien untuk membantu menganalisis respons adaptif dan maladaptif, membedakan alternatif, dan mendiskusikan hasil. Evaluasi diri pada klien geriatrik sering melibatkan suatu bentuk tinjauan hidup.
        Engan mendukung klien menetapkan tujuan realistik mencakup membantu klien mengidentifikasi solusi alternatif dan mengembangkan tujuan realistik yang mendasarinya. Tujuan jangka panjang mengadaptasi perubahan konsep diri positif didasarkan pada premis bahwa klien lebih dulu mengembangkan kesadaran diri mengenai masalah dan stresor kemudian bertindak untuk mengatasi masalah stresor tersebut. Stuart dan Sundeen (1991) menyimpulkan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengikutsertakan klien dalam eksplorasi diri:
1.      Peningkatan kesadaran diri
2.      Eksplorasi diri
3.      Evaluasi diri
4.      Perumusan tujuan realistik
5.      Tanggung jawab pada tujuan dan pencapaian melalui tindakan
6.      Pengenalan melalui tujuan dan evaluasi terhadap tujuan yang tidak tercapai
7.      Perumusan kembali rencana untuk mencapai tujuan.

Setiap tingkat intervensi mencakup tujuan dan tindakan klien khusus (Tabel 23-2). Perawat membantu klien untuk melakukan langkah demi langkah melalui tingkat ini dengan pendekatan individual pada kebutuhan klien. Bila perubahan daalm konsep diri berat, perawat harus mencari bantuan dari profesional lain seperti perawat kesehatan mental atau jika merujuk klien pada perawatan spesialis.
34
Terkadang kelompok bantuan mandiri dapat memberikan forum pada klien mempelajari eksplorasi diri. Individu dalam kelompok bantuan mandiri adalah mereka yang telah mengalami perubahan tubuh (mis. Mastektomi [Reach for Recovery] atau laringektomi [Laryngectomy Club]). Kelompok bantuan mandiri tersedia di kebanyakan komunitas. Kelompok ini memberikan suatu bentuk dukungan yang diperlukan. Individu yang pernah mengalami stresor konsep diri yang telah beradaptasi dapat sangat membantu klien dalam beradaptasi terhadap perubahan citra tubuh. Studi kasus berikut bertindak untuk meringkas intervensi keperawatan yang cocok dalam mendukung klien dengan perubahan harga diri.
Tabel 23-2
Tingkat Keperawatan untuk Gangguan Konsep-Diri
PRINSIP
RASIONAL
TINDAKAN KEPERAWATAN
TUJUAN: MENINGKATKAN KESADARAN DIRI KLIEN
Bekerja dengan sumber yang dimiliki klien
Beberapa sumber seperti kontrol diri dan persepsi diri dibutuhkan sebagai dasar untuk asuhan keperawatan lanjut
-     Pastikan identitas.
-     Berikan tindakan pendukung untuk mengurangi ansietas.
-     Perlakukan klien dalam cara tidak menuntut.
-     Terima dan upayakan untuk mengklarifikasi komunikasi verbal atau nonverbal.
-     Cegah isolasi klien
-     Bentu menetapkan rutinitas sederhana.
-     Bantu menyusun batasan pada perilaku yang tidak tepat.
-     Orientasikan klien pada realitas.
-     Tekankan perilaku yang tepat.
-     Secara bertahap tingkatkan aktivitas dan tugas yang memberikan pengalaman positif.
-     Bantu dalam higiene personal dan berpakaian.
-     Dorong klien untuk merawat diri.
TUJUAN: MENDORONG EKSPLORASI DIRI KLIEN.
Tunjukkan minat dan terima perasaan dan pikiran klien.
Ketika perawat menunjukkan minat dan menerima perasaan dan pikiran klien perawat membantu klien untuk melakukannya.
-     Ikutkan dan dorong ekspresi klien tentang emosi keyakinan, perilaku, dan pikiran secara verbal, nonverbal, simbolis atau  langsung.
-     Gunakan keterampilan komunikasi terapeutik dan respon empati.
-     Perhatikan penggunaan berpikir logis dan ilogis dan laporkan serta observasi respons emosional.
TUJUAN: MEMBANTU KLIENN DALAM EVALUASI DIRI
Bantu klien mengklarifikasi masalah tertentu.
Hanya setelah masalah secar akurat terdefinisi dapat mengubah pilihan yang diajukan.
-     Identifikasi stresor relevan dengan klien dan minta untuk penilaian.
-     Klarifikasi bahwa keyakinan klien mempengaruhi perilaku dan perasaan.
-     Secara bersama identitas keyakinan yang salah, salah persepsi, distorasi, ilusi, dan tujuan tidak realistik.
-     Secra bersama identifikasi area kekuatan.
-     Tempatkan konsep berhasil dan gagal dalam perspektif yang tepat.
-     Gali penggunaan sumber koping.
TUJUAN: MEMBANTU KLIEN DALAM MEMBENTUK TUJUAN REALISTIK
Bantu klien mengkonseptualisasikan tujuan realistik.
Penyusunan tujuan yang mencakup definisi jelas perubahan yang diharapkan adalah perlu.
-     Dorong klien untuk membantu tujuan pribadi (bukan tujuan perawat).
-     Secara bersama diskusikan konsekuensi emosional dan praktis dari setiap tujuan.
-     Bantu klien mendefinisikan perubahan kongkret yang dibuat.
-     Dorong klien untuk memasuki pengalaman baru untuk potensi pertumbuhan.
-     Gunakan model peran dan bermain peran bila perlu.
TUJUAN: MEMBANTU KLIEN BERTANGGGUNG JAWAB UNTUK MEMUTUSKAN DAN MENCAPAI TUJUAN
Bantu klien melakukan tindakan yang perlu untuk mengubah respons maladaptif dan mempertahankannya.
Obyektif akhir dalam penigkatan kesadaran klien adalah untuk mengganti respons koping maladaptif dengan respons yang lebih adaptif.
-     Berikan kesempatan untuk berhasil.
-     Tekankan kekuatan, ketrampilan, dan aspek kesehatan dan pepribadian klien.
-     Bantu klien dalam meningkatkan bantuan (mis. Pelayanan vokasional, finansial, dan sosial).
-     Gunakan keluarga dan kelompok untuk meningkatkan harga diri klien.
-     Berikan klien cukup waktu untuk berubah.
-     Berikan dukungan da penguatan positif untuk mempertahankan kemajuan.
TUJUAN: MEMBANTU KLIEN MENGENALI TUJUAN YANG TERCAPAI DAN MENGEVALUASI TUJUAN   YANG TIDAK TERCAPAI.
Bantu klien secara terarah meninjau ulang pencapaian dan gali alasan adanya masalah atau kemunduran.
Penguatan terhadap peningkatan membuat penguatan konsep diri akan memotivasi kelanjutan.
-     Secara bersama tinjau ulang kemajuan yang dibuat.
-     Tegaskan pencapaian dengan klien dan keluarga atau orang terdekat.
-     Evaluasi apa yang paling berperan dalam keberhasilan.
-     Bantu klien membahas perasaan mengenai tujuan yang tidak tercapai.
TUJUAN: MEMBANTU KLIEN MEREVORMASI RENCAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN
Dukung klien dalam meninjau ulang tujuan.
Kesadaran meningkat dari upaya untuk berubah akan mendukung kemajuan selanjutnya.
-     Tinjau ulang dengan klien kebutuhan evaluasi diri lanjut.
-     Dorong klien untuk melanjutkan pengalaman hal berhasi.


Hal berikut adalah esensial dalam menghadapi klien yang konsep dirinya tampak distres.
1.      Adanya gerakan ekstrem yang tampak lebih kuat daripada yang dibutuhkan dalam situasi yang harus ditangani dengan cermat.
2.      Kekakuan perkembangan atau ambisius biasanya menimbulkan gejala.
3.      Tindak lanjut gejala emosional selalu perlu karena sering kali individu tidak menyadari ketika mereka keluar dari disetres mereka.
4.      Perawat sering mempunyai kesempatan untuk pengkajian konsep diri, yang mungkin okter tidak mempunyainya.
5.      Kebanyakan gejala awalnya terungkap hanya melalui mendengarkan klien.      
2.6.5        Evaluasi
Keberhasilan dalam memenuhi setiap tujuan klien memerlukan penggunaan kriteria evaluasi objektif. Evaluasi serig terhadap kemajuan klien dianjurkan sehingga perubahan dapat dengan cepat ditangani bila perlu. Tujuannya mungkin tidak realistik atau tidak tepat karena perubahan kndisi klien atau informasi baru dipelajari.

39
Hasil yag diinginkan untuk klien dengan gangguan konsep diri dapat mencakup pernyataan penerimaan diri dan penerimaan terhadap perubahan dalam penampilan atau fungsi. Interaksi sosial, perawatan diri adekuat, penerimaan penggunaan alat prostetik dan pernyataan yang menunjukkan pemahaman tentang penyuluhan, semua menunjukkan adanya kemajuan. Sikap positif ke arah rehabilitasi dan peningkatan gerakan kearah kemandirian memudahkan kembalinya pada peran sebelumnya di tempat kerja atau di rumah.
Adaptasi klien terhadap perubahan besar membutuhkan waktu satu tahun atau lamatetapi kenyataannya bahwa periode ini tidak selalu bermakna meladaptasi. Perawat harus mencari tanda bahwa klien mengalami penurunan stresor. Pengaturan konsep diri memerlukan waktu. Oleh karena itu memerukan beberapa tahun untuk pengaturan ulang ini berkembang, dan perubahan serta perkembangan tambahan juga memerlukan waktu. Meskipun perubahan mungkin lambat, perawat klien dengan gangguan konsep diri dapat memberikan dampak positif.          












40
BAB III
PEMBAHASAN
1.      Faktor apa saja yang mempengaruhi konsep diri?
Ø  Faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah :
-          Harga diri
-          Citra tubuh
-          Peran
-          Identitas
2.      Bagaimana menejemen perawat saat menghadapi klien yang mempunyai konsep diri rendah?
Ø  Kaji faktor yang mempengaruhi konsep diri klien.
Ø  Mencoba memahami bagaimana menjadi diri klien saat itu agar kita lebih sensitif secara emosional.
Ø  Kita berikan dorongan dan pandangan yang positif pada klien tentang penyakit dan perubahan agar keluarga diri klien menjadi stabil.
3.      Bagaimana cara kita sebagai perawat untuk mengetahui perkembangan konsep diri pada usia bayi ( 0 – 1 tahun)?
Ø  Usia 0 sdg 1 tahun sudah mengenal orang-orang diskitar dan sudah mempercayai, dan memberikan rasa yang nyaman pada sibayi terutama dari piahak keluarga.









42

BAB IV
PENUTUP

4.1  Simpulan
     Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh,dengan smua ide,pikiran,kepecayaan,dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien. Sebab yang diLmi klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah peran penting perawat selain memenui kebtuhuan dasar fisiknya yaitu membantu klien untum memulihkan kembali konsep dirinya.

4.2  Saran
                 Untuk membangun konsep diri, kita belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpesonal ke yang lain baik sikap akitif yang positif, dan mwenjaga keseimbangan hidup.
                 Semua yang kita lakukan ada mamfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sensdiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi dengan lingkungan dan mencapai sebuah kebahagiyaan dalam hidup 
















43
DAFTAR PUSTAKA

Bandura A: Self-efficacy mechanism in human aging, Am Psychol 37 (2) : 122, 1982.
Banaji M, Prentice D : Ann Rev Psycol 42 : 297, 1994 injury, Rehabil Nurs 19 (1) : 31, 1994.
Erikson EH : Childhood and sosiety, ed 2, New York, 1963, Norton.
Kim MJ, McFarland GK, Mcland AM : Pocket guide to nursing diagnoses, ed 4, St Luois, 1995, Mosby.
Kremer M et al : Extra tactile stimulation of the premature infant, Nurs Res 24 (5) : 324, 1975.
Marh H : A multidimensional, hierarchicalmodel of self-concept : theoretical and empirical justification, Educ Psychol Rev 2 (2) : 77, 1990.
Murray RB, Huelskoetter MMW : Psychiatric-mental health nursing : giving emotional care, ed 3, Norwalk, Conn, 1991, Appleton & Lange.
Reed P : Self-transcendence and mental health in oldest-old adults, Nurs Res 40 (1) : 5,1991.
Schraff  J, Schraff  D : A Primer of object relation therapy, Northvale, NJ, 1992, Jason Aronson.
Struat GW, Sundeen SJ : Principles and practice of psychiatric nursing, ed 5, St Luois, 1995, Mosby.
Wigfield A, Karpathian M : Who am I and what can I do ? Children’s self-concepts and motivication in achievement situations, Educ Psychol 26 (3,4) : 233, 1991.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar