MAKALAH
ILMU KEPERAWATAN DASAR IV
KOMUNIKASI PADA ANAK
EDITED
BY:
SAHRIL
NOVIANTO
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2015
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “IlmuKeperawatan Dasar IV”.
Makalah ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah IlmuKeperawatan Dasar IV di program studi S1 Keperawatan
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO. Selanjutnya penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada bu Ratna selaku dosen program studi Keperawatan mata
kuliah IlmuKeperawatan Dasar IV dan kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari
bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka
dari itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR
ISI...................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.3
Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
BAB
II LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Komunikasi.............................................................................. 3
2.2
Komponen Dalam Komunikasi................................................................. 3
2.3
Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi................................................. 4
2.4
Sikap Dalam Komunikasi.......................................................................... 5
2.5
Komunikasi Terapiutik.............................................................................. 7
2.6
Komunikasi Dengan Anak Berdasarkan Usia........................................... 8
2.7
Cara Komunikasi Dengan Anak................................................................ 10
2.8
Cara Komunikasi Dengan Orang Tua Anak.............................................. 12
2.9
Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Dengan Anak.......................... 14
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................................ 17
3.2
Saran.......................................................................................................... 17
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam tindakan
keperawatan faktor komunikasi yang baik antara perawat dengan kliennya sangat
mempengaruhi keberhasilan tindakan keperawatan. Komunikasi merupakan bagian
penting dalam membangun kepercayaan diri kita dengan klien. Tetapi untuk mewujudkan
komunikasi yang baik dengan klien tidaklah mudah, apalagi dengan klien anak.
Melalui
komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih sayang, dan selanjutnya anak
akan memiliki suatu penghargaan pada dirinya. Dalam tinjauan ilmu keperawatan
anak, anak merupakan seseorang membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang,
sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik
secara verbal maupun nonverbal yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada anak
sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai. Tetapi, dalam mencapai tujuan
komunikasi yang baik ini tidaklah mudah, misalnya saja anak yang belum bisa
bercerita. Kadang kala dalam komunikasi dengan anak, seorang perawat dalam
tindakan keperawatannya dapat membuat/menyebabkan anak menjadi menangis, marah,
dan lain sebagainya yang bisa membuat hati dan pikiran si klie (anak) menjadi
tidak enak. Maka dari itu, kami terdorong untuk membuat makalah yang membahas
tentang teknik komunikasi dengan anak.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa Pengertian Dari Komunikasi ?
2.
Apa Saja Komponen Komunikasi ?
3.
Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi
Komunikasi ?
4.
Apa Yang Dimaksud Komunikasi Terapeutik
?
5.
Bagaimana Cara Berkomunikasi Pada Anak
Sesuai Dengan Tahapan Perkembangan ?
6.
Bagaimana Teknik Berkomunikasi Dengan
Anak ?
7.
Bagaimana Teknik Berkomunikasi Dengan
Orang Tua ?
8.
Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Dengan Anak ?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui Pengertian Komunikasi
2.
Mengetahui Komponen Komunikasi Pada Anak
3.
Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi
Komunikasi
4.
Mengetahui Pengertian Komunikasi
5.
Mengetahui Cara Berkomunikasi Pada Anak
Sesuai Dengan Tahapan Perkembangan
6.
Mengetahui Cara Berkomunikasi Dengan
Anak
7.
Mengetahui Cara Berkomunikasi Dengan
Orang Tua
8.
Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi
Komunikasi Dengan Anak
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian
Komunikasi
Ada beberapa definisi tentang
komunikasi :
1.
Komunikasi adalah pengiriman pesan atau
tukar menukar ide/gagasan (Oxford
Dictionary)
2.
Komunikasi adalah suatu proses ketika
informasi disampaikan pada orang lain melalui simbol, tanda atau tingkah laku
(Haber, 1987)
3.
Komunikasi bisa berbentuk komunikasi
verbal, komunikasi non verbal, dan komunikasi abstrak (Champbell dan Glasper,
1995)
Dari berbagai uraian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari
seseorang kepada orang lain baik verbal maupun non verbal. Penyampaian pesan
dapat dilakukan dengan menggunakan simbol, tanda, atau tingkah laku.
2.2
Komponen
Dalam Komunikasi
Komunikasi dapat terjadi bila
prosesnya dapat berjalan dengan baik. Proses komunikasi yang dimaksud di sini
adlah pengirim pesan, penerus pesan, pesan itu sendiri, media dan umpan balik.
Proses tersebut merupakan suatu komponen dalam komunikasi yang satu dengan yang
lainnya saling berhubungan, di antara komponen dalam komunikasi adalah sebagai
berikut:
a.
Pengirim
Pesan (Komunikator)
Pengirim
pesan di sini adalah dapat individu dalam hal ini adalah anak, keluarga atau
kelompok yang melaksanakan komunikasi baik dengan individu (anak) ataupun
kelompok lain. Pengirim pesn dapat juga tempat berasalnya sumber pesan yang
dikomunikasikan. Pengirim pesan di sini adalah seseorang atau sumber pesan yang
memberikan informasi atau ide yang disampaikan. Pada praktik keperawatan
pengiriman pesn komunikasi dapat terjadi antara anak dengan perawat, dokter
atau petugas kesehatan lainnya serta orang tua.
b.
Penerima
Pesan (Komunikan)
Penerima
pesan merupakan orang yng menerima berita atau lambing dapat berupa klien
(anak), keluarga tau masyarakat. Penerima pesan dalm praktik keperawatan anak
adalah anak itu sendiri dan juga bisa orang tua, mengigat dalam keperawatn anak
orang tua itu termasuk salah satu komponen dalam pemberian asuhan keperawatan
dan terlibat secara langsung.
c.
Pesan
Pesan
merupakan berita yang disampaikan oleh pengirim pesan melalui lambang
pembicara, gerakan ataupun sikap. Pesan ini dapat berupa berbagai informasi
tentang masalah kesehatan anak atau informasi-informasi yang membantu
kepercayaan diri anak.
d.
Media
Media
adalah sarana atau saluran dari komunikasi. Bisa berupa media cetak, audio,
visual, dan audio visual. Gangguan atau kerusakan pada media akan mempengaruhi
penerimaan pesan dari komunikan.
e.
Umpan
Balik
Umpan
balik merupakan bagian proses komunikasi yang dapat digunakan sebagai alat
pencapaian pesan/informasi yang telah disampaikan. Komponen ini merupakan
evaluasi tercapainya informasi yang disampaikan pada anak, mengingat dalam
komunikasi dengan anak sering menemukan kesulitan dalam proses umpan balik
karena anak merasa ketakutan atau adanya dampak dari hospitalisasi.
2.3
Faktor
Yang Mempengaruhi Komunikasi
Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi proses
komunikasi :
1.
Situasi
Situasi
yang hiruk-pikuk atau penuh dengan kebisingan akan mempengaruhi baik/tidaknya
pesan diterima oleh komunikan, dibandingkan dengan situasi tenang atau hening
sehingga komunikator dan komunikan dapat saling mengirim pesan dengan jelas.
Suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat
pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh kerena itu, sebelum
proses komununikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa
supaya tenang dan nyaman.
2.
Waktu
Komunikasi
yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima
dengan kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan
kepada orang tua tentang cara menjaga ksterilan luka pada saat orang tua sedang
sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima oleh orang tua karena
perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan perawat,
melainkan pada perasaan sedih.
3.
Kejelasan
Pesan
Kejelasan
pesan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas dapat
ditafsirkan berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini sangat
mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh kerena itu,
komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikan pada komunikan, dapat
dimengerti komunikan dan menggunakan arkulasi dan intonasi kalimat jelas.
2.4
Sikap
dalam Komunikasi
Sikap dalam
komunikasi merupakan salah satu unsur penting dalam membangun efektivitas dari
proses komunikasi, dengan sikap yang baik proses komunikasi dapat berjalan
sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ada. Menurut Egan tahun 1995 dikutip
Kozier dan Erb tahun 1983 menyampaikan sikap komunikasi merupakan sesuatu apa
yang harus dilakukan dalam komunikasi baik secara verbal maupun non verbal yang
dapat meliputu:
a.
Sikap
Berhadapan
Berhadapan
merupakan bentuk sikap di mana seseorang langsung bertatap muka atau berhadapan
langsung dengan anak (sesorang yang diajak komunikasi), sikap ini mempunyai
arti bahwa komunikator siap untuk berkomunikasi.
b.
Sikap
Mempertahankan Kontak
Mempertahankan
kontak mata merupakan kegiatan yang bertujuan menghargai klien dan mengatakan adanya keinginan untuk tetap
berkomunikasi dengan cara selalu memperhatikan apa yang diinformasikan atau
disampaikan dengan tidak melakukan kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian
dengan lainny .
c.
Sikap
Membungkuk Kearah Pasien
Sikap
ini merupakan bentuk sikap dengan memberikan posisi yang menunjukkan keinginan
utuk mengatakan atau mendengar sesuatu dengan cara membungkuk sedikit kearah
pasien. Cara ini dilakukan menjaga komunikasi berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
d.
Sikap
Terbuka
Sikap
ini merupakan bentuk sikap dengan memberikan posisi kaki tidak melipat, tangan
tidak menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi yang dilakukan selama dalam
proses komunikasi, sehingga proses keterbukaan diri dalam komunikasi dapat
dilaksanakan.
e.
Sikap
Tetap Rileks
Sikap
tetap relaks merupakan sikap yang menunjukkan adanya keseimbangan antara
ketegangan dan relaksasi dalam member respons pada klien selama komunikasi.
Sikap ini sangat diperlukan sehingga saling memberikan berbagai informasi yang
diharapkan tanpa adanya sebuah paksaan.
Selain beberapa
sikap yang ada masih ada beberapa sikap non verbal selama komunikasi yang juga
masuk dalam kategori sikap, seperti: 1). Gerakan mata, gerakan mata ini
digunakan dalam memberikan perhatian. Gerakan mata merupakan cara interaksi
yang tepat, mengingat proses pendidikan dan sosialisasi anak dapat terwujud
pada kontak mata. 2). Ekspresi muka, sikap ini termasuk bahasa nonverbal yang
banyak dipengaruhi oleh budaya. Percaya atau tidak dapat dinilai keadaan
ekspresi muka secara tidak disadari. 3). Sentuhan, merupakn cara interaksi yang
mendasar karena dengan sentuhan dapat memperhatikan perasaan menerima dan
menghargai. Ikatan kasih sayang ditentukan oleh pendengaran atau suara.
Sentuhan merupakan elemen penting dalam pembentukan ego, perasaan dan
kemandirian.
2.5
Komunikasi
Terapeutik
Komunikasi
terapeutik adalah hubungan interpersonal dimana perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama seta memperbaiki pengalaman emosional klien yang
negatif. (Stuart Laraia, 2000). Sieh A., Louise K., dan Brenti, (1997)
mengemukakan tentang komunikasi terapiutik sebagai segala komunikasi yang
dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan pasien atau menghilangkan distres
psikologi.
Komunikasi terapiutik ditunjukkan
dengan empati, rasa percaya, validasi dan perhatian
Ø Empati
Empati
adalah kemampuan untuk mengerti sepenuhnya tentang kondisi atau perasaan orang
lain. Kemampuan untuk empati didasari oleh adanya keinginan untuk memberi
perhatian dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien. Kemampuan
untuk bersikap empati dapat ditunjukkan baik secara verbal maupun non verbal.
Ø Rasa Percaya
Satu
hal yang harus diingat adalah perawat tidak boleh mempunyai praduga yang
negatif terhadap pasien. Tanamkan rasa percaya kepadanya bahwa perawat
merasakan apa yang sedang dirasakan.
Ø Validasi
Dengan
validasi kita dapat menegaskan kembali pesan yang telah disampaikan kepada
pasien. Tujuan validasi ialah menegaskan pesan yang telah disampaikan atau
meyakinkan pasien tentang pesan yang diterimanya.
Ø Perhatian
Perhatikan
yang diberikan kepada pasien merupakan adanya keterlibatan emosi dari perawat
yang di ekspresika secara nonverbal. Memandang, mengangguk, terdiam
mendengarkan, dan tersenyum merupakan perilaku yang paling sering digunakan
untuk menunjukkan perhatian perawat pada pasien.
2.6
Komunikasi
dengan Anak Berdasarkan Usia Tumbuh Kembang
a.
Usia
Bayi ( 0 – 1 Tahun )
Komunikasi pada
bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi,
gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu
komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara nonverbal. Perkembangan komunikasi
pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik,
ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk membuat suara-suara yang
dikeluarkan oleh bayi. Perkembangan komunikasi
pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan di mana
bayi sudah mampu melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas
bayi sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia minggu ke enam belas bayi sudah
mulai menolehkan kepada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun
pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain
dan pada bulan kedua puluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap
namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku, pada akhir
tahun pertama sudah mampu melakukan kata-kata yang spesifik antara dua atau
tiga kata.
b.
Usia
Todler ( 1 – 2,5 Tahun ) Dan Prasekolah ( 2,5 – 5 Tahun )
Perkembangan
komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak
dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada
tahun kedua sudah mampu 200 – 300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan.
Pada anak usia
ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai 900 kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti
mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya
sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi,
kemampuan bahasa mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena
tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap
ketidak tahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih
dalam berbicara.
Pada usia ini
cara komunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang
terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat
pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika
tidak dijawab harus diulangi lebih jelas dengan pengarahan yang sedrehana,
hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”,
mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan
maksud anak mudah diajak komunikasi, menagtur jarak interaksi dimana kita harus
menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan.
Secara non verbal kita selalumemberi doronganak mencetakan penerimaan dan
persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak,
salaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas,
menggambar, menulis, atau bercerita,
dalam menggali perasaan dan fikiran anak disaat melakukan komunikasi.
c.
Usia
Sekolah ( 5 – 11 Tahun )
Perkembangan
komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau
tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran
anak dan kemampuan anak membaca di sini sudah dapat dimulai, pada usia
kedelapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir terhadap kehidupan.
Komunikasi yang
dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat
kemampuan bahasa anak yaitu gunakan kata sederhana yang spesifik, jelaskan
sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak
diketahui, pada usia ini keingin tahuan pada aspek fungsional dan prosedural
dari objek tertentu sangat tinggi maka jelaskan arti fungsi dan prosedurnya,
maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan
menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi
secara efektif.
d.
Usia
Remaja ( 11 – 21 Tahun )
Perkembangan
komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau
berdebat dan sudah mulai berfikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan
perasaan malu, pada anak usia ini sering kali merenung kehidupan tentang masa
depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai
menunjukkan kearah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa
ini adalah masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi
yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada
teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan
jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak
dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
2.7
Cara
Komunikasi dengan Anak
komunikasi
dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan denagan anak,
melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data
yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah
keperawatan atau tindakan keperawatan. beberapa cara yang dapat digunakan dalam
berkomunikasi dengan anak, antara lain:
1.
Melalui
Orang Lain atau Pihak Ketiga
Cara
berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan
diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan
orang tua secara langsung yang sedang berada di samping. Selain itu dapat
digunakan dengan mengomentari tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta
lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2.
Bercerita
Melalui
cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan
melalui tulisan maupun gambar.
3.
Menfasilitasi
Menfasilitasi
anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon
anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam menfasilitasi kita harus mampu
mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan
respon terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh
perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang
jelek pada anak.
4.
Biblioterapi
Melalui
pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan,
dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan kepada anak.
5.
Meminta
untuk Menyebutkan Keinginan
Ungkapan
ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang didapatkan, dan
keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu.
6.
Pilihan
Pro dan Kontra
Penggunaan
teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan
dan pikiran anak, dengan mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan yang
positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7.
Penggunaan
Skala
Penggunaan
skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak
seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan
menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8.
Menulis
Melalui
ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau
lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam.
Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.
9.
Menggambar
Seperti
halnya menulis, menggambarpun juga dapat digunakan untuk mengungkapkan
ekspresinya, perasaan jengkel marah biasanya dapat diungkapkan melalui gambar
dan anak akan mengungkapkannya apabila gambar yang ditulisnya ditanya tentang
maksudnya.
10.
Bermain
Bermain
alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan
interpersonal antara anak, perawat dan orang disekitarnya dapat terjalin, dan
pesan-pesan dapat disampaikan.
2.8
Cara
Komunikasi dengan Orang Tua Anak
Komunikasi dengan orang tua adalah
salah satu hal yang penting dalam perawatan anak, mengingat pemberian asuhan
keperawatan pada anak selalu melibatkan peran orang tua yang memiliki peranan
penting dalam mempertahankan komunikasi dengan anak.untuk mendapatkan informasi
tentang anak sering kita mengobservasi secara langsung atau berkomunikasi
dengan orang tua. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam komunikasi
dengan orang tua diantaranya:
a.
Anjurkan
Orang Tua untuk Berbicara
Kita
dalam melakukan komunikasi dengan orang tua, jangan hanya peran kita sebagai
pemberi informasi saja akan tetapi bagaimana kita merspons atau mengajak agar
orang tua yang kita ajak komunikasi mampu untuk memberikan suatu pesan atau
informasi yang dimiliki, kemampuan inilah yang seharusnya kita kembangkan
sehingga komunikasi agar berjalan terus dan efektif serta tujuan yang kita
inginkan dalam komunikasi dapat tercapai.
b.
Arahkan
ke Fokus
Dalam
melakukan komunikasi dengan orang tua anak arahkan pokok pembicaraan kita ke
fokus sambil memberi kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan
perasaannya secara bebas sehingga tujuan komunikasi dapat mencapai sasaran.
Mengarahkan ke fokus itu salah satu bagian dalam mencapai komunikasi yang efektif.
c.
Mendengarkan
Mendengarkan
adalah kunci untuk mencapai komunikasi yang efektif, kemampuan mendengarkan
dapat ditunjukkan dengan ekspresi yang sungguh-sungguh saat berkomunikasi
dengan tujuan untuk mengerti klien. Selain itu dengan mendengarkan kita akan
mendapatkan seluruh informasi yang didapatkan sehingga tidak ada yang hilang
atau tertinggal informasi yang akan disampaikan.
d.
Diam
Diam
adalah cara yang dapat digunakan dalam komunikasi dengan diam sebentar dapat
memberikan kesempatan kepada seseorang yang kita ajak komunikasi untuk
memberikan kebebasan dalam mengekspresikan perasaannya dan memberikan
kesempatan berpikir terhadap sesuatu yang hendak disampaikan.
e.
Empati
Cara
ini dilakukan dengan mencoba merasakan apa yang dirasakn oleh orang tua anak, dengan
demikian orang tua anak akan merasa aman dan diperhatikan. Cara komunikasi ini
juga sangat terkait dengan sikap saat komunikasi.
f.
Meyakinkan
Kembali
Meyakinkan
kembali merupakan cara yang dapat diberikan agar proses dan hasil komunikasi
dapat diterima pada klien hal ini adalah orang tua. Pada dasarnya semua orang
tua ingin menjadi orang tua terbaik, tetapi pada saat anak sakit dapat terjadi
kecemasan tentang peran dan fungsinya, maka yakinkan kembali akan peran dan
fungsinya sebagai orang tua.
g.
Merumuskan
Kembali
Dalam
mencapai tujuan pemecahan masalah kita dan orang tua anak harus sepakat
terhadap masalah yang muncul kadang-kadang pada rang tua, dengan merumuskan
kembali beberapa permasalahan dan cara pemecahan bersama akan memberikan dampak
dalam mengurangi kecemasan atau kekhawatiran.
h.
Memberi
Petunjuk Kemungkinan Apa yang Terjadi
Melalui
komunikasi beberapa petunjuk tentang kemungkinan masalah apa yang terjadi dapat
diinformasikan terlebih dahulu untuk mengantisipasi tentang kemungkinan hal
yang terjadi sehingga orang tua tahu dan siap bila masalah itu muncul.
i.
Menghindari
Hambatan dalam Komunikasi
Menghindari
hambatan dalam komunikasi seperti melakukan komunikasi secara asertif dengan
orang tua merupakan salah satu cara efektif dalam komunikasi, karena hambatan
selama komunikasi akan memberiakn dampak tidak berjalannya suatu proses
komunikasi seperti terlalu banyak memberi saran, cepat mengambil keputusan,
megubah pokok pembicaraan, membatasi pertanyaan atau terlalu banyak memberikan
pertanyaan tertutup dan menyela pembicaraan sebelum pembicaraan selesai.
2.9
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Komunikasi dengan Anak
Dalam proses
komunikasi kemungkinan ada hambatan selama komunikasi, karena selama proses
komunikasi melibatkan beberapa komponen dalam komunikasi dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya:
a.
Pendidikan
Pendidikan
merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat
digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi dan makin bagus pengatahuan yang dimiliki sehingga
penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat dilakukannya. Dalam
komunikasi dengan anak atau orang tua juga perlu diperhatikan tingkat
pendidikan khususnya orang tua karena berbagai informasi akan mudah diterima
jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya.
b.
Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra yang dilakukan
seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan. Faktor pengetahuan dalam proses komunikasi dapat diperlihatkan
apabila seseorang pengetahuan cukup, maka informasi yang disampaikan akannjelas
dan mudah diterima oleh penerima kan tetapi apabila pengetahuan kurang maka
akan menghasilkan informasi yang kurang.
c.
Sikap
Sikap
dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses kemungkinan berjalan efektif atau
tidak, hal tersebut dapat ditunjukkan seseorang yang memiliki sikap kurang baik
akan menyebabkan pendengar kurang percaya terhadap komunikator, demikian
sebaliknya apabila dalam komunikasi menunjukkan
sikap yang baik maka dapat menunjukkan kepercayaan dari penerima pesan
atau informasi. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti
terbuka, percaya, empati, menghargai dan lain-lain, kesemuanya dapat mendukung
berhasilnya komunikasi terapeutik.
d.
Usia
Tumbuh Kembang
Faktor
usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini dapat ditunjukkan
semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam komunikasi semakin
kompleks dan sempurna yang dapat dilihat perkembangan bahasa anak.
e.
Status
Kesehatan Anak
Status
kesehatan sakit dapat berpengaruh dalam komunikasi, hal ini dapat diperlihatkan
ketiak anak sakit atau mengalami gangguan psikologis maka cenderung anak kurang
komunikatif atau sangat pasif, dengan demikian dalam komunikasi membutuhkan
kesiapan secara fisik dan psikologis untuk mencapai komunikasi yang efektif.
f.
Sistem
Sosial
Sistem
sosial yang dimaksud di sini adalah budaya yang ada di masyarakat, di mana
setiap daerah memiliki budaya atau cara komunikasi yang berbeda. Hal tersebut dapat juga mempengaruhi proses
komunikasi seperti orang Batak engan orang Madura ketika berkomunikasi dengan
bahasa komunikasi yang berbeda dan sama-sama tidak memahami bahasa daerah maka
akan merasa kesulitan untuk mencapai tujuan dan komunikasi.
g.
Saluran
Saluran
ini merupakan faktor luar yang berpengaruh dalam proses komunikasi seperti
intonasi suara, sikap tubuh dan sebagainya semuanya akna dapat memberikan
pengaruh dalam proses komunikasi, sebagai contoh apabila kita berkomunikasi
dengan orang yang memiliki suara atau intonasi jelas maka sangat mudah kita
menerima informasi ataupun pesan yang disampaikan. Demukian sebaliknya apabila
kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara yang tidak jelas kita akan kesulitan
menerimapesan atau informasi yang disampaikan.
h.
Lingkungan
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada disekitar area, lingkungan dalam hal komunikasi
yang dimaksud di sini dapat berupa situasi, ataupun lokasi yang ada. Lingkungan
yang baik atau tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan komunikasi
sedangkan lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang. Hal
ini dapat kita contohkan apabila kita berkomunikasi dengan anak pada tempat
yang gaduh misalnya atau tempat yang bising, maka proses komunikasi tidak akan
bisa berjalan dengan baik, kemungkina sulit kita berkomunikasi secara efektif
karena suara yang tidak jelas, sehingga pesan yang akan disampaikan sulit
diterima oleh anak.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Komunikasi anak
merupakan proses pertukaran informasi yang disampaikan oleh anak kepada orang
lain dengan harapan orang yang diajak dalam pertukaran informasi tersebut mampu
memenuhi kebutuhannya. Terjadinya komunikasi yang baik antara perawat dan klien
(anak) menentukan keberhasilan tindakan
keperawatan. Komunikasi dengan anak berbeda didasarkan pada usia tumbuh kembang
anak. Selain melakukan komunikasi dengan klien (anak) perawat juga harus
menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua anak. Komunikasi antara perawat
dengan klien (anak) tidak lepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
komunikasi tersebut.
3.2
Saran
Diharapkan
mahasiswa bisa memahami dan mengerti tentang komunikasi teraprutik pada anak
dan teknik- teknik yang digunakan. Serta diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan
tambahan ilmu pengetahuan dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sajidin, Muhammad. 2009. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika
Supartini, Yupi. 2002. Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta:EGC
Delucas, Carolyn Russell. 2015. What Is Therapeutic Communication?. Diambil dari:http://www.livestrong.com/article/148891-what-is-therapeutic
communication. (29April 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar