MAKALAH
ILMU
KEPERAWATAN DASAR IV
“
KONSEP DIRI “
EDITED
BY:
SAHRIL
NOVIANTO
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………………….
i
DaftarIsi…………………………………………………………………………...….ii
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………...… 1
1.1
Latar Belakang……………………………………………………….......…
1
1.2
Rumusan Masalah………………………………………………………..…
2
1.3
Tujuan........... …………..………………………………………………… 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4
2.1
Tinjauan Tentang Konsep Diri ............................................................4
2.2 Komponen Konsep Diri.........…..………………….............................4
2.2.1 Identitas........................................................................... .................4
2.2.2 Citra Tubuh...........………………………………………………. ..... 5
2.2.3 Harga Diri…..............................……………………….................. 6
2.2.4 Peran..............................................................................................7
2.3
Perkembangan Konsep Diri ……........................................................... 8
2.3.1
Bayi..........................................................................................................
8
2.3.2
Toodler........................................................................................ 8
2.3.3
Usia Pra Sekolah.....................................................................................
9
2.3.4
Anak Usia
Sekolah...........................................................................10
2.3.5
Masa Remaja...................................................................................
11
2.3.6
Masa Dewasa
Muda........................................................................ 12
2.3.7
Usia Dewasa
Tengah.......................................................................
13
2.3.8
Lansia............................................................................................
14
2.4 Stresor Mempengaruhi Konsep
Diri ….…..…………………………....…. 17
2.4.1 Stresor Identitas…………………................………..………………. 17
2.4.2Stresor Citra Tubuh ………………….........…………………....…….19
2.4.3Stresor Harga Diri………..…............................................................
20
2.4.4 Stresor
Peran....................................................................................
20
2.5 Pengaruh Perawat Pada Konsep
Diri Klien............................................... 21
2.6 Asuhan Keperawatan Mengenai
Konsep Diri............................................ 23
2.6.1
Pengkajian............................................................................................
23
2.6.2 Diagnosa
Keperawatan.....................................................................
25
2.6.3
Perencanaan.....................................................................................
27
2.6.4 Implementasi...................................................................................
30
2.6.5
Evaluasi...........................................................................................
39
BAB III. PEMBAHASAN
BERDASARKAN LITERATUR………………..…...…42
3.1
Pembahasan Konsep Diri ……................................................................
42
BAB IV.
Penutup…………………………………………………………………….… 43
4.1
Kesimpulan…………………………………………………………………43
4.2
Saran…………………………………………………………………….….. 43
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………………... 44
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diri
(self) adalah hubungan kita yang paling intim, jelasnya salah satu dari aspek
terpenting pengalaman hidup kita, namun yang paling sulit didefinisikan. Apa
yang kita pikir dan kita rasakan tentang diri kita mempengaruhi perawatan yang
kita berikan pada diri kita secara fisik dan emosional. Dan perawatan yang kita
berikan pada orang lain. Orang dengan konsep diri yang rendah tidak menghargai
perawatan dan sering tidak akan mencari bantuan untuk kesehatan fisik atau
emosional.
Penderita
diabetik yang tidak menjalani perawatan diri, orang dewasa yang secara berulang
mengabaikan diet dan tertidur selama infeksi, dan seorang anak yang tidak
menjaga kebersihan tubuhnya dengan mandi teratur menunjukkan buruknya konsep
diri. Anak kecil beresiko mengalami konsep diri yang buruk..
Konsepdiri adalah pengetahuan individu tentang diri (mis. “saya kuat dalam
matematika”) (wigfield dan karphatian, 1991). Konsep diri adalah citra subjektif
dari diri dan percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah
sadar maupun sadar. Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang
mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang
lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu
yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri. Jika
seseorang anak mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan stabil, maka konsep
diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil. Ketidak
sesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi
sumber stres atau konflik.
1
Konsep
diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien
yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan
konsep diri. Pernyataan seperi “saya kuat seperti seekor kerbau” atau “tidak
pernah satu haripun saya sakit dalam hidup saya” menunjukkan bahwa pemikiran
orang tersebut tentang kesehatan adalah positif. Pemikiran seperti ini penting
untuk persepsi diri seseorang. Persepsi diri yang negatif misalnya saja
ditunjukkan dengan pernyataan seperti
“saya tidak akan pernah sembuh”.
Perawatan
dirumah sakit, penyakit, pembedahan, perpisahan dari keluarga, dan faktor
lainnya dapat juga mempengaruhi konsep diri. Misalnya, amputasi anggota gerak
atau payudara dapat mengakibatkan perubahan citra tubuh. Adaptasi terhadap
kejadian diatas termasuk mengintegrasikan perubahan tubuh kedalam konsep fisik
diri, yaitu citra tubuh. Penyakit kronis dapat mempengaruhi kemampuan untuk
memberikan dukungan finansial, oleh karenanya juga mempengaruhi nilai diri dan
peran didalam keluarga. Perubahan ini dapat menganggu konsep diri.
1.2 Rumusan Masalah
2.
Bagaimana perawat melaksanakan asuhan
keperawatan dengan tetap memahami konsep diri ?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah
:
1.3.1. Tujuan
Umum : Agar mahasiswa dapat mengungkapkan pola pikir yang
ilmiah dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan tetap memperhatikan konsep
individu yang berbeda.
2
1.3.2. Tujuan
khusus : Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisa data,
menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan, mengimplementasikan
tindakan sesuai rencana dan mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
memahami konsep diri yang berbeda dari tiap individu serta memberikan
pendidikan kesehatan.
3
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Definisi Konsep Diri
konsep diri
dikembangkan melalui proses sangat
kompleks yang melibatkan banyak variabel. Keempat komponen konsep diri adalah
identitas, citra tubuh, harga diri, peran. Konsep diri adalah representatif
fisik seseorang individu, pusat inti dari “ aku “ dimana semua presepsi dan
pengalaman terorganisir.
Konsep
diri memberikan rasa kontinuitas, kuutuhan, dan konsistensi pada seseorang.
Konsep diri yang sehat mempunyai kestabilan yang tinggi dan membangkitkan
perasaan nrgatif dan positif yang ditujukan oleh diri.
2.2 Komponen konsep diri
Konsep
diri dapat digambarkan dengan istilah rentang dari kuat sampai lemah atau dari
positif sampai negatif, bergantung pada kekuatan individu dari keempat komponen
konsep lainnya
2.2.1 Identitas
Identitas
mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan dalam
berbagai situasi . identitas menunjukkan menjadi lain dan terpisah dari orang
lain, namun menjadi diri yang utuh dan unik. Anak belajar tentang nilai ,
perilaku dan peran yang diterima sesuai kultur. Anak mengidentifikasi pertama
kali dengan orang tuanya ,kemudian dengan guru, teman seusia dan pahlawan
pujaan.
4
Untuk membentuk identitas, anak harus mampu
untuk membawa semua perilaku yang di pelajari ke dalam keutuhan yang koheren ,
konsisten,dan unik ( Erikson, 1963). Rasa identitas ini secara kontinu timbul
dan dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup.Selama masa remaja tugas emosional
utama seseorang adalah perkembangan rasa diri atau identitas.
Pencapaian
identitas diperlukan untuk hubungan yang intim karena identitas seseorang akan
diekspresikan dalam hubungan dengan orang lain. Seksualitas adalah gambaran
seseorang tentang diri sebagai pria atau wanita dan makna dari gambaran ini.
2.2.2
Citra
tubuh
Citra
tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh , baik secara internal maupun
eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditunjukkan pada
tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik oleh persepsi dari
pandangan orang lain.
Citra
tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan
perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek
penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan
aspek lainnya dari konsep diri. Sikap dan nilai kultural dan sosial juga
mempengaruhi citra tubuh. Muda, cantik dan utuh adalah hal yang paling di
tekankan oleh masyarakat Amerika, fakta yang selalu ditayangkan dalam program
televisi, film bioskop dan periklanan. Citra tubuh bergantung hanya sebagian
pada realitas tubuh.
5
2.2.3
Harga
diri
Harga
diri berdasarkan pada faktor internal dan eksternal . Harga diri atau rasa kita
tentang nilai diri; rasa ini adalah suatu evaluasi dimana seseorang membuat
atau mempertahankan diri . Menurut ERIKSON (1963) ,anak anak kecil mulai
mengembangkan rasa berguna atau industri dengan belajar untuk bertindak pada
inisiatif mereka sendiri. Harga diri berkaitan dengan evaluasi individual
terhadap keefektifan di sekolah atau tempat kerja ,di dalam keluarga dan dalam
lingkungan sosial. Keefektifan diri berkaitan erat dengan ide harga diri
Harga diri daoat dipahami dengan
memikirkan hubungan antara konsep diri seseorang dan diri ideal. Diri ideal berawal dalam tahun
prasekolah dan berkembang sepanjang hidup ; diri ideal di pengaruhi oleh norma
masyarakat dan harapan serta tuntunan dari orang tua dan orang terdekat.
Evaluasi diri adalah proses mental yang
berkelanjutan. Nilai- nilai atau harga diri , adalah kebutuhan dasar manusia,
menurut Hirarki Maslow. Harga diri juga dipengaruhi oleh sejumlah kontrol yang
mereka miliki terhadap tujuan dan keberhasilan dalam hidup.Seseorang yang
memiliki hargai diri tinggi cenderung menunjukkan keberhasilan yang diraihnya
sebagai kualitas dan upaya pribadi.Ketika berhasil, seseorang yang memiliki
harga diri rendah cenderung mengatakan bahwa keberhasilan yang diraihnya adalah
keberuntungan dan atau atas bantuan orang lain ketimbang kemampuan pribadi
(marsh 1990).
6
2.2.4
Peran
Peran
mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh
keluarga,komunitas,dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan
melalui sosialisasi.Sosialisasi di mulai sejak lahir , ketika bayi mulai bisa
merespon orang dewasadan orang dewasa merespon perilaku dari bayi. Polanya
stabil tetapi agak sedikit berubah ketika sudah dewasa. Anak belajar perilaku
yang diterima oleh masyarakat melalui proses berikut :
1. Reinforcement-extinction : Perilaku tertentu menjadi umum atau
dihindari , bergantung pada apakah perilaku ini diterima dan diharuskan atau
tidak diperbolehkan
2. Inhibisi : Seseorang anak
belajar memperbaiki perilaku , bahkan ketika berupaya untuk melibatkan diri
mereka.
3. Substitusi : Seseorang anak
menggatikan satu perilaku dengan perilaku lainnya, yang memberikan kepuasan
pribadi yang sama.
4. Imitasi : Seseorang anak
mendapatkan pengetahuan , ketrampilan atau perilaku dari anggota sosial atau
kelompok kultural.
5. Identifikasi : Seseorang anak yang
menginternalisasikan keyakinan, prilaku, dan nilai dari model peran ke dalam
ekspresi diri yang unik dan personal.
Selama
sosialisasi , anak umumnya mengembangkan ketrampilan yang diperlukan untuk
berfungsi dalam banyak peran yang berbeda. Sosialisasi yang tidak berhasil
adalah ketidakmampuan untuk berfungsi seperti yang dapat diterima oleh nilai
masyarakat.
7
Seorang
dewasa lebih memperhatikan perilaku aktual yang sesuai dengan peran ketimbang
mempelajari nilai dasar yang terdapat dalam peran. Seseorang yang telah dewasa
diharapkan untuk membedakan harapan peran ideal dengan kemungkinan realistik.
2.3 Perkembangan Konsep Diri
Perkembangan
konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan mempunyai
aktivitas spesifik yang membantu klien dalam mengembangkan konsep diri yang
positif.
2.3.1
Bayi
Apa
yang pertama di butuhkan oleh bayi adalah pemberi perawatan primer dan hubungan
dengan pemberi perawatan tersebut.
Peran
pemberi perawatan ini dapat di ambil oleh ibu, ayah, atau seseorang yang
bertanggung jawab untuk merawat bayi. Jika bayi mengalami kesenangan, interaksi
penuh kasih sayang dengan pemberi perawatannya, maka hal ini akan diingat dan
diinternalisasikan ke dalam psikis bayi. Jika interaksinya tidak memuaskan,
menyakitkan, dan mengakibatkan frustasi maka ini akan terpisah dari psikis dan
ditekan di bawah sadar. Perasaan yang dipisahkan dan ditekan ini akan dikeluarkan
ke dalam bentuk lain dalam kehidupan (Scharff & Scharff, 1991).
Tanpa
stimulasi yang adekuat dari kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan
citra tubuh, dan konsep diri mengalami kerusakan, seperti yang ditunjukkan oleh
studi tentang bayi prematur dalam inkubator yang kurang dibuai, diayun, dan
dipeluk (Kramer et al, 1975).
8
Pengalaman
pertama bayi dengan tubuh mereka, yang sangat ditentukan oleh kasih sayang dan
sikap ibu, adalah dasar untuk perkembangan citra tubuh. Penerimaan dan pengaturan
tubuh dikemudian hari dan reaksi orang lain terhadap hal tersebut adalah cara
kita melanjutkan pembentukan citra tubuh kita (Murray & Huelskoetter,
1991).
2.3.2
Toodler
Anak
usia bermain (1 sampai 3 tahun) lebih aktif dan mampu untuk berinteraksi dengan
orang lain. Anak-anak beralih dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian
dan keterpisahan diri mereka terhadap orang lain. Anak usia bermain belajar
untuk mengkoordinasi gerakan dan meniru orang lain. Mereka juga cenderung
memandang orang lain dan diri mereka dalam istilah “ semua baik” mereka
mempunyai keterampilan dengan makan sendiri .Mereka belajar mengontrol tubuh
mereka melalui keterampilan locomotion,
toilet training, berbicara, dan sosialisasi.
2.3.3
Usia
Pra Sekolah
Batasan
tubuh, rasa diri, dan jender dari anak usia prasekolah menjadi lebih pasti bagi
mereka karena perkembangan keingintahuan seksual dan kesadaran tentang
perbedaan dengan orang lain dari jender
yang sama atau yang berbeda. Mempelajari tentang tubuh, dimana mulainya
dan dimana akhirnya, seperti apa nampaknya, adalah dasar untuk pembentukan
konsep diri dan citra tubuh. Mereka mulai belajar tentang bagaimana mereka
mempengaruhi orang lain dan bagaimana orang lain berespon terhadap mereka.
Mereka juga belajar dasar untuk mengontrol perasaan dan perilaku.
9
Anak-anak
merasa kecil dalam hubungannya dengan orang dewasa. Mereka menetapkan pandangan negatif dan
positif tentang diri mereka. Mereka mendengan dan mengalami emosi dan
pernyataan dari orang lain, terutama orang tua tentang diri mereka sebagai
individu. Ketika pengalaman ini terulang beberapa kali mereka mulai membentuk
pola yang diharapkan. Anak-anak belajar untuk menghargai apa yang orang tua
mereka hargai. Keluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri anak, dan
masukan negatif pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri, dimana
orang tersebut sebagai orang dewasa harus bekerja dengan sangat keras untuk
mengatasinya.
2.3.4
Anak
Usia Sekolah
Sampai anak-anak bersekolah, konsep diri
dan citra tubuh terutama didasarka pada sikap orang tua. Di sekolah orang lain
menunjang terbentuknya konsep diri dan citra tubuh. Hal ini akan memberi efek
penyelaras bagi anak-anak yang keluarganya kritis, atau akan menjadi negatif
jika anak mengalami lingkungan sekolahyang negatif.
Dengan anak memasuki usia sekolah,
pertumbuhan menjadi cepat, dan lebih banyak didapatkan ketrampilan motorik,
sosial, intelektual. Tubuh anak berubah dan identitas seksual meningkat.
Rentang perhatian meningkat, dan aktivitas membaca memungkinkan ekspansi konsep
diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku, dan tempat lain. Melalui
permainan, anak-anak berinteraksi dengan sebaya, mengembangkan keterampilan
motorik dan intelektual tambahan. Perawat dapat menggunakan hal ini untuk
mendapat petunjuk dalam konsep diri anak. Dengan meningkatnya kemampuan
pemecahan masalah, kesadaran diri tentang perkembangan kekuatan dan
keterbatasan diri makin meningkat.
10
Konsep diri dan citra tubuh dapat
berubah pada saat ini karena anak terus berubah secara fisik, emosional,
mental, sosial.
2.3.5
Masa Remaja
Masa
remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi
seksual, perasaan, peran, dan nilai baru, harus diintegrasikan ke dalam diri.
Pertumbuhan yang cepat. Yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain, adalah
faktror penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh.
Anak
remaja dipaksa untuk mengubah gambaran mental mereka tentang diri mereka.
Perubahan fisik dalam ukuran dan penampilan menyebabkan perubahan dalam
persepsi diri dan penggunaan tubuh. Anak remaja menghabiskan banyak waktu
didepan cermin untuk higiene, perdandanan, dan berpakaian dimana mereka mencari
perbaikan diri penampilan mereka sebanyak mungkin. Distres yang besar dirasakan
tentang ketidaksempurnaan tubuh yang dicerap.
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh
sangat berkaitan erat dengan pembentukan identitas (Erikson1963). pengamanan
diri mempunyai efek penting. Pengalaman yang positif pada masa kanak-kanak
memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka. Pengalaman negatif
sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk. Anak-anak yang
memasuki masa remaja dengan perasaan negatif menghadapi periode yang sulit ini
bahkan lebih menyulitkan lagi.
Anak remaja mungkin terlalu menekankan penampilan; hidung yang mancung, telinga yang besar, tubuh yang pendek atau kerangka tubuh yang besar mengakibatkan remaja menilai buruk terhadap dirinya.
Anak remaja mungkin terlalu menekankan penampilan; hidung yang mancung, telinga yang besar, tubuh yang pendek atau kerangka tubuh yang besar mengakibatkan remaja menilai buruk terhadap dirinya.
11
Jika
anak remaja tidak merasa menerima diri mereka atau tubuh mereka, mereka akan
mencoba untuk berkompetensi melalui olahraga, keberhasilan diri hobi atau
akademik, komitmen keagamaan, penggunaan obat atau alkohol, atau kelompok teman
untuk meningkatkan prestise. Kompensasi mungkin berakibat cukup negatif atau
positif, bergantung pada penerimaan masyarakat dari aktivitas tertentu
tersebut.
Anak remaja juga mulai menunjukkan pada teman dengan jenis kelamin berbeda dengan cara baru dan minat yang lebih meningkat. Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapkan rasa identitas, termasuk siapa mereka, apa makna kehidupan bagi mereka, dan kemana mereka pergi.
Anak remaja juga mulai menunjukkan pada teman dengan jenis kelamin berbeda dengan cara baru dan minat yang lebih meningkat. Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapkan rasa identitas, termasuk siapa mereka, apa makna kehidupan bagi mereka, dan kemana mereka pergi.
2.3.6 Masa Dewasa Muda
Meski
pertumbuhan fisik telah berhenti, perubahan kongnitif, sosial, dan perilaku
terus terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda (awal 20 tahunan sampai pertengahan
40 tahunan) adalah periode untuk memilih; adalah periode untuk menetapkan
tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan, dan mulai melakukan
hubungan erat. Konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif stabil dalam masa
ini. Konsep diri dan citra tubuh
adalah kreasi sosial, dan penghargaan dan penerimaan diberikan untuk penampilan
normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar sosial. Konsep diri secara
konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan
perasaan tentang diri.
12
2.3.7 Usia Dewasa Tengah
Perubahan
fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan, rambut memutih, dan varises
menyerang usia dewasa tengah. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat
perubahan dalam produksi hormonaldan sering penurunan dalam aktivitas
mempengaruhi citra tubuh, yang selanjutnya menganggu konsep diri. Orang
menyadari bahwa mereka tampak lebih tua, dan mereka mungkin merasakan juga
bahwa mereka menjadi lebih tua. Pekerjaan mungkin sangat menegangkan jika orang
dengan usia dewasa tengah merasa bahwa setamina, daya tubuh,dan ketegapan
mereka menurun untuk menghadapi tugas. Tingkat energi yang menurun ini sering
menjadi akibat dari penurunan metabolisme basal dan penurunan tonus otot.
Penyakit atau kematian orang yang dicintai
dapat menimbulkan perhatian tentang kematian diri sendiri. Individu usia dewasa
tengah dapat merasa minder dengan orang muda karena gambaran diri tentang tubuh
yang kuat dan sehat dengan energi yang tidak terbatas telah digantikan dengan
gambaran diri yang mencerminkan perubahan penuaan. Kesulitan dalam
menerimakemudaan juga disebabkan oleh ketakutan tentang efek monopause, cerita
tentang seksualitas, dan sosial tentang tekanan dari media iklan yang
menggambarkan kemudian.
Tahun usia dewasa tengah sering merupakan
waktu untuk mengevaluasi kembali pengalaman hidup dan mendefinisikan kembali
tentang diri dalam peran dan nilai hidup. Hal ini disebut krisis usia baya.
Evaluasi ulang ini dapat mencakup pilihan tentang karier dan perkawinan. Jalan
keluar yang berhasil mencakup integrasi kualitas baru kedalam konsep diri.
Sebagian besar orang secara bertahap menyesuaikan diri dengan tubuh mereka yang
berubah dengan lambat dan menerima perubahan sebagai bagian dari kematangan.
13
Orang dengan kedewasaan emosional menyadari
bahwa mereka tidak dapat kembali menjadi muda dan menghargai bahwa masa lalu
dan pengalaman mereka sendiri adalah valid dan bermakna. Orang usia dewasa
tengah yang menerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan untuk kembali
pada masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang sehat.
2.3.8 Lansia
perubahan
fisik pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi.
Terjadi penuruna kekuatan otot dan tonus otot. Osteoporosis yang adalah
penurunan kepadatan dan masa tulang, dapat meningkatkan resiko fraktur atau
menciptakan “punuk dowager”.
Penurunanketajaman pandangan adalah faktor yang mempengaruhi lansia dalam berinteraksi dengan lingkungan. Proses normal penuaan menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan. Kehilangan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian karena lansia menyadari bahwa mereka tidak lagi menyadari semua yang terjadi atau semua yang diucapkan. Kecurigaan, mudah tersinggung, tidak sabar, atau menarik diri dapat terjadi karena kerusakan pendengaran. Sering, lansia memandang alat bantu dengar sebagai ancaman lain terhadap citra tubuh. Bagi banyak lansia, kacamata lebih diterima secara sosial karena kacamata digunakan oleh semua kelompok usia, tetapi alat bantu dengar dianggap debagai bukti langsung dari usia. Penyesuaian diri terhadap penggunaan alat bantu dengar sulit terjadi; jika motivasinya rendah, alat bantu dengar dapat ditolak.
Kehilangan tonus kulit dengan disertai keriput dan penampilan dapat mempengaruhi harga diri dan menyebabkan lansia merasa jelek dalam masyarakat yang menghargai kemudaan dan kecantikan. Kultur barat tidak terlalu mendiskriminasikan usia dan penampilan yang ditunjukkan pada pria daripada ditunjukkan pada wanita.
Penurunanketajaman pandangan adalah faktor yang mempengaruhi lansia dalam berinteraksi dengan lingkungan. Proses normal penuaan menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan. Kehilangan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian karena lansia menyadari bahwa mereka tidak lagi menyadari semua yang terjadi atau semua yang diucapkan. Kecurigaan, mudah tersinggung, tidak sabar, atau menarik diri dapat terjadi karena kerusakan pendengaran. Sering, lansia memandang alat bantu dengar sebagai ancaman lain terhadap citra tubuh. Bagi banyak lansia, kacamata lebih diterima secara sosial karena kacamata digunakan oleh semua kelompok usia, tetapi alat bantu dengar dianggap debagai bukti langsung dari usia. Penyesuaian diri terhadap penggunaan alat bantu dengar sulit terjadi; jika motivasinya rendah, alat bantu dengar dapat ditolak.
Kehilangan tonus kulit dengan disertai keriput dan penampilan dapat mempengaruhi harga diri dan menyebabkan lansia merasa jelek dalam masyarakat yang menghargai kemudaan dan kecantikan. Kultur barat tidak terlalu mendiskriminasikan usia dan penampilan yang ditunjukkan pada pria daripada ditunjukkan pada wanita.
14
Aktivitas
seksual mungkin menghilang sejalan dengan pertambahan usia, meskipun kemampuan
untuk melakukannya tetap ada. Sering, lansia tidak melakukan aktivitas seksual
karena mereka tidak mempunyai pasangan. Perubahan dalam citra tubuh dapat
menganggu aktivitas seksual karena penolakan yang diantisipasi atau yang rasakan
oleh pasangan atau karena ketakutan tentang ketidakmampuan untuk melakukannya,
meskipun sebagian besar riset menunjukkan bahwa tidak ada rintangan fisik.
Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa lansia adalah waktu dimana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali keberhasilan dan kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang diri mereka dan dunia membantu generasi yang lebih muda dalam cara yang positif sering membantu lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan warisan. Konsep diri juga dipengaruhi oleh status kesehatan yang dirasakan oleh tersebut saat ini.
Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa lansia adalah waktu dimana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali keberhasilan dan kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang diri mereka dan dunia membantu generasi yang lebih muda dalam cara yang positif sering membantu lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan warisan. Konsep diri juga dipengaruhi oleh status kesehatan yang dirasakan oleh tersebut saat ini.
2.3
Tabel perkembangan konsep diri berdasarkan tingkatan usia
Usia
|
Karakter
|
0
sampai 1 tahun
|
·
Mulai untuk mempercayai
·
Membedakan diri dari lingkungan
|
1
sampai 3 tahun
|
·
Mempunyai kontrol terhadap
beberapa bahasa
·
Mulai menjadi otonom dalam
pikiran dan tindakan
·
Menyukai dirinya
|
3
sampai 6 tahun
|
·
. Mengambil inisiatif
·
Mengidentifikasi jender
·
Meningkatkan kewaspadaan diri
|
6
sampai 12 tahun
|
·
Dapat mengatur diri sendiri
·
Berinteraksi dengan teman sebaya
·
Harga diri meningkat dengan
penguasaan keterampilan baru
|
12
sampai 20 tahun
|
·
Menerima perubahan tubuh
·
Menggali tujuan untuk masa depan
·
Berinteraksi dengan seseorang
yang mereka anggap menarik secara seksual
|
Pertengahan
20 tahun-40 tahunan
|
·
Mempunyai hubungan intin dengan
keluarga dan teman dekat
·
Mempunyai perasaan stabil,
positif tentang diri
|
Pertengahan
40 tahun-60 tahunan
|
·
Dapat menerima perubahan dalam
penampilan dan ketahanan
·
Mengkaji kembali tujuan hidup
·
Menunjukkan perhatian dengan
penuaan
|
Akhir usia 60 tahun
|
·
Merasa positif tentang kehidupan
dan maknanya
·
Tertarik dalam memberikan
legalitas bagi generasi berikutnya
|
16
2.4 Stresor Mempengaruhi Konsep Diri
Teori
Selye (1956) menyatakan bahwa steres
adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik
tindakan seseorang atau respons khas
terhadap sesuatu. Proses normal dari kematangan dan perkembangan itu
sendiri adalah stresor, perubahan yang terjadi dalam kesehatan fisik,
spiritual, emosional, seksual, kekeluargaan, dan sosiokulturasi dapat menyebabkan sters. Penyakit kronis seiring
mengganggu peran, yang dapat mengganggu identitas dan harga diri.
Stresor konsep diri adalah segala perubahan nyata atau yang diserap yang
mengancam :
1. indentitas,
2. citra tubuh,
3. harga
diri, atau
4. perilaku
peran.
Persepsi
tentang stresor diri adalah factor penting
yang mempengaruhi respons terhadap stresor tersebut. Semua orang
mengetahui pola perilaku yang biasanya memberikan cara untuk menghadapi atau
mengadaptasi stresor, dengan demikian memberikan metode untuk koping terhadap
stresor dimana datang, namun demikian beberapa orang dikerahkan oleh ancaman
yang diserap dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Sters berkepanjangan atau
sters yang diserap dapat menipiskan kemampuan adaptif.
2.4.1
Stresor
Indentitas
Teori
Stuart & Sundeen , 1991 menyatakan bahwa identitas sebagai
pengorganisasian prinsip dan system kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kontinuitas, keunikan, dan
konsistensi dari kepribadian.
17
Identitas dipengaruhi oleh stresor sepanjang
hidup, masa remaja adalah waktu dimana banyak terjadi perubahan, yang
menyebabkan ketidakamanan dan ansietas, remaja mencoba untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan fisik, emosional, dan mental
akibat peningkatan kematangan. Stresor dapat timbul pada setiap area ini
atau sebagai akibat dari konflik diantara mereka, orang dewasa biasanya
mempunyai identitas yang lebih stabil dan karenanya konsep diri berkembang
lebih kuat, stresor cultural dan social dibanding stresor personal dapat mempunyai dampak lebih besar
pada identitas orang dewasa, misalnya seorang dewasa harus memutuskan antara
karier dan pernikahan, kerjasama dan kompetisi, atau ketergantungan dan
kemandirian dalam suatu hubungan.
Tanda perkembangan lainnya seperti awal
terjadinya menstruasi, pubertas, menopause, pensiun, penurunan kemampuan fisik,
dan factor lain yang berkaitan dengan penuaan juga mempengaruhi identitas.
Identitas seperti halnya citra tubuh,
sangat erat berkaitan dengan penampilan dan kemampuan. Pensiun mungkin berarti
kehilangan makna penting dari pencapaian dan keberhasilan yang berlanjut.
Isolasi fisik dan emosional dapat menamabah sters ketika orang terdekat meninggal.
Pada kenyataannya depresi adalah umum dalam populasi yang pensiun.
Depresi adalah diagnosis yang seiring terabaikan oleh
pemberi perawatan professional, karena depresi seiring dikaitkan dengan gejala
penyakit fisik ( Reed, 1991).Kebingungan
identitas terjadi ketika seorang tidak mempertahankan identitas personal
yang jelas , konsisten, terus sadar, dan dapat terjadi kapan saja dalam
kehidupan jika seseorang tidak mampu mengdaptasi stressor identitas.
18
2.4.2 Stresor Citra Tubuh
Perubahan
dalam penampilan struktur atau fungsi bagian tubuh akan membutuhkan perubahan
dalam citra tubuh, seperti amputasi atau
perubahan penampilan wajah adalah stressor yang sangat jelas mempengaruhi citra tubuh, mastektomi, kolostomi dan ileostomi mengubah penampilan dan fungsi
tubuh, meski perubahan tersebut tidak tampak ketika individu bersangkutan
mengenakan pakaian.
Persepsi
seseorang tentang perubahan tubuh dapat dipengaruhi oleh bagaimana perubahan
tersebut terjadi , paralisis yang disebabkan oleh cedera saat perang mungkin
dianggap dapat diterima ; veteran perang mungkin diperlakukan sebagai pahlawan
dan dihargai karena keberaniannya ; sumber dari pemerintahan tersedia untuk
program rehabilitas. Misalnya seseorang mengalami kecelakaan lalu litas ketika
dalam keadaan mabuk dan menderita paralisis mungkin mendapat respons yang
berbeda dari masyarakatnya.
Makna
dari kehilangan fungsi atau perubahan dalam perubahan dipengaruhi oleh persepsi
individu tentang perubahan ynag dialaminya. Citra tubuh terdiri atas elemen
ideal dan nyata, misalnya citra tubuh seorang wanita memasukan payudara akibat
sebagai elemen ideal, maka kehilangan payudara akibat mastektomi mungkin akan
menjadi perubahan yang sangat signifikan.
Perubahan
social yang positif berkenaan dengan penyakit sekarang dan perubahan citra
tubuh telah terjadi , media sekarang ini telah menyajikan cerita yang positif
mengenai orang yang pernah mengalami bedah mayor akibat perubahan tubuh. Cerita
ini memberikan peran model positif bagi individu yang mengalami stresor yang
lazim, seperti juga halnya bagi keluarga teman, dan masyarakat mereka secara
keseluruhan.
19
2.4.2
Stresor
Harga Diri
Harga
diri adalah rasa yang harus dihormati, diterima, kompeten, dan bernilai, orang
dengan harga diri rendah sering merasa tidak dicinta dan sering mengalami
depresi dan ansietas. Harga diri berfluktuasi sesuai dengan kondisi sekitarnya,
meskipun inti dasar dari perasaan negative dan positif dipertahankan.
Banyak
stresor mempengaruhi harga diri seorang bayi usia bermain , prasekolah, dan
remaja, ketidakmampuan untuk yang tidak konsisten, persaingan antar saudara
sekandung, dan kekalahan berulang dapat menurunkan tingkat nilai diri, stresor
yang mempengaruhi harga diri pada orang dewasa mencangkup ketidakberhasilan
dalam pekerjaan dan kegagalan dalam berhubungan.
Penyakit,
pembedahan, atau kecelakaan yang mengubah pola hidup dapat juga menurunkan
perasaan nilai diri, penyakit kronis seperti diabetic, arthritis , dan
disfungsi jantung membutuhkan perubahan
dalam pola perilaku yang telah lama diterima dan dijalani.
2.4.3
Stresor
Peran
Peran
membentuk pola perilaku yang diterima secara social yang berkaitan dengan
fungsi seorang individu dalam berbagai kelompok social( Stuart & Sundeen, 1991), sepanjang hidup orang
menjalani berbagai perubahan peran, perubahan normal yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan maturasi mengakibatkan transisi perkembangan, transisi situasi
terjadi ketika orang tua, pasangan hidup, menikah, bercerai, atau ganti
pekerjaan. Transisi sehat sakit adalah gerakan dari keadaan sehat atau
sejahtera ke arah sakit atau sebaliknya.
20
2.5 Pengaruh Perawat Pada Konsep Diri Klien
Penerimaan
perawat terhadap klien dengan perubahan konsep diri membantu menstimulasi
rehabilitasi yang positif. Klien yang menampilkan fisiknya telah mengalami
perubahan dan yang harus beradaptasi terhadap citra tubuh yang baru, hamper
pasti baik klien maupun keluarganyaakan melihat pada perawat dan mengamati
respond an reaksi mereka terhadap situasi yang baru. Perawat memiliki dampak
yang signifikan dalam hal ini. Rencana keperawatan yang dirumuskan untuk
membantu klien dengan perubahan konsep diri dapat ditingkatkan atau di gagalkan
oleh nilai dan perasaan bawah sadar perawat. Penting artinya bagi perawat untuk
mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut mengenai diri mereka:
1. Perasaan
perawat sendiri mengenai kesehatan dan penyakit
2. Bagaimana
perawat bereaksi terhadap stress
3. Kekuatan
komunikasi nonverbal dengan klien dan keluarganya dan bagaimana hal tersebut
ditunjukkan
4. Nilai
dan harapan pribadi apa yang ditunjukkan dan mempengaruhi klien
5. Bagaimana
pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi klien.
Perawat
harus mengkaji diri mereka sendiri secara jujur sebelum mereka dapat mulai
memahami bagaimana mereka mempengaruhi klien mereka baik dengan kata-kata atau
tindakan. Perawat harus memberikan perhatian pada “pencetus” yang memperkuat
perasaan yang terjadi dalam berespon terhadap situasi tertentu. Perawat tidak
dapat menyangkal bahwa mereka mempunyai perasaa, ide-ide, nilai, dan
pengharapan atau menyangkal bahwa mereka membuat penilaian. Kesadaran diri
sangat penting dalam memahami dan menerima orang lain. Semua orang membuat
keputusan tentang diri mereka, lingkungan, dan orang lain dengan dasar kerangka
asuan personal.
21
Sebagai tenaga professional pearawat harus
menyiapkan diri bekerja dengan orang yang mempunyai kerangka acuan berbeda
dengan dirinya.Perawat yang merasa aman dengan identitas dirinya sendiri akan
lebih cepat menerima dan dengan demikian menguatkan identitas klien. Namun demikian
perawat yang merasa tidak pasti dengan identitasnya sendiri mungkin tidak mampu
menerima klien dan mungkin bereaksi seolah klien itu sesuatu atau dengan orang
lain, dengan demikian menciptakan lingkungan yang tidak menerima bagi klien.
Perawat
juga mwmiliki dampak signifikan pada citra tubuh. Klien yang harus beradaptasi
terhadap perubahan citra tubuh yang disebabkan oleh penyakit atau pembedahan
memerlukan dukungan, demikian juga halnya keluarga klien. Misalnya jika perawat
merasa bahwa ostomi atau mastektomi sangat
mengakibatkan buruknya penampilan, maka mereka tidak boleh
mengekspresikan pendapat tersebut pada klien baik secara verbal maupun
nonverbal. Perawat harus berbicara dengan orang yang telah memiliki pengalaman
dalam merawat dan rehabilitasi klien seperti ini. Bertemu dengan orang yang
telah mempunyai pembedahan seperti ini dan yang telah mengalami penyambuhan
dapat meningkatkan pengetahuan. Perawat yang merasa tidak pasti tentang citra
tubuh mereka sendiri mungkin akan bereaksi lebih kuat terhadap perubahan dalam
penampilan dan fungsi fisik klien.
Raut
wajah yang mengerut atau cemberut yang secara tidak sengaja tampak saat
melakukan prosedur dapat memberikan pengaruh yang sangat besar kepada klien.
Perawat yang menghindari klien harus mengenali bahwa ada sesuatu yang tidak
beres. Perilaku nonverbal perawat membantu untuk menunjukkan tingkat kasih
sayang yang ada bagi klien. Misalnya, konsep diri klien yang mengalami
inkontinensia dapat terancam oleh persepsi bahwa pemberian perawatan menghadapi
situasi tidak menyenangkan. Perawat harus mengantisipasi reaksi ini,
menghargainya, dan berfokus pada klien dan bukan pada tugas atau situasi yang
tidak menyenangkan.
22
Sebaliknya,
klien dapat merasakan perilaku perawat sebagai penolakan. Jika perawat dapat
menempatkan diri mereka dalam mengurangi rasa malu, frustasi, marah dan
menyangkal. Akan sangat menyenangkan untuk menunjukkan kasih sayang bagi klien
yang mengalami perubahan dramatis pada tubuhnya.
2.6 Proses Keperawatan
2.6.1 Pengkajian
Dalam
mengkaji konsep diri ,perawat mengumpulkan data objektif dan subjektif yang
berfokus pada stressor konsep diri baik yang aktual maupun potensial dan pada
perilaku yang berkaitan dengan perubahan konsep diri. Contoh data subjektif
yang diperlihatkan klien ,seprti ke engganan untuk melakukan hal yangbaru, dan
interaksi verbal dan nonferbal antara klien dan orang lain.
Data
subjektif dikumpulkan untuk menentukan pandangan klien tentang diri dan
lingkungan. Persepsi orang terdekat adalah sumber data yang penting.bagaimana
keluarga merasakan renspon klien terhadap ancaman pada harga diri.
Pengkajian
keperawatan harus mencakup pertimbangan tentang prilaku koping sebelumnya.
Koping klien bisa saja melalui penghindaran terhadap masalah, tidak semua
masalah ditunjukan dengan cara yang sama oleh klien,tetapi seringkali seseorang
menggunakan pola koping yang signifikan. Juga penting untuk mengkaji
aktifitas peningkatan kesehatan yang
dilkukan klien. Rumah sakit dan perawat komonitas harus mewaspadai sumber untuk
rujukan klien karna perawatan tidak berahir dengan berahirnya perwatan di rumah
sakit.perawat klien dirumah dan komonitas dengan cepat menjadi sumber utama
perawtan kesehatan.
23
Contohpertanyaanpengkajiankonsepdiri :
PERTANYAAN DARI
PERWAT
|
Respons khas
yang menunjukan harga diri rendah
|
IDENTITAS
“ Jika anda
tidak mengetahui diri anda bagaimana mungkin anda menggambarkan tentang diri
anda kepada saya?”
|
Jawaban yang
menunjukan penghinaan tentang diri sendiri.
|
CITRA TUBUH
“Apakah ada
sesuatu tentang tubuh anda yang di uba?”
|
Adalah normal
jika seseorang membuat komentar tentang atribut spesifik,
Jika jawabannya
berfokous pada banyakhal, ini tidak sehat.
Jawaban yang
menunjukan perbdaan dari apa sebenarnya orang tersebut juka menyebabkan ke
khawatiran.
|
HARGA DIRI
“Bagaimana
perasaan anda tentang diri anda?”
Apakah anda
pikir anada telah memenuhi apa yang anda inginkan dalam hidup anda sejauh
ini?”
|
Pernyataan
tentang tidak menyukai diri sendiri atau tidak mencapai apa yang seseorang
harapkan juga menyebabkan ke khwatiran
Atau
mengungkapkan ketidak berdayaan
menunujkan steres diri.
|
PERAN
“ Apakah anda
piker anda anda bisa menjadi seorang ayah, dalam keluarga anda dengan cara
apa yang anda inginkan?”
|
Perasaan tidak
puas dalam peran menimbulakan stress diri.
|
2.6.2 Diagnosakeperawatan
Data
pengkajian membutukan interpretasi yang cermat oleh perawat. Klien dengan
batasan karakteristik untuk gangguan untuk konsep diri mungkin menunjukan
diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan defisensi identitas,citra tubuh,
harga diri,atau kinerja peran.peristiwa yang mempunyai dampak pada “diri”
menimbulkan stressor pada konsepdiri. Jika stressor cukup besar atau jika
stressor di timbulkan pada klien dalam priode yang cukup lama, maka klien akan
menjadi simptomatis.
Perawat
harus menunjukan adanya batasan
karakteristik dan prilaku klien yang mengarah pada diagnose keperawatan.
Perawat harus cermat untuk membuat diagnosis yang akurat berdasrkan data
pengkajian.misalnya, pertimbangkan klien dengan diagnosa paru kronis. Namun
demikian informasi ini saja tidak akan membentuk diagnose keperawatan yang
konklusif. Perubahan kinerja peran mungkin menjadi diagnosa keperawatan yang
sesuai.karna perubahan dalam kapasitas fisikklien untuk menerima peran sebagai
pekerja.lebih banyak data dibutuhkan bagi perawat untuk membuat penilayan yang
tajam tentang masalah kesehatan klien, penghindaran dalam aktifitas sosial, dan
pernyataan negative tentang tubuhnya, adalah tanda dari gangguan citra tubuh.
25
Contoh proses diasnostikkeperawatanuntukgangguankonsepdiri :
AKTIVITAS
PENGKAJIAN
|
BATASAN
KARAKTERISTIK
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
Telaah riwayat
klinik saat ini
|
Seorang pria
berusia 22 tahun dengan amputasi
tungkai kanannya setelah kecelakaan mobil
|
GANGGUAN CITRA
TUBUH yang berhubungan dengan persepsi negative tentang diri setelah amputasi
|
Minta klien
untuk menggambarkan bagimana amputasi telah mempengaruhi rutinitas hidupnya
|
Klien
menyatakan bahwa pekerjaan sebagai pekrja konstruksi tidak lagi memungkinkan
|
|
Tanyakan klien
bagaiman ia mersakan tentang dirinya
|
Klien
menyatakan,” saya melihat diri saya sebagai seorang pria yang mempunyai
kekurangan . bagai mana dapat menjadi ayah yang baik”?
|
|
Tanyakan pada
klien tentang diagnosa AIDS bagi dirinya
|
Klien
menyatakan bahwa ia berkeyakinan hasil pemeriksaan darahnya tercampur dan ia
hanya mengalami kasus flu yang buruk, mencritakan bagaimana teman dekatnya
meninggal karna AIDS seorang diri.
|
GANGGUAN
PENYESUAIAN DIRI yang berhubungan dengan ketakutan akan penyakit terminal
|
Tanyakan pada
keluarga mengenai persepsi tentang klien
|
Keluarga
menyatakan bahwa klien telah menyatakan ia akan memilih “ lebih baik bunuh
diri dari pada temannya”
|
2.6.3 Perencanaan
Setelah menentukan diagnose
keperawatan,perawat,klien dan keluarganya harus merencanakan perawatan yang di
arahkan pada membantu klien meraih kembali atau mempertahankan konsep diri yang
sehat.Rencana perawatan didasarkan pada
tujuan dan hasil yang diperkirakan.
Perawat
harus menentukan apakah hasil yang di harapkan realistis,sesuai dengan keadaan
fisik dan pisikososial klien saat ini. Hasil yang diharapkan dapat mencakup
penggambaran efek fisik dari medikasi dan mengekspresikan perasaan tentang
penyakit dan pengobatannya.juga, tujuan akhir seperti: klien akan berhasil
beradaptasi denga tubuhnya yang baru. Terapi fisik mungkin mempunyai tujuan
pencapaian otot sempurna,sementara tujuandari ahli terapi okupasi adalah agar
klien melakukuan sebagian besar aktifitasnya kehidupan sehari harinya.
Setelah
menetapkan tujuan perawat merencanakan strategi yang di tunjukan pda
penyeselaian diagnose keperawatan .secara fisik , interfensi keperawatan di
arahkan pada factor yang berhubungan dengan diagnosis.
27
Misalnya dalam kasus gangguan citra tubuh yang
berhubungan dengan persepsi negative
terhadap diri setelah histerektomi, maka interfensi perawat ditunjuka
untuk membantu klien mencapai kembali feminitasnya dan menerima perubahan fisik
yang berkaitan dengan insisi abdomen.
Sering
klien merasakan situasi sebagai terlalu berlebihan dan merasa putus asa
mengenai kembali lagi ketingkat fungsi sebelumnya.klien mungin membutuhkan
waktu untuk mengadaptasi perubahan fisik. Perawat harus mencari kekuatan baik
dalam diri klien maupun keluarganya dan memberikan sumber dan penyuluhan untuk
mengubah keterbatasan menjadi kekuatan.
Contohasuhankeperwatanuntukganggunkonsepdiri :
TUJUAN
|
HASIL YANG
DIHARAPKAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kien akan
mengungkapkan aspek positif dan realitas tentang citra tubuhnya sampai waktu
pemulangan[diperkirakan 24/3
|
Klien
menyatakan efek postif dan pembedahan samai 22/3
|
Ajarkan tentang
efek fisik dan fisiologis dari histerektomi bdominal [ 19/3
|
Dengan
memberikan informasi yang jelas tentang efek seteleh histeroktomi
menghilangkan salah pengertian dari mitos yang di akibatkan oleh pembedahan
.hal ini juga menekankan aspek positif prosedur. Dengan melibatkan anggota
keluarga akan membantu memastikan
penegasan informasi dan dukungan bagi
klien.
|
Klien mendefinisikan
kembali dan mengungkapkan nilai dan keyakinan mengenai terminitas sampai 23/3
|
Berikan
dorongan pda klien untuk menggali keyakinan,persepsi dan nilai yang
berhubungan dengan seksualitas,feminitas dan peran kewanitaan mulai 2 hari
skali 20/3 , [ 7-3,3-11 ]
|
Hal ini member
klien kesempatan untuk mendefisinikan kembali konsep tentang jender dan peran mengintrogasikan kembali gambaran
diri yang lebih positif.
|
|
Klien
mengugkapkan dalam pernyataan yang menandakan penerimaan tentang fisik sampai 24/3
Klien dapat
melihat insisi oprasinya sampai 24/3
|
Berikan
dorongan pada klien untuk memanang dan
menyentuh area abdomen selama mandi
|
Mempersonalisasikan
kehilangan bagian tubuh.
|
2.6.4
Implementasi
Menciptakan lingkungan dan hubungan yang
terapiutik dan mendukung penggalian diri
penting untuk mengintervensi klien yang mempunyai masalah konsep diri. Banyak
variabel yang mempengaruhi pandangan klien tentang diri bersifat pribadi dan
personal. Perawat harus jelas dan tulus menunjukkan perawatannya kepada klien.
Keudian akan berkembang rasa saling percaya untuk memberdayakan perawat
bermitra dengan klien dalam menetapkan intervensi yang sangat berguna.
v Menciptakan Lingkungan Terapeutik
Klien
membutuhkan lingkungan yang aman, tidak menghakim, dan mendukung. Beberapa
saran untuk menciptakan dukungan adalah:
a. Menerima klien, tetap mengingat bahwa sebagian besar orang mengalami keunduran pada tahap
perkembangan sebelumnya ketika mereka sakit.
b. Memahami bahwa kemarahan yang ditujukan pada seseorang atau pada hal-hal yang bukan
di bawah kontrol seseorang sering ditujukan pada orang terdekat. Orang terdekat
ini biasanya adalah perawat atau anggota keluarga. Bereaksi dengan kemarahan
mungkin sesuatu yang seseorang ingin lakukan, tetapi ini tidak produktif bagi
perawat atau klien. Menggali bersama klien perasaan sebenarnya di bawah reaksi
kemarahan adalah lebih produktif (lihat kotak di bawah ini).
30
|
Adalah normal,
bahwa aktivitas perawatan kesehatan sehadi-hari dapat menurunkan konsep diri
klien. Misalnya, klien yang dirawat di rumah sakit hampir mengalami perubahan
peran dan penurunan harga diri karena ketergantungsn pada mereka yang
memberikan perawatan. Pemeriksaan fisik yang dilakukan di klinik bersamaan
pengambilan sampel darah mengancam tubuh dan privasi klien. Karena aktivitas
keperawatan seperti ini menimbulkan ansietas bagi sebagian besar klien, maka
klien sering merasa diasingkan dan rentan serta dapat bereaksi dengan cara yang
memperlihatkan regresi.
Dengan mendorong
kunjungan dari teman-teman dan anggota keluarga, klien terbantu untuk
mempertahankan peran yang lazim diterimanya dalam keluarga.
31
Dengan
mendiskusikan prosedur bersama klien dan mendorong keikutsertaan klien dalam
rencana perawat itu sendiri adalah contoh dari cara perawat dapat menghargai
identitas klien. Perawat harus membantu klien dalam menjalani sebanyak mungkin
aktivitas yang lazim dilakukan dan hubungan yang mendukung konsep diri. Jika
konsep diri bergantung pada aktivitas dimana dimana klien tidak dapat lagi
melakukannya, perawat tertantang untuk mendorong adaptasi terhadap perubahan
melalui aktivitas lain yang membangun kembali konsep diri dan rasa normal.
Jaga agar perawat
lain dan tenaga profesional perawatan kesehatan selalu memperbarui kemajuan
klien karena mereka dapat teribat dalam mmberikan dukungan dan penguatan. Jika
perubahan kesehatan secara khusus sangat parah, konferensi staf akan sangat
berguna dalam membantu perawata dalam menangani perasaan dan emosi personal
seperti juga halnya menerima masukan da merencakan rencana asuhan yang utuh
untuk tim perawatan kesehatan.
Peran utama
perawat, kemungkinan adalah sebagai orang yang merawat yang menjadi model peran
bagi klien dan keluarga. Penerimaan terhadap klien sebagai manusia yang
mempunyai ide, perasaan, dan nilai yang berharga dan utuh, meski mengalami
penyakit atau perubahan fisik adalah komponen penting dari asuhan keperawatan.
Perasaan tidak pasti, takut tentang penolakan, atau kehilangan nilai diri dapat
diturunkan melalui asuhan keperawatan yang sensitif dan berdasarkan
pengetahuan.
v Membina Hubungan Terapiutik
Dalam kasus klien dengan gangguan harga
diri, penting artinya untuk menetapkan perasaan penerimaan terhadap individu,
menciptakan rasa harmoni dengan cara hangat, ramah, senyum yang sesuai, dan
kontak mata.
32
Perilaku berikut termasuk dalam
menetapkan penerimaan dan rasa saling percaya:
1.
Jangan
menghakimi, dan tunjukkan penerimaan terhadap klien.
2.
Bangun hubungan
berdasarkan minat atau pengalaman yang lazim selama percakapan.
3.
Beri klien Anda
perhatian penuh, dengarkan dengan cermat, dan tunjukkan bahwa Anda memiliki
waktu untuk mendengarkan.
4.
Adopsi
terminologi klien sebanyak yang Anda dapat lakukan.
Dalam segala bentuk hubungan membantu
rasa saling percaya adalah pentung. Rasa saling percaya didapat dengan
menunjukkan sikap dapat dipercaya dan mematuhi apa yang Anda katakan. Empati
atau perasaan pada klien, perilaku memahami, dan termotivasi untuk bertindak
atas nama klien adalah karakteristik penting lain untuk menetapkan hubungan
membantu.
Ketika memberikan perawatan pada klien yang mengalami
stres yang mempengaruhi harga diri dan identitas, perawat harus mencakupkan
aktivitas dimana klien akan mencapai keberhasilan. Tugas harus tidak terlalu
sulit shingga klien tidak dapat melakukannya. Dengan memastikan keberhasilan
yang kecil akan lebih baik ketimbang berisiko terkalahkan oleh tugas yang
besar. Tugas yang berurutan akan memberdayaka klien untuk membangun
keberhasilan pada setiap tugas tersebut, secara kontinu memperkuat pencapaian.
v Mendukung Eksplorasi Diri
Dorongan
eksplorasi diri klien tercapai dengan menerima perasaan dan pikiran klien,
dengan membantu klien mengklarifikasi
interaksi dengan orang lain, dan dengan bersikap empati. Dorongan ini
menguatkan konsep diri klien, mengurangi ansietas, dan menunjukkan bahwa klien
mempunyai kontrol. Perawat mendorong ekspresi diri dan menekankan tanggung
jawab klien.
33
Dengan
membantu klien dalam evaluasi diri mencakup membantu klien mendefinisikan
masalah dengan jelas dan mengidentifikasikan mekanisme koping negatif dan
positif. Perawat bekerja erat dengan klien untuk membantu menganalisis respons
adaptif dan maladaptif, membedakan alternatif, dan mendiskusikan hasil.
Evaluasi diri pada klien geriatrik sering melibatkan suatu bentuk tinjauan
hidup.
Engan
mendukung klien menetapkan tujuan realistik mencakup membantu klien
mengidentifikasi solusi alternatif dan mengembangkan tujuan realistik yang
mendasarinya. Tujuan jangka panjang mengadaptasi perubahan konsep diri positif
didasarkan pada premis bahwa klien lebih dulu mengembangkan kesadaran diri
mengenai masalah dan stresor kemudian bertindak untuk mengatasi masalah stresor
tersebut. Stuart dan Sundeen (1991) menyimpulkan intervensi keperawatan yang
tepat untuk mengikutsertakan klien dalam eksplorasi diri:
1. Peningkatan kesadaran diri
2. Eksplorasi diri
3. Evaluasi diri
4. Perumusan tujuan realistik
5. Tanggung jawab pada tujuan dan pencapaian melalui
tindakan
6. Pengenalan melalui tujuan dan evaluasi terhadap tujuan
yang tidak tercapai
7. Perumusan kembali rencana untuk mencapai tujuan.
Setiap tingkat intervensi mencakup tujuan dan tindakan
klien khusus (Tabel 23-2). Perawat membantu klien untuk melakukan langkah demi
langkah melalui tingkat ini dengan pendekatan individual pada kebutuhan klien.
Bila perubahan daalm konsep diri berat, perawat harus mencari bantuan dari
profesional lain seperti perawat kesehatan mental atau jika merujuk klien pada
perawatan spesialis.
34
Terkadang kelompok bantuan mandiri dapat memberikan
forum pada klien mempelajari eksplorasi diri. Individu dalam kelompok bantuan
mandiri adalah mereka yang telah mengalami perubahan tubuh (mis. Mastektomi [Reach
for Recovery] atau laringektomi [Laryngectomy Club]). Kelompok
bantuan mandiri tersedia di kebanyakan komunitas. Kelompok ini memberikan suatu
bentuk dukungan yang diperlukan. Individu yang pernah mengalami stresor konsep
diri yang telah beradaptasi dapat sangat membantu klien dalam beradaptasi
terhadap perubahan citra tubuh. Studi kasus berikut bertindak untuk meringkas
intervensi keperawatan yang cocok dalam mendukung klien dengan perubahan harga
diri.
Tabel 23-2
|
Tingkat
Keperawatan untuk Gangguan Konsep-Diri
|
|
PRINSIP
|
RASIONAL
|
TINDAKAN KEPERAWATAN
|
TUJUAN:
MENINGKATKAN KESADARAN DIRI KLIEN
|
||
Bekerja dengan
sumber yang dimiliki klien
|
Beberapa sumber
seperti kontrol diri dan persepsi diri dibutuhkan sebagai dasar untuk asuhan
keperawatan lanjut
|
- Pastikan identitas.
- Berikan tindakan pendukung untuk mengurangi
ansietas.
- Perlakukan klien dalam cara tidak menuntut.
- Terima dan upayakan untuk mengklarifikasi komunikasi
verbal atau nonverbal.
- Cegah isolasi klien
- Bentu menetapkan rutinitas sederhana.
- Bantu menyusun batasan pada perilaku yang tidak
tepat.
- Orientasikan klien pada realitas.
- Tekankan perilaku yang tepat.
- Secara bertahap tingkatkan aktivitas dan tugas yang memberikan
pengalaman positif.
- Bantu dalam higiene personal dan berpakaian.
- Dorong klien untuk merawat diri.
|
TUJUAN: MENDORONG EKSPLORASI DIRI KLIEN.
|
||
Tunjukkan minat
dan terima perasaan dan pikiran klien.
|
Ketika perawat
menunjukkan minat dan menerima perasaan dan pikiran klien perawat membantu
klien untuk melakukannya.
|
- Ikutkan dan dorong ekspresi klien tentang emosi
keyakinan, perilaku, dan pikiran secara verbal, nonverbal, simbolis atau langsung.
- Gunakan keterampilan komunikasi terapeutik dan
respon empati.
- Perhatikan penggunaan berpikir logis dan ilogis dan
laporkan serta observasi respons emosional.
|
TUJUAN: MEMBANTU KLIENN DALAM EVALUASI DIRI
|
||
Bantu klien
mengklarifikasi masalah tertentu.
|
Hanya setelah
masalah secar akurat terdefinisi dapat mengubah pilihan yang diajukan.
|
- Identifikasi stresor relevan dengan klien dan minta
untuk penilaian.
- Klarifikasi bahwa keyakinan klien mempengaruhi
perilaku dan perasaan.
- Secara bersama identitas keyakinan yang salah, salah
persepsi, distorasi, ilusi, dan tujuan tidak realistik.
- Secra bersama identifikasi area kekuatan.
- Tempatkan konsep berhasil dan gagal dalam perspektif
yang tepat.
- Gali penggunaan sumber koping.
|
TUJUAN: MEMBANTU KLIEN DALAM MEMBENTUK TUJUAN
REALISTIK
|
||
Bantu klien
mengkonseptualisasikan tujuan realistik.
|
Penyusunan
tujuan yang mencakup definisi jelas perubahan yang diharapkan adalah perlu.
|
- Dorong klien untuk membantu tujuan pribadi (bukan
tujuan perawat).
- Secara bersama diskusikan konsekuensi emosional dan
praktis dari setiap tujuan.
- Bantu klien mendefinisikan perubahan kongkret yang
dibuat.
- Dorong klien untuk memasuki pengalaman baru untuk
potensi pertumbuhan.
- Gunakan model peran dan bermain peran bila perlu.
|
TUJUAN: MEMBANTU KLIEN BERTANGGGUNG JAWAB UNTUK
MEMUTUSKAN DAN MENCAPAI TUJUAN
|
||
Bantu klien
melakukan tindakan yang perlu untuk mengubah respons maladaptif dan
mempertahankannya.
|
Obyektif akhir
dalam penigkatan kesadaran klien adalah untuk mengganti respons koping
maladaptif dengan respons yang lebih adaptif.
|
- Berikan kesempatan untuk berhasil.
- Tekankan kekuatan, ketrampilan, dan aspek kesehatan
dan pepribadian klien.
- Bantu klien dalam meningkatkan bantuan (mis.
Pelayanan vokasional, finansial, dan sosial).
- Gunakan keluarga dan kelompok untuk meningkatkan
harga diri klien.
- Berikan klien cukup waktu untuk berubah.
- Berikan dukungan da penguatan positif untuk
mempertahankan kemajuan.
|
TUJUAN: MEMBANTU KLIEN MENGENALI TUJUAN YANG
TERCAPAI DAN MENGEVALUASI TUJUAN YANG
TIDAK TERCAPAI.
|
||
Bantu klien
secara terarah meninjau ulang pencapaian dan gali alasan adanya masalah atau
kemunduran.
|
Penguatan
terhadap peningkatan membuat penguatan konsep diri akan memotivasi
kelanjutan.
|
- Secara bersama tinjau ulang kemajuan yang dibuat.
- Tegaskan pencapaian dengan klien dan keluarga atau
orang terdekat.
- Evaluasi apa yang paling berperan dalam
keberhasilan.
- Bantu klien membahas perasaan mengenai tujuan yang
tidak tercapai.
|
TUJUAN: MEMBANTU KLIEN MEREVORMASI RENCAN UNTUK
MENCAPAI TUJUAN
|
||
Dukung klien
dalam meninjau ulang tujuan.
|
Kesadaran meningkat
dari upaya untuk berubah akan mendukung kemajuan selanjutnya.
|
- Tinjau ulang dengan klien kebutuhan evaluasi diri
lanjut.
- Dorong klien untuk melanjutkan pengalaman hal
berhasi.
|
Hal berikut adalah esensial dalam menghadapi klien
yang konsep dirinya tampak distres.
1. Adanya gerakan ekstrem yang tampak lebih kuat daripada
yang dibutuhkan dalam situasi yang harus ditangani dengan cermat.
2. Kekakuan perkembangan atau ambisius biasanya
menimbulkan gejala.
3. Tindak lanjut gejala emosional selalu perlu karena sering
kali individu tidak menyadari ketika mereka keluar dari disetres mereka.
4. Perawat sering mempunyai kesempatan untuk pengkajian
konsep diri, yang mungkin okter tidak mempunyainya.
5. Kebanyakan gejala awalnya terungkap hanya melalui
mendengarkan klien.
2.6.5
Evaluasi
Keberhasilan dalam memenuhi setiap
tujuan klien memerlukan penggunaan kriteria evaluasi objektif. Evaluasi serig
terhadap kemajuan klien dianjurkan sehingga perubahan dapat dengan cepat
ditangani bila perlu. Tujuannya mungkin tidak realistik atau tidak tepat karena
perubahan kndisi klien atau informasi baru dipelajari.
39
Hasil yag diinginkan untuk klien dengan gangguan
konsep diri dapat mencakup pernyataan penerimaan diri dan penerimaan terhadap
perubahan dalam penampilan atau fungsi. Interaksi sosial, perawatan diri
adekuat, penerimaan penggunaan alat prostetik dan pernyataan yang menunjukkan
pemahaman tentang penyuluhan, semua menunjukkan adanya kemajuan. Sikap positif
ke arah rehabilitasi dan peningkatan gerakan kearah kemandirian memudahkan
kembalinya pada peran sebelumnya di tempat kerja atau di rumah.
Adaptasi klien terhadap perubahan besar
membutuhkan waktu satu tahun atau lamatetapi kenyataannya bahwa periode ini
tidak selalu bermakna meladaptasi. Perawat harus mencari tanda bahwa klien
mengalami penurunan stresor. Pengaturan konsep diri memerlukan waktu. Oleh
karena itu memerukan beberapa tahun untuk pengaturan ulang ini berkembang, dan
perubahan serta perkembangan tambahan juga memerlukan waktu. Meskipun perubahan
mungkin lambat, perawat klien dengan gangguan konsep diri dapat memberikan
dampak positif.
40
BAB
III
PEMBAHASAN
1. Faktor
apa saja yang mempengaruhi konsep diri?
Ø Faktor
yang mempengaruhi konsep diri adalah :
-
Harga diri
-
Citra tubuh
-
Peran
-
Identitas
2. Bagaimana
menejemen perawat saat menghadapi klien yang mempunyai konsep diri rendah?
Ø Kaji
faktor yang mempengaruhi konsep diri klien.
Ø Mencoba
memahami bagaimana menjadi diri klien saat itu agar kita lebih sensitif secara
emosional.
Ø Kita
berikan dorongan dan pandangan yang positif pada klien tentang penyakit dan
perubahan agar keluarga diri klien menjadi stabil.
3. Bagaimana
cara kita sebagai perawat untuk mengetahui perkembangan konsep diri pada usia
bayi ( 0 – 1 tahun)?
Ø Usia
0 sdg 1 tahun sudah mengenal orang-orang diskitar dan sudah mempercayai, dan
memberikan rasa yang nyaman pada sibayi terutama dari piahak keluarga.
42
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Konsep
diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh,dengan smua
ide,pikiran,kepecayaan,dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan
orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep diri
terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien.
Sebab yang diLmi klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah peran
penting perawat selain memenui kebtuhuan dasar fisiknya yaitu membantu klien
untum memulihkan kembali konsep dirinya.
4.2
Saran
Untuk
membangun konsep diri, kita belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan
pikiran positif, memperbaiki hubungan interpesonal ke yang lain baik sikap
akitif yang positif, dan mwenjaga keseimbangan hidup.
Semua
yang kita lakukan ada mamfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri, kita
menjadi bangga dengan diri sensdiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi
dengan lingkungan dan mencapai sebuah kebahagiyaan dalam hidup
43
DAFTAR
PUSTAKA
Bandura
A: Self-efficacy mechanism in human aging, Am
Psychol 37 (2) : 122, 1982.
Banaji
M, Prentice D : Ann Rev Psycol 42 :
297, 1994 injury, Rehabil Nurs 19 (1)
: 31, 1994.
Erikson EH : Childhood
and sosiety, ed 2, New York, 1963, Norton.
Kim
MJ, McFarland GK, Mcland AM : Pocket
guide to nursing diagnoses, ed 4, St Luois, 1995, Mosby.
Kremer
M et al : Extra tactile stimulation of the premature infant, Nurs Res 24 (5) : 324, 1975.
Marh
H : A multidimensional, hierarchicalmodel of self-concept : theoretical and
empirical justification, Educ Psychol Rev
2 (2) : 77, 1990.
Murray
RB, Huelskoetter MMW : Psychiatric-mental
health nursing : giving emotional care, ed 3, Norwalk, Conn, 1991, Appleton
& Lange.
Reed
P : Self-transcendence and mental health in oldest-old adults, Nurs Res 40 (1) : 5,1991.
Schraff J, Schraff
D : A Primer of object relation
therapy, Northvale, NJ, 1992, Jason Aronson.
Struat
GW, Sundeen SJ : Principles and practice
of psychiatric nursing, ed 5, St Luois, 1995, Mosby.
Wigfield
A, Karpathian M : Who am I and what can I do ? Children’s self-concepts and
motivication in achievement situations, Educ
Psychol 26 (3,4) : 233, 1991.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar