Kamis, 10 September 2015

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR IV KOMUNIKASI PADA ANAK



MAKALAH
ILMU KEPERAWATAN DASAR IV
KOMUNIKASI PADA ANAK







EDITED BY:
SAHRIL NOVIANTO




PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2015


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang  telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “IlmuKeperawatan Dasar IV”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah IlmuKeperawatan Dasar IV di program studi S1 Keperawatan BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO. Selanjutnya penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bu Ratna selaku dosen program studi Keperawatan mata kuliah IlmuKeperawatan Dasar IV dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penyusun  mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis














DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................   i
DAFTAR ISI......................................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang..........................................................................................   1
1.2         Rumusan Masalah......................................................................................   1
1.3         Tujuan Penulisan........................................................................................   2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1         Pengertian Komunikasi..............................................................................   3
2.2         Komponen Dalam Komunikasi.................................................................   3
2.3         Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi.................................................   4
2.4         Sikap Dalam Komunikasi..........................................................................   5
2.5         Komunikasi Terapiutik..............................................................................   7
2.6         Komunikasi Dengan Anak Berdasarkan Usia...........................................   8
2.7         Cara Komunikasi Dengan Anak................................................................   10
2.8         Cara Komunikasi Dengan Orang Tua Anak..............................................   12
2.9         Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Dengan Anak..........................   14
BAB III PENUTUP
3.1         Kesimpulan................................................................................................   17
3.2         Saran..........................................................................................................   17
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Dalam tindakan keperawatan faktor komunikasi yang baik antara perawat dengan kliennya sangat mempengaruhi keberhasilan tindakan keperawatan. Komunikasi merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan diri kita dengan klien. Tetapi untuk mewujudkan komunikasi yang baik dengan klien tidaklah mudah, apalagi dengan klien anak.
Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih sayang, dan selanjutnya anak akan memiliki suatu penghargaan pada dirinya. Dalam tinjauan ilmu keperawatan anak, anak merupakan seseorang membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai. Tetapi, dalam mencapai tujuan komunikasi yang baik ini tidaklah mudah, misalnya saja anak yang belum bisa bercerita. Kadang kala dalam komunikasi dengan anak, seorang perawat dalam tindakan keperawatannya dapat membuat/menyebabkan anak menjadi menangis, marah, dan lain sebagainya yang bisa membuat hati dan pikiran si klie (anak) menjadi tidak enak. Maka dari itu, kami terdorong untuk membuat makalah yang membahas tentang teknik komunikasi dengan anak.
1.2         Rumusan Masalah
1.        Apa Pengertian Dari Komunikasi ?
2.        Apa Saja Komponen Komunikasi ?
3.        Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Komunikasi ?
4.        Apa Yang Dimaksud Komunikasi Terapeutik ?
5.        Bagaimana Cara Berkomunikasi Pada Anak Sesuai Dengan Tahapan Perkembangan ?
6.        Bagaimana Teknik Berkomunikasi Dengan Anak ?
7.        Bagaimana Teknik Berkomunikasi Dengan Orang Tua ?
8.        Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Dengan Anak ?
1.3         Tujuan
1.        Mengetahui Pengertian Komunikasi
2.        Mengetahui Komponen Komunikasi Pada Anak
3.        Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
4.        Mengetahui Pengertian Komunikasi
5.        Mengetahui Cara Berkomunikasi Pada Anak Sesuai Dengan Tahapan Perkembangan
6.        Mengetahui Cara Berkomunikasi Dengan Anak
7.        Mengetahui Cara Berkomunikasi Dengan Orang Tua
8.        Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Dengan Anak





















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1         Pengertian Komunikasi
Ada beberapa definisi tentang komunikasi :
1.        Komunikasi adalah pengiriman pesan atau tukar menukar ide/gagasan (Oxford Dictionary)
2.        Komunikasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan pada orang lain melalui simbol, tanda atau tingkah laku (Haber, 1987)
3.        Komunikasi bisa berbentuk komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan komunikasi abstrak (Champbell dan Glasper, 1995)
Dari berbagai uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain baik verbal maupun non verbal. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan simbol, tanda, atau tingkah laku.
2.2         Komponen Dalam Komunikasi
Komunikasi dapat terjadi bila prosesnya dapat berjalan dengan baik. Proses komunikasi yang dimaksud di sini adlah pengirim pesan, penerus pesan, pesan itu sendiri, media dan umpan balik. Proses tersebut merupakan suatu komponen dalam komunikasi yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan, di antara komponen dalam komunikasi adalah sebagai berikut:
a.        Pengirim Pesan (Komunikator)
Pengirim pesan di sini adalah dapat individu dalam hal ini adalah anak, keluarga atau kelompok yang melaksanakan komunikasi baik dengan individu (anak) ataupun kelompok lain. Pengirim pesn dapat juga tempat berasalnya sumber pesan yang dikomunikasikan. Pengirim pesan di sini adalah seseorang atau sumber pesan yang memberikan informasi atau ide yang disampaikan. Pada praktik keperawatan pengiriman pesn komunikasi dapat terjadi antara anak dengan perawat, dokter atau petugas kesehatan lainnya serta orang tua.
b.        Penerima Pesan (Komunikan)
Penerima pesan merupakan orang yng menerima berita atau lambing dapat berupa klien (anak), keluarga tau masyarakat. Penerima pesan dalm praktik keperawatan anak adalah anak itu sendiri dan juga bisa orang tua, mengigat dalam keperawatn anak orang tua itu termasuk salah satu komponen dalam pemberian asuhan keperawatan dan terlibat secara langsung.
c.         Pesan
Pesan merupakan berita yang disampaikan oleh pengirim pesan melalui lambang pembicara, gerakan ataupun sikap. Pesan ini dapat berupa berbagai informasi tentang masalah kesehatan anak atau informasi-informasi yang membantu kepercayaan diri anak.
d.        Media
Media adalah sarana atau saluran dari komunikasi. Bisa berupa media cetak, audio, visual, dan audio visual. Gangguan atau kerusakan pada media akan mempengaruhi penerimaan pesan dari komunikan.
e.         Umpan Balik
Umpan balik merupakan bagian proses komunikasi yang dapat digunakan sebagai alat pencapaian pesan/informasi yang telah disampaikan. Komponen ini merupakan evaluasi tercapainya informasi yang disampaikan pada anak, mengingat dalam komunikasi dengan anak sering menemukan kesulitan dalam proses umpan balik karena anak merasa ketakutan atau adanya dampak dari hospitalisasi.
2.3         Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi proses komunikasi :
1.        Situasi
Situasi yang hiruk-pikuk atau penuh dengan kebisingan akan mempengaruhi baik/tidaknya pesan diterima oleh komunikan, dibandingkan dengan situasi tenang atau hening sehingga komunikator dan komunikan dapat saling mengirim pesan dengan jelas. Suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh kerena itu, sebelum proses komununikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman.
2.        Waktu
Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga ksterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan perawat, melainkan pada perasaan sedih.
3.        Kejelasan Pesan
Kejelasan pesan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh kerena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikan pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan arkulasi dan intonasi kalimat jelas.
2.4         Sikap dalam Komunikasi
Sikap dalam komunikasi merupakan salah satu unsur penting dalam membangun efektivitas dari proses komunikasi, dengan sikap yang baik proses komunikasi dapat berjalan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ada. Menurut Egan tahun 1995 dikutip Kozier dan Erb tahun 1983 menyampaikan sikap komunikasi merupakan sesuatu apa yang harus dilakukan dalam komunikasi baik secara verbal maupun non verbal yang dapat meliputu:
a.        Sikap Berhadapan
Berhadapan merupakan bentuk sikap di mana seseorang langsung bertatap muka atau berhadapan langsung dengan anak (sesorang yang diajak komunikasi), sikap ini mempunyai arti bahwa komunikator siap untuk berkomunikasi.
b.        Sikap Mempertahankan Kontak
Mempertahankan kontak mata merupakan kegiatan yang bertujuan menghargai klien  dan mengatakan adanya keinginan untuk tetap berkomunikasi dengan cara selalu memperhatikan apa yang diinformasikan atau disampaikan dengan tidak melakukan kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian dengan lainny .
c.         Sikap Membungkuk Kearah Pasien
Sikap ini merupakan bentuk sikap dengan memberikan posisi yang menunjukkan keinginan utuk mengatakan atau mendengar sesuatu dengan cara membungkuk sedikit kearah pasien. Cara ini dilakukan menjaga komunikasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
d.        Sikap Terbuka
Sikap ini merupakan bentuk sikap dengan memberikan posisi kaki tidak melipat, tangan tidak menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi yang dilakukan selama dalam proses komunikasi, sehingga proses keterbukaan diri dalam komunikasi dapat dilaksanakan.
e.         Sikap Tetap Rileks
Sikap tetap relaks merupakan sikap yang menunjukkan adanya keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam member respons pada klien selama komunikasi. Sikap ini sangat diperlukan sehingga saling memberikan berbagai informasi yang diharapkan tanpa adanya sebuah paksaan.
Selain beberapa sikap yang ada masih ada beberapa sikap non verbal selama komunikasi yang juga masuk dalam kategori sikap, seperti: 1). Gerakan mata, gerakan mata ini digunakan dalam memberikan perhatian. Gerakan mata merupakan cara interaksi yang tepat, mengingat proses pendidikan dan sosialisasi anak dapat terwujud pada kontak mata. 2). Ekspresi muka, sikap ini termasuk bahasa nonverbal yang banyak dipengaruhi oleh budaya. Percaya atau tidak dapat dinilai keadaan ekspresi muka secara tidak disadari. 3). Sentuhan, merupakn cara interaksi yang mendasar karena dengan sentuhan dapat memperhatikan perasaan menerima dan menghargai. Ikatan kasih sayang ditentukan oleh pendengaran atau suara. Sentuhan merupakan elemen penting dalam pembentukan ego, perasaan dan kemandirian.
2.5         Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal dimana perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama seta memperbaiki pengalaman emosional klien yang negatif. (Stuart Laraia, 2000). Sieh A., Louise K., dan Brenti, (1997) mengemukakan tentang komunikasi terapiutik sebagai segala komunikasi yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan pasien atau menghilangkan distres psikologi.
Komunikasi terapiutik ditunjukkan dengan empati, rasa percaya, validasi dan perhatian
Ø  Empati
Empati adalah kemampuan untuk mengerti sepenuhnya tentang kondisi atau perasaan orang lain. Kemampuan untuk empati didasari oleh adanya keinginan untuk memberi perhatian dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien. Kemampuan untuk bersikap empati dapat ditunjukkan baik secara verbal maupun non verbal.
Ø  Rasa Percaya
Satu hal yang harus diingat adalah perawat tidak boleh mempunyai praduga yang negatif terhadap pasien. Tanamkan rasa percaya kepadanya bahwa perawat merasakan apa yang sedang dirasakan.
Ø  Validasi
Dengan validasi kita dapat menegaskan kembali pesan yang telah disampaikan kepada pasien. Tujuan validasi ialah menegaskan pesan yang telah disampaikan atau meyakinkan pasien tentang pesan yang diterimanya.
Ø  Perhatian
Perhatikan yang diberikan kepada pasien merupakan adanya keterlibatan emosi dari perawat yang di ekspresika secara nonverbal. Memandang, mengangguk, terdiam mendengarkan, dan tersenyum merupakan perilaku yang paling sering digunakan untuk menunjukkan perhatian perawat pada pasien.
2.6         Komunikasi dengan Anak Berdasarkan Usia Tumbuh Kembang
a.        Usia Bayi ( 0 – 1 Tahun )
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara nonverbal. Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk membuat suara-suara yang dikeluarkan oleh bayi. Perkembangan komunikasi  pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan di mana bayi sudah mampu melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas bayi sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia minggu ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain dan pada bulan kedua puluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku, pada akhir tahun pertama sudah mampu melakukan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
b.        Usia Todler ( 1 – 2,5 Tahun ) Dan Prasekolah ( 2,5 – 5 Tahun )
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun kedua sudah mampu 200 – 300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai 900 kata  dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidak tahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara.
Pada usia ini cara komunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulangi lebih jelas dengan pengarahan yang sedrehana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi, menagtur jarak interaksi dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalumemberi doronganak mencetakan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, salaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis,  atau bercerita, dalam menggali perasaan dan fikiran anak disaat melakukan komunikasi.
c.         Usia Sekolah ( 5 – 11 Tahun )
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan  anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca di sini sudah dapat dimulai, pada usia kedelapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir terhadap kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu gunakan kata sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingin tahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi maka jelaskan arti fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
d.        Usia Remaja ( 11 – 21 Tahun )
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berfikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia ini sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan kearah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
2.7         Cara Komunikasi dengan Anak
komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan denagan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain:
1.        Melalui Orang Lain atau Pihak Ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping. Selain itu dapat digunakan dengan mengomentari tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2.        Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
3.        Menfasilitasi
Menfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam menfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respon terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
4.        Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
5.        Meminta untuk Menyebutkan Keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang didapatkan, dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu.
6.        Pilihan Pro dan Kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7.        Penggunaan Skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8.        Menulis
Melalui ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.
9.        Menggambar
Seperti halnya menulis, menggambarpun juga dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel marah biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya apabila gambar yang ditulisnya ditanya tentang maksudnya.
10.    Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang disekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.
2.8         Cara Komunikasi dengan Orang Tua Anak
Komunikasi dengan orang tua adalah salah satu hal yang penting dalam perawatan anak, mengingat pemberian asuhan keperawatan pada anak selalu melibatkan peran orang tua yang memiliki peranan penting dalam mempertahankan komunikasi dengan anak.untuk mendapatkan informasi tentang anak sering kita mengobservasi secara langsung atau berkomunikasi dengan orang tua. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam komunikasi dengan orang tua diantaranya:
a.        Anjurkan Orang Tua untuk Berbicara
Kita dalam melakukan komunikasi dengan orang tua, jangan hanya peran kita sebagai pemberi informasi saja akan tetapi bagaimana kita merspons atau mengajak agar orang tua yang kita ajak komunikasi mampu untuk memberikan suatu pesan atau informasi yang dimiliki, kemampuan inilah yang seharusnya kita kembangkan sehingga komunikasi agar berjalan terus dan efektif serta tujuan yang kita inginkan dalam komunikasi dapat tercapai.
b.        Arahkan ke Fokus
Dalam melakukan komunikasi dengan orang tua anak arahkan pokok pembicaraan kita ke fokus sambil memberi kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaannya secara bebas sehingga tujuan komunikasi dapat mencapai sasaran. Mengarahkan ke fokus itu salah satu bagian dalam mencapai komunikasi yang efektif.
c.         Mendengarkan
Mendengarkan adalah kunci untuk mencapai komunikasi yang efektif, kemampuan mendengarkan dapat ditunjukkan dengan ekspresi yang sungguh-sungguh saat berkomunikasi dengan tujuan untuk mengerti klien. Selain itu dengan mendengarkan kita akan mendapatkan seluruh informasi yang didapatkan sehingga tidak ada yang hilang atau tertinggal informasi yang akan disampaikan.
d.        Diam
Diam adalah cara yang dapat digunakan dalam komunikasi dengan diam sebentar dapat memberikan kesempatan kepada seseorang yang kita ajak komunikasi untuk memberikan kebebasan dalam mengekspresikan perasaannya dan memberikan kesempatan berpikir terhadap sesuatu yang hendak disampaikan.
e.         Empati
Cara ini dilakukan dengan mencoba merasakan apa yang dirasakn oleh orang tua anak, dengan demikian orang tua anak akan merasa aman dan diperhatikan. Cara komunikasi ini juga sangat terkait dengan sikap saat komunikasi.
f.         Meyakinkan Kembali
Meyakinkan kembali merupakan cara yang dapat diberikan agar proses dan hasil komunikasi dapat diterima pada klien hal ini adalah orang tua. Pada dasarnya semua orang tua ingin menjadi orang tua terbaik, tetapi pada saat anak sakit dapat terjadi kecemasan tentang peran dan fungsinya, maka yakinkan kembali akan peran dan fungsinya sebagai orang tua.
g.        Merumuskan Kembali
Dalam mencapai tujuan pemecahan masalah kita dan orang tua anak harus sepakat terhadap masalah yang muncul kadang-kadang pada rang tua, dengan merumuskan kembali beberapa permasalahan dan cara pemecahan bersama akan memberikan dampak dalam mengurangi kecemasan atau kekhawatiran.
h.        Memberi Petunjuk Kemungkinan Apa yang Terjadi
Melalui komunikasi beberapa petunjuk tentang kemungkinan masalah apa yang terjadi dapat diinformasikan terlebih dahulu untuk mengantisipasi tentang kemungkinan hal yang terjadi sehingga orang tua tahu dan siap bila masalah itu muncul.
i.          Menghindari Hambatan dalam Komunikasi
Menghindari hambatan dalam komunikasi seperti melakukan komunikasi secara asertif dengan orang tua merupakan salah satu cara efektif dalam komunikasi, karena hambatan selama komunikasi akan memberiakn dampak tidak berjalannya suatu proses komunikasi seperti terlalu banyak memberi saran, cepat mengambil keputusan, megubah pokok pembicaraan, membatasi pertanyaan atau terlalu banyak memberikan pertanyaan tertutup dan menyela pembicaraan sebelum pembicaraan selesai.
2.9         Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dengan Anak
Dalam proses komunikasi kemungkinan ada hambatan selama komunikasi, karena selama proses komunikasi melibatkan beberapa komponen dalam komunikasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a.        Pendidikan
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi dan makin bagus pengatahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat dilakukannya. Dalam komunikasi dengan anak atau orang tua juga perlu diperhatikan tingkat pendidikan khususnya orang tua karena berbagai informasi akan mudah diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya.
b.        Pengetahuan
Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Faktor pengetahuan dalam proses komunikasi dapat diperlihatkan apabila seseorang pengetahuan cukup, maka informasi yang disampaikan akannjelas dan mudah diterima oleh penerima kan tetapi apabila pengetahuan kurang maka akan menghasilkan informasi yang kurang.
c.         Sikap
Sikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses kemungkinan berjalan efektif atau tidak, hal tersebut dapat ditunjukkan seseorang yang memiliki sikap kurang baik akan menyebabkan pendengar kurang percaya terhadap komunikator, demikian sebaliknya apabila dalam komunikasi menunjukkan  sikap yang baik maka dapat menunjukkan kepercayaan dari penerima pesan atau informasi. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti terbuka, percaya, empati, menghargai dan lain-lain, kesemuanya dapat mendukung berhasilnya komunikasi terapeutik.
d.        Usia Tumbuh Kembang
Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini dapat ditunjukkan semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam komunikasi semakin kompleks dan sempurna yang dapat dilihat perkembangan bahasa anak.
e.         Status Kesehatan Anak
Status kesehatan sakit dapat berpengaruh dalam komunikasi, hal ini dapat diperlihatkan ketiak anak sakit atau mengalami gangguan psikologis maka cenderung anak kurang komunikatif atau sangat pasif, dengan demikian dalam komunikasi membutuhkan kesiapan secara fisik dan psikologis untuk mencapai komunikasi yang efektif.
f.         Sistem Sosial
Sistem sosial yang dimaksud di sini adalah budaya yang ada di masyarakat, di mana setiap daerah memiliki budaya atau cara komunikasi yang berbeda. Hal  tersebut dapat juga mempengaruhi proses komunikasi seperti orang Batak engan orang Madura ketika berkomunikasi dengan bahasa komunikasi yang berbeda dan sama-sama tidak memahami bahasa daerah maka akan merasa kesulitan untuk mencapai tujuan dan komunikasi.
g.        Saluran
Saluran ini merupakan faktor luar yang berpengaruh dalam proses komunikasi seperti intonasi suara, sikap tubuh dan sebagainya semuanya akna dapat memberikan pengaruh dalam proses komunikasi, sebagai contoh apabila kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara atau intonasi jelas maka sangat mudah kita menerima informasi ataupun pesan yang disampaikan. Demukian sebaliknya apabila kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara  yang tidak jelas kita akan kesulitan menerimapesan atau informasi yang disampaikan.
h.        Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar area, lingkungan dalam hal komunikasi yang dimaksud di sini dapat berupa situasi, ataupun lokasi yang ada. Lingkungan yang baik atau tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan komunikasi sedangkan lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang. Hal ini dapat kita contohkan apabila kita berkomunikasi dengan anak pada tempat yang gaduh misalnya atau tempat yang bising, maka proses komunikasi tidak akan bisa berjalan dengan baik, kemungkina sulit kita berkomunikasi secara efektif karena suara yang tidak jelas, sehingga pesan yang akan disampaikan sulit diterima oleh anak.




BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi yang disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang yang diajak dalam pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Terjadinya komunikasi yang baik antara perawat dan klien (anak)  menentukan keberhasilan tindakan keperawatan. Komunikasi dengan anak berbeda didasarkan pada usia tumbuh kembang anak. Selain melakukan komunikasi dengan klien (anak) perawat juga harus menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua anak. Komunikasi antara perawat dengan klien (anak) tidak lepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi tersebut.
3.2         Saran
Diharapkan mahasiswa bisa memahami dan mengerti tentang komunikasi teraprutik pada anak dan teknik- teknik yang digunakan. Serta diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dari makalah ini.











DAFTAR PUSTAKA

Sajidin, Muhammad. 2009. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika
Supartini, Yupi. 2002. Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta:EGC
Delucas, Carolyn Russell. 2015. What Is Therapeutic Communication?. Diambil dari:http://www.livestrong.com/article/148891-what-is-therapeutic communication. (29April 2015)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar